Tuesday, June 13, 2017

21 Diakon Ditahbiskan di Ledalero

18 SVD dan 3 MSsCc

seminariledalero.org - 21 frater ditabhiskan menjadi diakon dalam perayaan ekaristi di Kapel Agung Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero, Senin (12/6/2017) pagi. Ke-21 diakon yang terdiri dari 18 anggota SVD dan 3 anggota MSsCc ini dengan lantang menyatakan komitmen pelayanan mereka di hadapan uskup pentahbis Mgr. Frans Kopong Kung, Pr – Uskup Larantuka.
Hadir dan mendampingi Uskup Frans dalam perayaan bertema “Berbahagialah yang Murah Hati” ini Provinsial SVD Ende Pater Lukas Jua SVD, Rektor Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero Pater Kletus Hekong SVD, Prefek Koordinator Pater Ito Dhogo SVD, Ketua STFK Ledalero Pater Bernard Raho SVD dan puluhan imam konselebran lainnya. Pada panti umat tampak hadir orangtua dan kerabat para diakon, para biarawan dan biarawati serta ratusan umat.
Sebagaimana disaksikan Flores Pos, upacara khusus tahbisan dimulai seusai pembacaan Injil. Provinsial SVD Ende Pater Lukas Jua SVD memanggil nama ke-21 diakon lalu memohon kepada uskup pentahbis agar mereka diperkenankan untuk ditahbiskan. Setelah itu, uskup menyampaikan homili yang dikuti dialog dengan para calon diakon terkait komitmen mereka untuk menjalankan hidup selibat dan kesetiaan menerima tugas diakon.
Kemudian, para calon diakon maju satu per satu dan menyampaikan janji setia mereka kepada uskup. Momen-momen khusyuk terjadi ketika calon diakon tiarap dan umat menyanyikan litani para kudus. Upacara khusus tahbisan ini berakhir setelah uskup menumpangkan tangan di atas kepala calon diakon, pengucapan doa tahbisan, pengenaan stola dan dalmatik serta penyerahan Injil dan buku Ibadat Harian.
Setelah upacara khusus tahbisan selesai, dua diakon tertahbis, Diakon Geby Akhir SVD dan Diakon Sensi Balu SVD, mendapat kesempatan untuk mendampingi Uskup Frans di meja altar. Kedua diakon ini memulai tugas mereka sebagai pelayan resmi altar Tuhan.

Murah Hati 
Uskup Frans pada homilinya secara khusus menekankan aspek kemurahan hati dalam karya pelayanan para diakon. Menurut Uskup Frans, seorang diakon hendaknya selalu bermurah hati membagikan cinta Allah kepada sesama ciptaan. Semakin banyak ia berbagi cinta dan kemurahan, semakin banyak pula rahmat yang akan ia terima dari Allah.
“Kemurahan hati seorang pelayan tidak terpaku pada aturan dan program-program. Ia mesti terus mengalir, tak kenal batasan waktu, usia, atau jabatan. Kemurahan hati hendaknya menjadi spiritualitas kehidupan yang menggugah dan menggerakkan orang,” katanya.
 Uskup Frans pun menyitir pernyataan Paus Fransiskus yang mengajak para gembala umat untuk sungguh-sungguh menjadi gembala yang berbau domba. “Jangan menjadi pastor atau diakon yang berbau kamar, berbau rokok, atau berbau moke,” tegasnya.
Pada bagian lain homilinya, Uskup Frans menegaskan kepada seluruh umat tentang betapa istimewanya tugas pelayanan seorang diakon. Meskipun semua orang bisa menjadi pelayan, keistimewaan pelayanan yang diberikan seorang diakon adalah kesediaan dia untuk mengalami penderitaan salib.
“Pelayanan seorang diakon menjadi istimewa karena mendapat nilai di dalam salib Tuhan. Karena itu, kalau belum mengalami derita salib, jangan pernah bilang bahwa kalian sudah melayani secara sungguh. Mengalami salib dan teguh bertahan di dalamnya, menjadi kekhasan karya pelayanan seorang diakon,” tegasnya.
Uskup Frans juga mengajak para diakon untuk menjalankan tugas pelayanan mereka dengan rendah hati, penuh rasa syukur dan sukacita. “Belajarlah untuk terus bergembira saat situasi menuntut kalian untuk berkorban. Meskipun banyak derita, kalian hendaknya tetap bersemangat, bersukacita”.

Pentingnya Doa dan Firman 
Sementara itu, Provinsial SVD Ende Pater Lukas Jua SVD dalam kata sambutannya pertama-tama mengucapkan terima kasih kepada uskup pentahbis, Komunitas Ledalero dan Komunitas MSsCc dan para orangtua, yang sudah mendampingi para diakon. Pater Lukas juga mengucapkan proficiat kepada para diakon yang sudah menjawabi panggilan Tuhan untuk melayani meja kaum miskin dan meja sabda Allah.
“Seperti ditegaskan Uskup Frans, kemurahan hati menuntut semangat pengorbanan. Orang yang sungguh-sungguh bermurah hati tidak akan takut mengorbankan dirinya demi kepentingan orang lain. Dia akan tetap bahagia dalam pengorbanannya, bersukacita dalam penderitaannya,” kata Pater Lukas.
Menurut Pater Lukas, dasar dari sikap ini adalah ketekunan dalam doa dan kesetiaan untuk merenungkan Sabda Tuhan. Kesibukan bersama umat di paroki-paroki, kata Pater Lukas, hendaknya tidak menghilangkan waktu doa dan baca Kitab Suci dari para diakon.

Terima Kasih dan Harapan        
Diakon Wawan Lianain SVD dalam kata sambutannya mewakili teman-temannya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang dengan cara masing-masing sudah mendukung mereka menjawabi panggilan Tuhan. Diakon Wawan berharap perjalanan panggilan mereka senantiasa terus didukung dan didoakan oleh para imam, biarawan, biarawati, orangtua serta seluruh umat.
Turut ditahbiskan bersama Diakon Wawan Lianain SVD, Diakon Gabriel Akhir SVD, Diakon Vinsensius Balu SVD, Diakon Leonito de Jesus Leto SVD, Diakon Adrianus Fani SVD, Diakon Vinsensius Ferer Dede SVD, Diakon Theobaldus Jewarut SVD, Diakon Maternus Kehi SVD, Diakon Hilarius Debrito Laja Rebo SVD, Diakon Fransiskus Paskalis Leton SVD, Diakon Marselinus Antoni Lewo Keda SVD, Diakon John Audin Ferdianto Nabi SVD, Diakon Petrus Pati Bin Antonius SVD, Diakon Hendrikus Seko Duru SVD, Diakon Wendelinus Sowe Teluma’s SVD, Diakon Kristoforus Suhardi SVD, Diakon Romanus Thomas SVD dan Diakon Adryanus Uskenat SVD. Sedangkan dari Tarekat MSsCc adalah Diakon Lorensius Nggo’u MSsCc, Diakon Raimundus Ome MSsCc dan Diakon Severinus Yoleng MSsCc. ***


Oleh Fr.Giovanni Rante, SVD