Sunday, December 18, 2016

Pater Piter Payong, SVD Tutup Usia


Pater Piter Payong, SVD
seminariledalero.org - Komunitas Seminari Tinggi Santo Paulus Ledalero kembali berduka. Salah satu anggotanya, Pater Petrus Payong Reko SVD, yang biasa disapa Pater Piter Payong, mengembuskan nafas terakhir di RSUD TC Hillers Maumere, Minggu (18/12), tepat pukul 02.30 Wita. Pater Piter meninggal dunia usai dirawat intensif di ruangan ICU RSUD TC Hillers sejak Rabu malam (14/12).
Minggu (18/12), Pukul 10.30 Wita, jenazah almarhum diberangkatkan dari RSUD TC Hillers Maumere menuju Ledalero dan tiba di Ledalero pada pukul 11.00 Wita. Jenazah almarhum disemayamkan di Kapel Agung Seminari Tinggi Ledalero. Misa pemakaman akan terjadi pada Senin (19/121), pukul 15.00 Wita di Kapel Agung Ledalero, yang dilanjutkan dengan upacara pemakaman di pekuburan Ledalero.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun seminariledalero.org dari Praeses Biara Simeon Bruder Abraham Telling Tarung SVD, Pater Piter merupakan anggota komunitas Biara Simeon sejak tahun 2011. Pater Piter menetap di Biara Simeon lantaran menderita sakit diabetes melitus. Berdasarkan hasil pemeriksaan terakhir pada Rabu (14/12), diketahui Pater Piter mengalami komplikasi dengan beberapa penyakit lain yang dideritanya.

Ramah dan Bersahabat
Bruder Abraham menuturkan, selama menjalani hari-hari sebagai satu komunitas di Biara Simeon, Pater Piter dikenal sebagai pribadi yang ramah, penuh kasih persaudaraan, bersahabat dengan siapa saja, dan suka menolong. Pater Piter dikenal sebagai pribadi yang sangat terbuka dalam membagi pengalaman hidup dan begitu mencintai keluarganya.
“Sebelum meninggal Pater Piter sempat mengambil waktu untuk mengunjungi beberapa anggota keluarga dan kenalannya. Beliau sendiri mengatakan bahwa kunjungan yang ia buat itu, bisa jadi akan menjadi kunjungannya yang terakhir kepada sanak keluarganya. Persis, itulah yang terjadi,” kata Bruder Abraham.
Semenara adik kandung dari Pater Piter, Suster Franselin SSpS, yang ditemui seminariledalero.org di Biara Simeon, Minggu (18/12) mengungkapkan Pater Piter merupakan seorang pribadi yang gembira, ramah dan memiliki banyak sahabat. Ia juga merupakan sosok yang setia menjalani panggilannya dan tekun menjalankan tugas yang dipercayakan serikat kepadanya.
“Kami menerima kematian Pater Piter dengan hati yang ikhlas. Kami percaya bahwa Tuhan punya rencana sendiri atas setiap hamba-Nya. Kematian ini menjadi jalan pembebasan baginya dari berbagai penderitaan fisik yang ia alami. Pater tidak pernah berpisah dengan kami, kematian ini justru membuat Pater semakin dekat dengan kami,” kata Suster Franselin.
Anggota keluarga dari Pater Piter Payong, SVD sedang berdoa
Di depan jenazah.

Riwayat Singkat
Berdasarkan informasi yang diberikan oleh Suster Franselin, Pater Piter lahir pada 9 April 1957. Beliau merupakan buah kasih dari pasangan Fransiskus Ola Ebang dan Yuliana Kebang Deona. Pater Piter ditahbiskan menjadi imam pada 1 Juni 1985. Usai ditahbiskan, beliau mendapat tugas perutusan sebagai misionaris di Filipina hingga tahun 2010. Sejak tahun 2011 beliau menetap di Biara Simeon lantaran sakit. Beliau mengembuskan nafas terakhir di RSUD TC. Hillers Maumere, pada Minggu (18/12), tepat pukul 02.30 Wita.

(Kristo Suhardi)

Friday, December 2, 2016

Komunitas Ledalero Rayakan Ekaristi Bersama ODHA

seminariledalero.org - Komunitas Seminari Tinggi Santo Paulus Ledalero merayakan ekaristi bersama ODHA (Orang dengan HIV dan AIDS) yang tergabung dalam KDS (Kelompok Dukungan Sebaya) Flores Plus Support-Maumere di Kapel Agung Seminari Tinggi Ledalero, Kamis (1/12). Perayaan ekaristi yang bernaung di bawah tema “Aku Mau, Jadilah Engkau Tahir” (Mat.8:3) ini dipimpin oleh Pater Ve Nahak, SVD.
Hadir dalam perayaan ekaristi ini Rektor Seminari Tinggi Ledalero Pater Kletus Hekong SVD, Pastor Pendamping KDS Pater John Prior SVD, anggota KDS, dan anggota Komunitas Seminari Tinggi Ledalero. Kor dibawakan oleh para Frater Unit Arnoldus Nitapleat Ledalero dan bertugas sebagai lektor, seorang ibu penyintas HIV dan AIDS, anggota KDS Maumere.
Dua bacaan suci yang dipakai dalam perayaan ekaristi ini semuanya diplih dan ditentukan oleh anggota KDS. Bacaan pertama, diambil dari Kitab Nabi Yeremia 18:1-6 tentang pelajaran dari pekerjaan tukang periuk, sementara bacaan Injil berkisah tentang Yesus yang menyembuhkan seorang yang menderita kusta (Matius 8:1-4).
Sebagai ganti renungan, empat (dua perempuan dan dua laki-laki) anggota KDS membagikan pengalaman iman dan pergumulan mereka dengan Tuhan. Dalam syering ini, mereka mengisahkan kecemasan yang mengganjal di hati mereka, luka penolakan, dan perasaan ditinggalkan. Meskipun demikian, mereka juga bersyukur karena sudah banyak orang yang mulai menaruh cinta dan perhatian pada mereka.
Usai menerima komuni suci, lampu-lampu di Kapel Agung Ledalero dipadamkan. Lilin-lilin tanda pengharapan yang dipegang oleh semua umat dinyalakan, disusul dengan pendarasan bersama doa khusus pada Hari AIDS sedunia. Setelah itu, anggota KDS Maumere dengan didampingi Pater John Prior SVD, memasang lilin di depan altar.
Usai perayaan ekaristi, acara dilanjutkan dengan santap malam bersama anggota komunitas Seminari Tinggi Ledalero. Para anggota KDS diundang untuk makan bersama para pastor dan bruder di Unit Paulus Ledalero serta di unit-unit para Frater. Seluruh rangkaian kegiatan ini bertepatan dengan peringatan Hari AIDS Sedunia yang diperingati setiap 1 Desember.
Seorang pendamping sebaya pada KDS Flores Plus Support-Maumere saat diwawancarai usai makan malam bersama para Frater mengungkapkan rasa terima kasihnya atas penerimaan dan perhatian istimewa yang telah ditunjukkan Seminari Tinggi Ledalero kepada mereka. Keterbukaan yang telah ditunjukkan Seminari Ledalero, katanya, telah meyakinkan mereka bahwa mereka tidak pernah berjalan sendirian di tengah derita yang mereka alami.
”Kalau kami yang berbicara, masyarakat sulit untuk mendengarnya; tetapi kalau kaum berjubah yang bicara masyarakat pasti akan mendengarnya. Karena itu, kami mengharapkan agar para Pastor dan Frater dapat membawa suara kami ke tengah umat. Kalau kami sudah menerima diri kami sendiri apa adanya, kami juga berharap masyarakat bisa menerima kami apa adanya. Tidak perlu ada diskriminasi,” katanya.

Kristo Suhardi

Sunday, November 27, 2016

Frater Berkaul Sementara Ikuti Program Disermen

Pater Ito SVD
Seminariledalero.org - Para frater berkaul sementara mengikuti program disermen selama satu setengah hari, terhitung sejak Jumat (25 November 2016) malam hingga Minggu (27 November 2016) pagi. Program yang bertujuan untuk memurnikan motivasi panggilan dengan doa dan refleksi ini diadakan dalam suasana hening di unit masing-masing. Prefek Koordinator Seminari Tinggi St Paulus Ledalero Pater Ito Dhogo, SVD ketika diwawancarai Seminariledalero.org  pada Sabtu (26 November 2016) menerangkan disermen merupakan program rutin yang dibuat sekali dalam satu semester. Menurut Pater Ito, program ini hanya ditujukan kepada para frater berkaul sementara, yakni para frater Tingkat I sampai Tingkat  IV.
“Maksud dari penyelenggaraan disermen tidak lain adalah agar para frater berkaul sementara bisa membuat pemilahan-pemilahan roh berkenaaan dengan penetapan arah panggilan hidup mereka selanjutnya. Para frater diminta membuat refleksi berkaitan dngan aspek-aspek penting kehidupan membiara, mengevaluasi diri dan selanjutnya membuat keputusan entahkah masih mampu melanjutkan panggilan hidup membiara atau tidak,” kata Pater Ito.
Dosen Kitab Suci STFK Ledalero ini melanjutkan, aspek-aspek penting yang dimaksudkan tersebut adalah hidup psiko spiritual (rohani), hdup psiko emosional (kepribadian), hidup berkaul (kemiskinan, ketaatan dan kemurnian), hidup berkomunitas, hidup akademis, hidup pastoral-misioner, dan kesehatan fisik-mental. Hal-hal yang perlu direfleksikan berkaitan dengan aspek-aspek ini adalah kekuatan-kekuatan, kelemahan-kelemahan dan langkah perbaikan pada masa mendatang.
“Saya berharap para frater bisa memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya, untuk refleksi dan berdoa, untuk mempertimbangkan dan membuat keputusan. Sebab panggilan hidup menjadi imam misionaris SVD senantiasa berjalan dalam proses dan setiap frater mesti melewati proses tersebut. Barangsiapa melangkahi proses, misalnya tidak sungguh-sungguh mengikuti disermen ini, ia akan mengalami kesulitan di kemudian hari,” kata Pater Ito.
Di Unit St Agustinus, disermen dibuka secara resmi oleh Prefek Unit Pater Yosep Kusi, SVD usai makan malam, Jumat (25 November 2016). Dalam arahannya, Pater Yosep mengimbau para frater di unit tersebut agar membuat refleksi pribadi dengan sungguh-sungguh dan tetap menjaga keheningan.
“Prasyarat paling penting untuk membuat refleksi yang baik adalah terciptanya suasana hening, baik itu secara lingkungan maupun keheningan dalam diri kita masing-masing. Tanpa keheningan, tanpa situasi batin yang tenang, kita akan kesulitan untuk masuk ke kedalaman diri, yang pada akhirnya membuat refleksi kita menjadi dangkal,” kata Pater Yosep.
Menurut pantauan Seminariledalero.org di setiap unit, para frater berkaul sementara terlihat serius menjalani kegiatan disermen. Sementara itu, urusan-urusan unit lainnya untuk sementara waktu ditangani para frater berkaul kekal yakni frater-frater Tingkat V dan Tingkat VI.

Frater Yovan Rante, SVD

Buka Masa Adventus, Komunitas Ledalero Gelar Rekoleksi

Seminariledalero.org - Dalam rangka membuka Masa Adventus 2016, Komunitas Seminari Tinggi St Paulus Ledalero menggelar rekoleksi di Kapel Agung seminari tersebut pada Sabtu (26 November 2016) petang. Kegiatan rekoleksi yang dilanjutkan dengan ibadat pemberkatan Karangan Adven itu dipimpin Pater Agus Senda, SVD.
Hadir dalam kegiatan tersebut Rektor Seminari Tinggi St Paulus Ledalero Pater Kletus Hekong, SVD, anggota Dewan Rumah, para imam, bruder dan frater di Komunitas Ledalero. Hadir pula para imam dan bruder dari Rumah Jompo Biara Simeon, Komunitas Chandraditya Maumere, Komunitas Patiahu, para suster serta karyawan-karyawati.
Pater Agus Senda dalam renungan yang dibawakannya menjelaskan makna Masa Adventus bagi Komunitas Ledalero ditilik dari tema Kapitel Jendral SVD XVIII 2018 “Caritas Christi Urget Nos” – Kasih Kristus Menguasai Kami (2 Kor 5:14). Berkenaan dengan tema kapitel tersebut, kata Pater Agus, dua hal penting yang perlu direfleksikan adalah masalah ad extra dan masalah ad intra.
“Masa Adventus berarti masa penantian kita akan kedatangan Yesus Kristus, baik itu pada hari Natal nanti maupun pada kedatangan-Nya yang kedua di akhir zaman. Kita, keluarga besar Seminari Tinggi Ledalero, menantikan kedatangan Yesus dengan cara berakar pada sabda-Nya dan berkomitmen pada misi yang diwariskan-Nya,” kata Pater Agus.
Menyinggung misi ad extra, Pater Agus mengapresiasi karya para konfrater, terutama berkaitan dengan keterlibatan menanggulangi masalah HIV/AIDS dan perdagangan orang  (human trafficking). Menurut Pater Agus, keterlibatan ini mesti didukung oleh semua anggota komunitas.
“Kita ada di sini karena Yesus, Putra Allah yang mencintai kaum miskin dan tertindas, memanggil kita. Oleh karena itu, kita mesti keluar dari zona aman diri dan zona aman biara, lalu terjun ke tengah umat untuk membela kaum kecil dan tertindas, menjadi suara bagi kaum tak bersuara,” ajak Pater Agus.
Sementara itu berkaitan dengan misi ad intra, Pater Agus mengajak seluruh peserta rekoleksi untuk meninjau kembali sejauh mana penghayatan hidup berkomunitas yang dijalankan selama ini. Sebab menurut Pater Agus, komunitas seharusnya menjadi jantung kehidupan, tempat paling nyaman untuk merasakan kasih persaudaraan.
“Inti dari hidup komunitas adalah kebersamaan dengan konfrater, baik itu menyangkut hal-hal lahiriah maupun komitmen-komitmen terhadap misi yang dijalankan. Bencana akan terjadi jika ada ketidakcocokan antarpribadi atau kelompok tertentu dalam satu komunitas,” kata Pater Agus.
Demi meningkatkan semangat hidup berkomunitas di Ledalero, Pater Agus menganjurkan agar setiap anggota sanggup saling menghargai, rendah hati menerima koreksi, saling mendukung dan saling mendoakan.

Frater Yovan Rante, SVD

Saturday, November 26, 2016

Pastor dan Umat Paroki Runut Antusias Terima Frater

Beberapa frater pose bersama anggota Sekami di Paroki Runut

Seminariledalero.org - Pastor Kepala Paroki Sanctissima Trinitas Runut Pater Agus Boy Aran, SVD dan seluruh umat Paroki Runut antusias menerima kedatangan para frater Tingkat II Ledalero yang mengadakan eksposur di paroki tersebut. Antusiasme pastor dan umat Paroki Runut ini tampak dalam acara penerimaan para frater di Rumah Pastoran paroki tersebut, Jumat (18 November 2016) sore.
Pada acara penerimaan tersebut Pater Agus didampingi Pastor Rekan Pater Obeth Oula’a SVD, Dewan Pastoral Paroki, Ketua-Ketua Stasi, Ketua Lingkungan, Ketua KBG dan beberapa umat. Pater Agus mengucapkan selamat datang sekaligus memperkenalkan stasi-stasi yang ada di Paroki Sanctissima Trinitas Runut kepada rombongan frater.
“Saya bersama Pater Obeth dan umat Paroki Runut mengucapkan selamat datang kepada para frater. Selamat menjalani kegiatan eksposurnya. Para frater perlu mengetahui bahwa Paroki Runut ini terdiri dari delapan stasi yakni Stasi Warut, Tanahikong, Lodong, Kloangaur, Klahit, Rung, Kilawair dan stasi pusat Runut,” jelasnya.
Seorang frater sedang mengisahkan cerita-cerita
Kitab Suci kepada anak-anak sekolah di Paroki Runut
Pater Agus melanjutkan, dirinya bersama Pater Obeth sangat berterima kasih kepada frater-frater tingkat II Ledalero yang telah memilih Paroki Runut untuk menjalani kegiatan Eksposur. “Kami sangat berterimakasih untuk kehadiran kalian di sini. Kami sangat berhadap bahwa dengan kehadiran para frater dapat membantu kami melaksanakan salah program yang telah kami canangkan yakni memberikan pembekalan berkatekese kepada orang yang telah dipilih oleh umat untuk menjadi fasilitator mereka.”
Salah satu frater Tingkat II Frater Toni Goran, SVD mengatakan kegiatan eksposur kali ini sangat menarik karena para frater hadir dengan membawakan dua tema katekese yakni Human Trafficking dan HIV/AIDS. Menurut dia, tema ini sangat tepat sasaran karena di wilayah Runut terdapat banyak orang yang pernah merantau dan pernah menjadi korban perdagangan orang.
Frater Tingkat II lainnya, Frater Edo Putra, SVD ketika dimintai kesannya terhadap wilayah Runut, menerangkan bahwa medan yang ada di Runut sangat menantang.
“Saya tidak pernah membayangkan medan yang sulit seperti Tanahikong atau Warut. Saya merasa tertantang saat masuk medan sulit. Oleh karena itu, satu hal yang mau saya katakan bahwa para frater harus terbiasa terjun ke medan-medan seperti ini untuk mengalaminya sehingga besok lusa menjadi misionaris tidak merasa stres bila menghadapi medan yang sama,” kata Frater Edo.
Sementara itu, salah seorang guru SDN 107 Warut Pak Kasianus Kasan ketika dimintai kesannya terhadap kunjungan para frater ke sekolahnya menerangkan bahwa pihaknya merasa sangat berterima kasih atas kunjungan para frater. “Kehadiran para frater membawa sebuah sentilan baru terhadap siswa-siswi di sini khususnya berkaitan dengan kegiatan Sekami,” ungkapnya.

Frater Frids Talan, SVD

Dua Frater OTP Tinggalkan Seminari Tinggi Ledalero

Seminariledalero.org - Dua frater yang akan menjalankan Overseas Training Program (OTP) di Amerika Serikat, Frater Miky Bani SVD dan Frater Yanto Ria SVD, meninggalkan Komunitas Seminari Tinggi St Paulus Ledalero pada Rabu (23 November 2016) pagi. Frater Miky dan Frater Yanto untuk sementara waktu akan berada di Jakarta demi mengurus beberapa kelengkapan akhir terkait izin masuk ke negara adidaya tersebut.
Frater Miky, dalam acara perpisahan bersama penghuni Unit St Agustinus pada Selasa (22 November 2016) malam, mengungkapkan terima kasihnya kepada Seminari Tinggi St Paulus Ledalero yang selama ini telah memperkaya hidupnya. Seminari Ledalero, kata Frater Miky, sungguh-sungguh merupakan komunitas yang baik, tempat seluruh proses pengembangan diri bisa berjalan maksimal.
“Kami juga mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan pembina dan sesama frater di Ledalero bagi kami untuk menjalankan OTP. Kepercayaan ini akan kami jaga dengan penuh tanggung jawab,” kata Frater Miky.
Pada kesempatan yang sama, Frater Yanto memohon dukungan dan doa dari segenap anggota Komunitas Ledalero. Menurut Frater Yanto, dukungan dan doa ini sangat penting karena tantangan yang akan mereka hadapi tentu sangat banyak.
“Tantangan paling pertama adalah wawacara di Kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Jakarta. Kalau kami berdua gagal dalam wawancara ini, tugas perutusan kami ke Amerika Serikat bisa dibatalkan. Doakan kami supaya bisa lulus ujian wawancara dan dilancarkan Tuhan dalam urusan-urusan lainnya,” kata Frater Yanto.
Prefek Unit St Agustinus Pater Juan Orong, SVD dalam kata sambutannya pertama-tama mengucapkan terima kasih kepada Frater Miky dan Frater Yanto atas kehadiran, kebersamaan dan pemberian diri kedua frater tersebut. Menurut Pater Juan, kehadiran kedua frater ini telah menyumbang beberapa hal penting bagi keberlangsungan hidup komunitas.
“Kalian berdua akan menghadapi tantangan yang berat, antara lain bahasa, budaya dan spiritualitas keagamaan. Namun saya selalu percaya bahwa kalian berdua akan melewati tantangan-tantangan tersebut, melewati setiap detail proses secara baik,” katanya.
Pater Juan juga berpesan agar Frater Miky dan Frater Yanto selalu setia dalam panggilan hidup menjadi imam misionaris SVD. Ketika diutus, lanjut Pater Juan, Frater Miky dan Frater Yanto adalah calon imam, mudah-mudahan ketika kembali nanti keduanya sudah menjadi imam.
“Selamat jalan, selamat bermisi, kami akan selalu mendukung dan mendoakan kalian berdua. Jangan pernah hilang kabar, persoalan apapun yang kalian hadapi di tempat perutusan cobalah untuk terbuka terhadap kami di komunitas ini. Sampaikan salam kami untuk semua konfrater SVD yang akan kalian temui di mana saja kalian berada,” pesan Pater Juan.
Menurut data yang dirangkum Seminariledalero.org, Frater Miky dan Frater Yanto adalah pasangan terakhir pada angkatan mereka yang diutus untuk menjalani OTP. Sebelumnya, ada empat frater yang telah berangkat untuk keperluan studi di luar negeri yakni Frater Rino Bardi, SVD dan Frater Edward Nga, SVD (Filipina), serta Frater John May, SVD dan Frater Yos Meda, SVD (Australia).

Frater Yovan Rante, SVD

Saturday, November 19, 2016

Frater Tingkat II Eksposur ke Paroki Runut

Frater Ertus Syahyoso, SVD (kemeja hitam) bergambar
bersama umat Paroki Kewapante pada
kegiatan eksposur di paroki tersebut.
Seminariledalero.org - 51 frater Tingkat II Seminari Tinggi St Paulus Ledalero mengadakan eksposur ke Paroki Sanctissima Trinitas Runut, sejak Jumat hingga Minggu (18-20 November 2016). Kegiatan ini merupakan yang kedua kali setelah sebelumnya diadakan di Paroki Reinha Rosari Kewapante pada 28-30 Oktober 2016 lalu. Ketua Angkatan Tingkat II Frater Efodius Simon Siga, SVD kepada Seminariledalero.org menjelaskan kegiatan ini merupakan program rutin yang dijalankan Frater Tingkat II dari angkatan ke angkatan. Pada angkatan kali ini, kata Frater Efodius, kegiatan dijalankan sepanjang semester pertama dan semester kedua, masing-masing satu kali dalam sebulan.
Menurut Frater Evodius, pemilihan Paroki Kewapante dan Runut sebagai wilayah Eksposur didasarkan pada pertimbangan jarak tempuh yang tergolong dekat dari Seminari Tinggi Ledalero menuju dua paroki bersangkutan. Selain itu, pihaknya juga mempertimbangkan kesediaan umat untuk menerima kunjungan para frater.
“Di kedua paroki ini, kami diutus ke setiap stasi dan mengadakan beberapa kegiatan bersama umat. Kegiatan yang dijalankan itu antara lain katekese, ibadat sabda atau doa bersama, kunjungan ke sekolah-sekolah dan terlibat dalam aktivitas harian umat,” kata Frater Efodius.
Sejauh ini, lanjut Frater Efodius, umat terkesan sangat antusias menerima kunjungan para frater Ledalero. Kebanyakan umat menilai kehadiran para frater membantu mereka dalam penghayatan iman serta menambah wawasan mereka terkait perkembangan dunia saat ini.
Koordinator Frater Tingkat II Pater Juan Orong, SVD ketika diwawancara Seminariledalero.org pada Sabtu (19 November 2016) pagi, menegaskan eksposur menjadi kesempatan berharga bagi para frater untuk bercermin pada gaya hidup umat. Melalui kegiatan eksposur, kata Pater Juan, para frater melihat dan mendengar sesuatu dari umat dan sekalius memperlihatkan atau memperdengarkan sesuatu kepada umat.
“Dengan demikian, ada dua gerakan dalam eksposur yakni dari umat kepada frater dan dari frater kepada umat. Terjadi semacam pemajangan, para frater mengekspos diri apa adanya, umat pun menunjukkan diri apa adanya,” kata Pater Juan.
Berkenaan dengan kegiatan ini, Pater Juan berharap agar para frater sanggup membuat refleksi lalu merancang dan melaksanakan aksi nyata. Aksi nyata tersebut pertama-tama mengacu pada diri sendiri, dan selanjutnya mengacu pada model pastoral seperti apa yang cocok dengan kondisi umat.
“Eksposur bukanlah kesempatan untuk berekreasi atau liburan akhir pekan, melainkan kesempatan untuk mengembangkan diri sendiri dan memberdayakan umat. Berkaitan dengan pemberdayaan umat, para frater dianjurkan supaya tidak mengambil alih tugas umat dalam peribadatan. Frater hanya membantu memperkuat iman umat,” tegas Pater Juan.
Pater Juan menginformasikan, selain mengunjungi umat di paroki-paroki para frater juga akan mengunjungi kelompok-kelompok kategorial tertentu. Kelompok kategorial tersebut antara lain penghuni rumah jompo, panti asuhan, komunitas pemulung dan para narapidana.

Frater Yovan Rante, SVD

Tutup Tahun Kerahiman Allah, Ledalero Adakan Adorasi

Dua frater berjaga sambil berdoa di depan
Sakramen Mahakudus di Kapel Agung Ledalero,
Sabtu (19 November 2016).
Seminariledalero.org - Berkenaan dengan penutupan Tahun Kerahiman Allah pada hari ini, Minggu (20 November 2016), Komunitas Seminari Tinggi St Paulus Ledalero mengadakan adorasi Sakramen Mahakudus selama 24 jam dan pengakuan dosa pribadi. Adorasi dan pengakuan dosa ini diadakan pada Sabtu (19 November 2016).
Berdasarkan pantauan Seminariledalero.org, adorasi Sakramen Mahakudus ini dipusatkan pada empat titik yakni Kapel Agung Seminari Tinggi Ledalero, Kapel Unit St Yosef Freinademetz, Kapel Unit St Rafael dan Kapel Unit St Arnoldus Janssen Nitapleat. Sedangkan pengakuan dosa pribadi diadakan di Kapel Agung dan Rumah Jompo Biara Simeon Ledalero.
Adorasi di Kapel Unit St Rafael,
Sabtu (19 November 2016).
Moderator Seksi Liturgi Komunitas Seminari Tinggi St Paulus Ledalero Pater Ignas Ledot, SVD kepada Seminariledalero.org mengatakan kegiatan pada penutupan Tahun Kerahiman Ilahi ini agak berbeda dengan acara pembukaan pada 8 Desember 2015 lalu. Pada acara penutupan ini, adorasi Sakramen Mahakudus tetap diadakan, tetapi dengan penekanan pada aspek misioner yaitu dengan melibatkan umat di sekitar Komunitas Ledalero.
“Demi memudahkan umat untuk terlibat dalam kegiatan ini, adorasi Sakramen Mahakudus tidak lagi dipusatkan di Kapel Agung saja tetapi dibagi ke unit-unit. Dengan demikian, para frater bisa mengundang umat di sekitar unit masing-masing agar secara bersama-sama mengaku dosa dan menimba rahmat Kerahiman Allah,” kata Pater Ignas.
Pater Ignas merefleksikan, Tahun Kerahiman Allah ini memiliki makna tersendiri bagi anggota Komunitas Seminari Tinggi Ledalero, terutama dalam kaitannya dengan semangat pertobatan. Menurut penilaian Pater Ignas, akhir-akhir ini semangat pertobatan - khususnya dalam hal pengakuan dosa pribadi – sudah semakin mengendur.
Adorasi Sakramen Mahakudus di
Kapel Unit St Arnoldus Nitapleat,
Sabtu (19 November 2016).
“Padahal dalam kenyataannya kita, para biarawan, adalah manusia-manusia rapuh yang rentan tercebur dalam kolam dosa. Perjalanan panggilan kita pun tidak selalu mulus, ada pengalaman jatuh dan bangun. Oleh sebab itu, kita perlu dibebaskan oleh cinta dan Kerahiman Allah,” kata Pater Ignas.
Pater Ignas menginformasikan bahwa sepanjang Tahun Kerahiman Allah ini, Seminari Tinggi Ledalero juga mengadakan beberapa kegiatan lain yang terbingkai dalam semangat memperlihatkan Kerahiman Allah kepada sesama. Kelompok sasar dari kegiatan ini, lanjut Pater Ignas, adalah kaum terpinggirkan dalam umat dan masyarakat.
“Berdasarkan rekomendasi Kapitel Provinsi SVD Ende XXII, komunitas terpinggirkan yang harus dirangkul adalah penyintas HIV/AIDS dan korban perdagangan manusia (human trafficking). Oleh karena itu, dalam banyak kegiatan anggota komunitas ini telah berjuang menghapus stigmatisasi negatif masyarakat terhadap penyintas HIV/AIDS dan membantu korban perdagangan orang untuk mendapatkan keadilan hukum,” kata Pater Ignas.
Sementara itu, Ketua Seksi Liturgi Komunitas Seminari Tinggi St Paulus Ledalero Frater Erik Eureka, SVD mengatakan kegiatan adorasi Sakramen Mahakudus dan pengakuan dosa pribadi ini berjalan lancar. Para frater, bruder, imam dan segenap umat terlihat antusias mengikuti rangkaian kegiatan ini.
“Secara pribadi, saya merasa sangat tersentuh dengan adorasi Sakramen Mahakudus dan pengakuan dosa pribadi ini. Berjaga di depan Sakramen Mahakudus memberikan saya kekuatan baru, sedangkan pengakuan dosa membuat saya merasa dibebaskan dan sekaligus merasa sangat disayang Allah,” kata Frater Erik.

Frater Yovan Rante, SVD

Wednesday, November 16, 2016

Seksi PU Galakkan Program Pembersihan Sampah

Beberapa frater terlihat sedang bekerja memindahkan sampah
ke truk Seminari Ledalero.
Tampak dari kiri ke kanan: Frater Villan, Frater Arvin,
Frater Justin, Frater Venty dan Frater Budy
seminariledalero.org - Seksi Pekerjaan Umum (PU) Seminari Tinggi St Paulus Ledalero menggalakkan program pembersihan sampah yang tersebar pada beberapa titik dalam kompleks seminari. Program pembersihan sampah ini merupakan salah satu prioritas utama Seksi PU sepanjang masa jabatan 2016-2017.
Pernyataan ini disampaikan Ketua Seksi PU Komunitas Seminari Tinggi St Paulus Ledalero Frater Venty Serundi, SVD pada Selasa (15 November 2016) sore. Frater Venty yang baru saja terjun langsung bekerja membersihkan sampah di belakang dapur umum bersama para frater dari Unit St Agustinus dan Unit St Gabriel menegaskan keprihatinan akan menumpuknya sampah pada beberapa titik menjadi dasar dari program ini.
“Kami mengamati bahwa sampah yang bertumpuk-tumpuk sudah menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup anggota komunitas ini. Sampah-sampah tersebut tersebar pada beberapa titik terutama di belakang dapur umum komunitas dan wilayah sekitar kampus STFK Ledalero,” katanya.
Sebagai bentuk aplikasi nyata dari program ini, lanjut Frater Venty, pihaknya sudah melibatkan semua frater yang tersebar di tujuh unit. Para frater ini diberi tugas membersihkan sampah sekali dalam sebulan.
“Sampai dengan saat ini, pembersihan sampah berupa pembongkaran dan pengangkutan sampah ke tempat pembuangan akhir di Waturia sudah dilakukan beberapa kali. Secara sepintas, sampah-sampah tersebut jumlahnya tidak seberapa. Namun saat dilakukan pembongkaran, sampah-sampah itu ternyata sangat banyak sebab tidak pernah dibereskan sejak bertahun-tahun lalu,” kata Frater Venty.
Frater Venty mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekannya sesama frater yang sudah berpartisipasi aktif dalam menyukseskan program ini. Menurut dia, kerja sama ini menjadi modal bagi terciptanya lingkungan seminari yang bersih dan sehat.
Sementara itu, Prefek Koordinator Peter Ito Dhogo, SVD saat diwawancarai Seminariledalero.org pada Rabu (16 November 2016) mengapresiasi inisiatif Seksi PU dalam menggalakkan program pembersihan sampah ini. Menurut Pater Ito, selain mengarah pada terciptanya lingkungan bersih, program ini juga menjadi latihan bagi para frater agar semakin peka terhadap kelestarian lingkungan.
“Menurut Kitab Kejadian, Allah menugaskan manusia untuk menakhlukkan bumi dan menguasainya. Perintah ini bukan terutama agar manusia bebas mengeksploitasi alam, melainkan agar manusia memelihara dan melestarikannya. Para frater di Ledalero juga diberi tanggung jawab untuk membersihkan lingkungan sekitar tempat tinggalnya,” kata Pater Ito.
Disaksikan Seminariledalero.org hasil dari program pembersihan sampah yang digalakkan Seksi PU ini sudah mulai tampak. Sampah yang sebelumnya menggunung di belakang dapur umum dan beberapa tempat lainnya kini mulai berkurang.

Frater Yovan Rante, SVD

Saturday, November 12, 2016

Komunitas Ledalero Ikuti Sosialisasi Filariasis

Para frater mengikuti sosialisasi filriasis
Seminariledalero.org - Segenap anggota komunitas Seminari Tinggi Ledalero mengikuti sosialisasi dan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis (penyakit kaki gajah) di Aula St Thomas Aquinas, Sabtu (12 November 2016) pagi. Sosialisasi dan POPM Filariasis yang dihadiri para imam, bruder, frater dan karyawan-karyawati Ledalero ini diprakarsai Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka.
Disaksikan Seminariledalero.org, materi sosialisasi dibawakan Dokter Spesialis Penyakit Dalam RSUD dr. TC Hillers Maumere dr. Asep Purnama, didampingi Kepala Bidang Penanggulangan Masalah Kesehatan Dinkes Sikka Telly Gandut dan Kepala Puskesmas Nita Karolus Marfa. Setelah sosialisasi, kegiatan dilanjutkan dengan pemeriksaan kesehatan dan POPM Filariasis yang didampingi para petugas kesehatan gabungan dari Dinkes Sikka, RSUD dr. TC Hillers dan Puskesmas Nita.
Dokter Asep dalam materi sosialisasi yang dibawakannya menegaskan bahwa filariasis merupakan satu dari sekian banyak penyakit berbahaya yang mengancam kelangsungan hidup masyarakat Kabupaten Sikka. Mengacu pada data terakhir, kata dokter Asep, Kabupaten Sikka menempati posisi ke-3 di NTT yang menyumbang pasien filariasis terbanyak.
“Segala bentuk sosialisasi sudah kami jalankan, tetapi masyarakat belum sadar juga untuk menjaga kesehatan dan mengonsumsi obat filariasis. Mereka beranggapan bahwa mendengar sosialisasi atau mengonsumsi obat menyita waktu, padahal itu terjadi sekali saja dalam setahun,” kata dokter Asep.
Berkenaan dengan tantangan tersebut, dokter Asep memohon kesediaan para imam, bruder dan frater di Komunitas Seminari Tinggi St Paulus Ledalero untuk turut berpartisipasi menyadarkan umat akan pentingnya menjaga kesehatan dan perlunya mengonsumsi obat filariasis. Menurut dia, penyadaran yang diprakarsai kelompok religius biasanya lebih efektif bila dibanding penyadaran yang dibuat para petugas kesehatan.
Seorang peserta kegiatan, Frater Clemens Manek, SVD ketika diminta komentarnya terkait sosialisasi dan POPM Filariasis ini menegaskan dirinya mendapat banyak pengetahuan baru terkait masalah kesehatan, khususnya penyakit kaki gajah. Pengetahuan ini, kata Frater Clemens, sangat berguna baik bagi diri sendiri maupun bagi umat yang membutuhkannya.
Peserta lainnya, Frater Boy Laba, SVD menyatakan niatnya untuk semakin meningkatkan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan masyarakat, kata Frater Boy, sangat bergantung pada kesehatan pribadi masing-masing orang.

Frater Yovan Rante, SVD

Friday, November 4, 2016

FRATER UNIT MIKHAEL BERMISI DI PAROKI BOLA

seminariledalero.org - Frater-frater  Unit St Mikhael mengadakan kegiatan misi di Paroki St Martinus Bola sejak Jumat (28 Oktober 2016) sampai Minggu (30 Oktober 2016). Kegiatan yang diikuti seluruh anggota Unit Mikhael ini  diadakan dalam rangka memaknai Hari Minggu Misi Sedunia ke-90 yang sedianya sudah berlangsung seminggu lalu.
Dalam acara penyambutan di pusat paroki, Pastor Kepala Paroki Bola Romo Arnol Ladjar, Pastor Rekan Romo Willi Boy, anggota DPP dan beberapa umat menerima para frater dengan ramah. Sebagai awal kata dan awal perjumpaan, Romo Arnol memperkenalkan profil Paroki St Martinus Bola kepada rombongan frater.
“Paroki ini didirikan pada 1984 dan ditahbiskan oleh Uskup Agung Donatus Djagom, SVD pada tanggal 22 Juli 1986. Paroki Bola terdiri dari tujuh stasi yakni Stasi Bola, Watukrus, Wojong, Wolonwalun, Wolokoli, Pomat dan Hokor,” jelasnya.
Romo Arnol melanjutkan, dirinya bersama seluruh umat Paroki Bola sangat berterimakasih kepada frater-frater Unit Mikhael yang telah memilih Paroki Bola untuk menjalani kegiatan Minggu Misi. Biasanya dengan kehadiran frater-frater seperti ini akan membawa sebuah penyegaran rohani bagi umat di Paroki Bola.
Terkait kegiatan ini, Wakil Ketua Unit Mikhael, Frater Alvians Buan Teluma, SVD menerangkan bahwa sebanyak 36 anggota unit terlibat aktif. “Anggota unit yang terlibat terdiri dari 29 Frater Tingkat I, 4 Frater Tingkat II, 2 Frater Tingkat V dan seorang Pater pendamping,” katanya.
Frater Alvians melanjutkan, dalam kegiatan Minggu Misi ini ada beberapa kegiatan yang diselenggakan, yakni doa rosario bersama umat di stasi, lingkungan dan di KBG-KBG; kunjungan ke sekolah-sekolah baik SD, SMP maupun SMA; pertandingan persahabatan bersama OMK dan katekese.
Anggota Unit Mikhael Frater Sefri Koa, SVD mengatakan kegiatan minggu misi kali ini sangat menarik karena para frater hadir dengan membawakan dua tema katekese yang sangat aktual, yakni Human Trafficking dan HIV/AIDS atau ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS).
Anggota Unit Mikhael lainnya, Frater Kalfin Pala, SVD ketika dimintai kesannya menerangkan bahwa umat di lingkungannya cukup aktif untuk membahas tema katekese yang dipaparkan kepada mereka. “Saya tidak membayangkan bahwa akan banyak umat yang hadir dalam katekese ini. Rupanya tema katekese cukup menyentuh realitas hidup mereka sehingga sharing pengalaman berjalan lancar, hidup dan mengesankan,” kata Frater Kalfin.
Sementara itu, Pastor Kepala Paroki Bola Romo Arnol Ladjar mengatakan, tema katekese yang frater-frater bawakan sangat  sesuai dengan situasi umat di Paroki Bola. Selama ini sudah banyak yang menjadi korban perdagangan orang, tetapi umat kurang peka untuk menyadarinya.
“Sedangkan untuk orang-orang yang mengidap HIV/AIDS ada juga di Kecamatan Bola dan khususnya wilayah Paroki Bola ini, tetapi mereka masih sembunyi-sembunyi. Ada orang yang menangani mereka secara rahasia dan tidak diketahui oleh orang banyak.”

[Frater Frids Talan, SVD].

Saturday, October 29, 2016

Provinsial Pimpin Misa Pemakaman Pater Lawrence

Misa Pemakaman Pater Lawrence
seminariledalero.org -  Provinsial SVD Ende Pater Leo Kleden, SVD memimpin perayaan ekaristi pemakaman Pater Lawrence Hambach, SVD di Kapel Agung Seminari Tinggi Santo Paulus Ledalero, Sabtu (29 Oktober 2016). Perayaan ekaristi ini diawali dengan pembacaan riwayat hidup Pater Lawrence oleh Pater Ve Nahak, SVD.  Hadir dalam perayaan ekaristi ini Vikjen Larantuka Romo Gabriel Unto da Silva, Praeses Seminari Tinggi Santo Petrus Ritapiret Romo Philip Ola Daen, Wakil Rektor Seminari Tinggi Ledalero Pater Frans Ceunfin SVD, Ketua STFK Ledalero Pater Bernard Raho SVD, Ketua DPRD Sikka Rafael Raga, 45 imam, biarawan, biarawati, ratusan umat dari paroki-paroki yang pernah dilayani oleh Pater Lawrence, dan anggota komunitas Seminari Ledalero.
Pater Leo Kleden dalam khotbahnya mengungkapkan Pater Lawrence merupakan seorang misionaris sejati yang telah mengabdikan hidupnya selama 52 tahun untuk Gereja lokal Keuskupan Larantuka. “Pater Lawrence telah menjadi tanda berkat Tuhan bagi ribuan umat di tempat ia melayani,” kata Pater Leo.
Pater Leo menuturkan bahwa dalam beberapa minggu terakhir menjelang akhir hidupnya, Pater Lawrence telah mempersiapkan dirinya untuk menghadapi kematian. Pater Lawrence bahkan telah memilih sendiri jubah mana yang akan ia pakai. “Ketika Bruder Bram menawarkan sebuah jubah baru untuknya, Pater Lawrence menolaknya. Ia telah memutuskan sendiri jubah mana yang akan ia pakai di hari kematiannya kelak, yakni sebuah jubah tua yang ditandai oleh keringat dan air matanya selama karya pengabdian yang ia jalani,” kenang Pater Leo.


Sementara Vikjen Keuskupan Larantuka Romo Gabriel Unto da Silva dalam sapaannya mewakili umat Keuskupan Larantuka mengungkapkan bahwa Pater Lawrence merupakan seorang misionaris yang hidup dari Sabda Allah. “Ia hidup dari Sabda, digembirakan oleh Sabda, dan Sabda juga yang telah menguatkan Beliau dalam menjalankan karya pelayanannya,” kata Romo Gabriel.
Romo Gabriel menggambarkan pribadi Pater Lawrence sebagai misionaris SVD yang sungguh-sungguh menghayati ketiga kaul kebiaraan yang telah dihidupinya selama 63 tahun. “Ia adalah imam yang saleh, gembala yang baik dan nabi yang merefleksikan Sabda Allah dengan begitu baik dalam hidupnya bersama umat,” kata Romo Gabriel.
Usai misa pemakaman, acara dilanjutkan dengan upacara pemakaman di pekuburan Seminari Tinggi Ledalero. Upacara ini dipimpin oleh Romo Gabriel Unto da Silva. Misa nara crus akan dilaksanakan pada Rabu (2 November) tepat pukul 17.30 Wita di Pekuburan Ledalero.

(Kristo Suhardi)

Friday, October 28, 2016

Pater Lawrence Hambach Meninggal Dunia

Jenazah Pater Lawrence Hambach, SVD saat disemayamkan di
Kapel Biara Simeon Ledalero, Jumat (28 Oktober 2016).
seminariledalero.org - Pater Lawrence Hambach, SVD meninggal dunia dengan tenang di Rumah Jompo Biara Simeon Ledalero, Jumat (28/10), pukul 01.30 Wita. Pater Hambach berpulang pada usia 83 tahun setelah berjuang melewati sakit usia tua, terutama penyempitan syaraf di daerah pinggang yang mengakibatkan kelumpuhan baginya.
Kabar duka meninggalnya Pater Hambach disampaikan Rektor Biara Simeon Ledalero, Bruder Abraham Tarung, SVD kepada wartawan di Biara Simeon, Jumat (28/10) pagi. Menurut penuturan Bruder dengan spesialisasi profesi perawat ini, meskipun pihaknya sudah berusaha maksimal nyawa Pater Hambach tetap tak tertolong akibat usianya yang sudah uzur dan daya tahan tubuh yang melemah.
“Satu bulan terakhir kondisi fisik Pater Hambach memburuk, penyempitan syaraf di daerah pinggang membuatnya lumpuh. Pater Hambach lebih banyak berbaring di tempat tidur dan hanya bisa beraktivitas dengan bantuan kursi roda,” kata Bruder Abraham.
Bruder Abraham menginformasikan Pater Hambach melamar masuk ke Biara Simeon pada 27 November tahun lalu karena pertimbangan usia yang sudah semakin tua. Selama sepuluh bulan awal menjadi anggota komunitas Biara Simeon, keseharian hidup dilaluinya dalam kondisi fisik yang lumayan bagus. Kondisi kesehatan Pater Hambach baru mengalami perubahan drastis selama satu
bulan terakhir yang ternyata merupakan masa akhir dari peziarahan hidupnya.
Tidak Banyak Mengeluh
Bruder Abraham memberi kesaksian, meskipun mengalami rasa sakit yang tergolong parah Pater Hambach tidak banyak mengeluh atau menyusahkan anggota Biara Simeon lainnya. Satu-satunya yang ia keluhkan adalah karena ia merasa diperlakukan secara istimewa ketika ia sakit.
“Ketika Pater Hambach mengalami kelumpuhan, kami mesti berjuang keras merayu dia untuk makan di kamar pribadinya dan mengonsumsi menu khusus. Dia sendiri sebenarnya tidak mau diperlakukan seperti itu. Dia sebisa mungkin berupaya mengurus dirinya sendiri, makan bersama semua konfrater di kamar makan dan menyantap menu sebagaimana biasanya. Ia tidak mau diperlakukan secara istimewa,” kata Bruder Abraham.
Bruder Abraham melanjutkan, lantaran merasa diri tetap diperlakukan secara istimewa, Pater Hambach pada akhirnya menginginkan sendiri kematian bagi dirinya karena tidak mau menyusahkan sesama di Biara Simeon. Kematian itu begitu dirindukan, sehingga pada satu minggu terakhir sakitnya menghilang dan tidak mau makan pada dua hari terakhir sebab merasa diri sudah berada di surga.

Fr. Yovan Rante

Pater Lawrence, Imam Yang Sederhana

Pater Lawrence Hambach, SVD
seminariledalero.org - Wakil Rektor Komunitas Seminari Tinggi St Paulus Ledalero Pater Frans Ceunfin, SVD kepada wartawan di ruang kerjanya menuturkan, berdasarkan pengalaman pribadi dan kesaksian sesama konfrater SVD di Ledalero, Pater Lawrence Hambach dikenal sebagai imam misionaris SVD  yang sederhana. Selain itu, kata Pater Frans, Pater Hambach juga dikenal sebagai pribadi yang saleh, tekun dalam doa, bijak dalam pemikiran dan terampil dalam memperbaiki perlengkapan rumah yang rusak terutama mesin jahit, mesin cuci, listrik, kursi sofa dan lain-lain.
“Seminari Tinggi St Paulus Ledalero kehilangan seorang imam misionari teladan, seorang yang mau melayani hingga tuntas, mengabdi hingga embus nafas terakhir di tanah misi. Pater Hambach adalah imam SVD berhati mulia, sangat bersahabat dan semangat kerja tinggi,” kata Pater Frans.
Pater Frans menginformasikan bahwa jenazah Pater Hambach terlebih dahulu disemayamkan di Kapel Biara Simeon. Pada Jumat (28/10), pukul 17.00 Wita, jenazah dipindahkan ke Kapel Agung Seminari Tinggi St Paulus Ledalero. Misa Requiem  berlangsung pada Sabtu (29/10) pukul 09.00 Wita, dipimpin Provinsial SVD Ende Pater Leo Kleden SVD. Sesudahnya, jenazah langsung dimakamkan di kompleks pemakaman Seminari Tinggi St Paulus Ledalero.
Riwayat Singkat
Wakil Rektor Komunitas Seminari Tinggi St Paulus Ledalero
Pater Frans Ceunfin, SVD (kemeja putih)
Berdoa di hadapan jenazah Pater Lawrence Hambach, SVD saat disemayamkan
Di Kapel Biara Simeon Ledalero, Jumat (28 Oktober 2016) pagi
Pater Lawrence Hambach, SVD lahir di Ohio-USA pada 18 Juni 1933 dari pasangan Lawrence Hambach Sr. dan Rose Jucal. Anak kedua dari enam bersaudara ini masuk Novisiat SVD pada 1951-1953 dan mengikrarkan kaul pertamanya dalam Serikat Sabda Allah pada 8 September 1953.
Pater Hambach ditahbiskan menjadi imam pada 16 April 1961 dan memilih Indonesia sebagai wilayah misi. Pada 22 Februari 1962, Pater Hambach menjejakkan kaki untuk pertama kalinya di Pelabuhan Tanjung Priok, Indonesia.
Setelah berdiam beberapa bulan di Paroki Matraman-Jakarta, Pater Hambach menjalani kursus Bahasa Indonesia di Mataloko-Ngada. Kursus ini berlangsung selama lima bulan dan sesudah itu dia diutus untuk berkarya di wilayah timur Flores sebagai pastor paroki, pembantu deken dan kemudian sebagai deken.
Sebagai pastor paroki, Pater Hambach pernah berkarya di Lembata (1962-1972), Solor (1972-1980), Hokeng (1980-1991), Larantuka (1991-1996) dan Lewotobi (1996-2003). Setelah pensiun pada 2014, Pater Hambach memutuskan untuk beristirahan di Rumah Jompo Biara Simeon Ledalero hingga mengembuskan nafas terakhir dalam usia 83 tahun 4 bulan 10 hari.

Fr. Kristo Suhardi

Tuesday, October 25, 2016

FRATER WISMA AGUSTINUS RAYAKAN MINGGU MISI DI MAULO’O


Para frater pose bersama beberapa umat, pastor kapelan
(depan, kanan) dan kedua pastor pendamping.
seminariledalero.org - Para Frater penghuni Wisma Agustinus Ledalero merayakan hari Minggu Misi di Paroki Salib Suci Maulo’o. Kegiatan ini berlangsung dari hari Jumat (21/10) hingga Minggu (23/10). Kedatangan para frater bersama Pater pendamping, Pater Yosep Kusi, SVD disambut oleh Pastor Paroki Maulo’o, Rm. Mento, O. Carm. dan utusan umat.
MENARI BERSAMA - Beberapa frater menari bersama umat
Setelah beristirahat sejenak di pastoran, para frater dibagi di dua stasi, yakni stasi Maulo’o dan stasi Wolowiro. Ada 20 frater yang bermisi di stasi Maulo’o dan 21 frater yang bermisi di stasi Wolowiro. Sesampai di stasi, para Frater kemudian dibagi ke KUB-KUB. Selama tiga hari bermisi, ada berbagai kegiatan yang dijalankan oleh para frater di stasi masing-masing, di antaranya animasi misi di sekolah-sekolah, doa rosario, dan katekese bersama umat. Katekese kali ini mengangkat tema tentang perdagangan manusia (human trafficking).
Tema ini diangkat untuk menjawabi amanah Kapitel XXII Provinsi SVD Ende pada 2015 lalu. Melalui kegiatan katekese  ini, umat diharapkan memiliki pengetahuan yang cukup tentang perdagangan manusia dan tidak menjadi korban dari praktik kejahatan kemanusiaan yang semakin marak terjadi akhir-akhir ini.
Pastor kapelan paroki Maulo’o, Rm. Romi, O. Carm. dalam kata perpisahannya mengungkapkan terima kasih atas kunjungan frater-frater Wisma Agustinus Ledalero. Ia juga menyampaikan harapannya agar para frater terus melangkah dalam menjawabi panggilan Tuhan.
“Teruslah melangkah dengan pasti di jalan panggilan ini. Umat sangat mengharapkan agar kelak para Frater dapat menjadi imam misionaris yang baik. Terima kasih atas semua informasi yang telah dibagikan para Frater kepada umat di stasi ini, khususnya tentang perdagangan orang,” kata Romo Romi.
 Sementara Prefek Unit Agustinus, Pater Juan Orong, SVD dalam kata pisahnya mengungkapkan terima kasih kepada umat Paroki Maulo’o yang telah menerima kehadiran para Frater dalam kegiatan minggu misi ini. Kegiatan ini, kata Pater Juan, diharapkan mampu memberikan manfaat untuk umat Paroki Maulo’o, juga untuk para frater.
Tepat pukul 17.00 Wita, para frater kembali ke Ledalero. “Saya sangat bergembira dan bersyukur untuk semua pengalaman indah yang boleh saya kecap selama tiga hari ini. Kegiatan ini sungguh memperteguh jalan panggilan dan pilihan hidup saya,” kata Fr. Kris Ibu, SVD.

(Will Lerisam)

FRATER UNIT GABRIEL KUNJUNGI STASI PEIBENGA

seminariledalero.org - Para frater Unit Gabriel mengunjungi Paroki Hati Tersuci St Perawan Maria Moni, khususnya di stasi sekaligus titik pelayanan Peibenga. Kunjungan dalam rangka memaknai Minggu Misi Sedunia ke-90 ini diadakan sejak Jumat (21 Oktober 2016) hingga Minggu (23 Oktober 2016). Terdapat delapan Komunitas Umat Basis (KUB) di Stasi Peibenga. Para frater dibagi ke setiap KUB dan rata-rata tiap KUB mendapatkan 4 atau 5 frater.
Dalam kunjungan ini, ada beberapa kegiatan yang dilakukan bersama umat. Pada hari Sabtu 21 Oktober 2016, para frater mengadakan kegiatan katekese bersama anak-anak SD, SMP dan OMK. Selesai katekese, kegiatan dilanjutkan dengan pertandingan bola kaki antara frater dengan OMK. Pertandingan dimenangkan para frater dengan skor 8-7.
Kemeriahan dalam kebersamaan dengan umat terus berlanjut hingga malam hari dalam katekese. Katekese berlangsung di bawah tema: ‘Tanggung Jawab Manusia dalam Kehidupan Bersama’. Gagasan dasar dalam katekese ini adalah umat harus menyadari tanggung jawabnya untuk menyelamatkan orang lain dari jebakan kejahatan, terutama kejahatan human trafficking.
Dari pelbagai syering umat, dapat dikatakan bahwa ada umat tertentu yang terlibat dalam kejahatan itu, baik sebagai pelaku maupun sebagai korban. Akan tetapi, hal itu tidak disadari sebagai kejahatan. Setelah mendapat informasi dari melalui katekese, ada umat yang kemudian mengaku pernah menjadi korban dan pelaku human trafficking.
Pada Minggu (23 Oktober 2016), para frater mempersembahkan kor dan liturgi dalam misa bersama umat di Stasi Peibenga. Acara dilanjutkan dengan pertandingan bola voli yang diakhiri dengan kemenangan tim Peibenga.
Dalam rangka acara lepas pisah, sehabis pertandingan bola voli dilanjutkan dengan acara resepsi bersama umat di halaman Kapel Stasi Peibenga. Dalam acara resepsi ini, para frater menghibur umat dengan lagu dan pantun serta beberapa persembahan acara dari umat stasi.
Dalam sambutan perpisahan, Pastor Titik Pelayanan Peibenga Romo Ave, mengungkapkan terima kasih atas kunjungan para frater ke Peibenga. Hal lain yang ditekankannya adalah spiritualitas passing over.
“Agen pastoral tidak boleh jatuh cinta dengan tanah misi agar tidak terikat dan terbelenggu oleh hal menarik yang ada di daerah misi. Setiap agen pastoral harus rela melepas pengalaman indah bersama umat di tempat pelayanan dan selalu siap untuk berpisah atau beralih dari kenyamanan,” ungkap Romo Ave.
Hal demikian sekaligus menjadi pesan untuk para frater sebelum beranjak pulang ke Ledalero. Para frater pulang ke Ledalero tepat pukul 17.00 Wita

Frater Arsen Jemarut, SVD

Monday, October 24, 2016

FRATER UNIT YOSEF KUNJUNGI UMAT PAROKI WOLOWARU

seminariledalero.org  - Segenap anggota Unit Yosef Freinademetz mengadakan kunjungan di Paroki Hati Amat Kudus Yesus Wolowaru pada Jumat, (21/10) sampai Minggu, (23/10). Kunjungan berlangsung dalam rangka memperingati Hari Minggu Misi Sedunia yang ke-90. Dalam kunjungan ini, para frater menyiapkan tema Human Trafficking sebagai bahan untuk katekese bersama umat Paroki Wolowaru. Para frater memilih tema ini sebagai bentuk tindak lanjut dari hasil Kapitel Provinsi SVD Ende XXII Tahun 2015 yang bertekad memerangi masalah perdagangan manusia di wilayah ini. Human Trafficking atau pedagangan manusia merupakan isu yang hangat dibicarakan dalam masyarakat saat ini. Masalah perdagangan manusia menjadi sebuah kejahatan luar biasa, terutama karena ia sangat merendahkan martabat manusia dan oleh karena harus diperangi secara serius. Pastor Paroki Wolowaru, Pater Nikomedes Mere, SVD  pada kesempatan menerima kedatangan para frater, mangaku sangat antusias dengan tema yang disiapkan oleh para frater, sebab isu tentang perdagangan manusia merupakan masalah yang langsung dihadapi dan dialami oleh umat di parokinya. Lebih dari itu, umat sering kali tidak menyadari masalah ini sehingga mereka sama sekali tidak mempermasalahkan perdagangan manusia yang tanpa mereka sadari, sedang terjadi di sekitar mereka.
Di Paroki Walolowaru para frater dibagikan ke seluruh stasi yang menyebar di antara perbukitan di sekitar Wolowaru. Frater Yanto Lobo, SVD  mendapat stasi paling jauh, yakni Stasi Detupau. Dalam pertemuan katekese bersama umat di Stasi Detupau, Frater Yanto mengaku bahwa umat Stasi Detupau sangat senang dengan kunjungan para frater. Berkaitan dengan tema perdagangan manusia, umat menyatakan bahwa mereka samasekali tidak pernah mendenagar istilah Human Trraficking atau perdagangn manusia.
Dalam pembicaraan lebih jauh, umat di Stasi Detupau sebenarnya sangat akrab dengan kegiatan perdagangan manusia. Banyak umat yang merantau ke Sulawesi, Kalimantan dan negeri tetangga, Malaysia. Mereka umumnya bekerja sebagai penjaga toko, pembantu rumah tangga, dan pekerja di kebun kelapa sawit. Dari pengalaman mereka, sebenarnya mereka sangat menyatu dan akrab dengan kegiatan perdagangan manusia, sebagian besar tanpa mereka sadari, telah menjadi korban perdagangan manusia dan bahkan dari antara mereka ada yang bertindak sebagai calo tenaga kerja, atau menurut istilah mereka tekong.
Dengan kunjungan ini, umat mengaku sekurang-kurangnya mengenal dan mengetahui bahwa selama ini mereka telah terlibat dalam kegiatan perdagangan manusia. Dengan pemahaman ini, mereka akan lebih berhati-hati dalam urusan pergi merantau.

[Frater Hans Syukur, SVD]

Friday, October 21, 2016

FRATER KUNJUNGI PAROKI DAN KOMUNITAS MUSLIM

Minggu Misi, Sebagai bentuk pemaknaan terhadap Hari Minggu Misi Sedunia ke-90 yang jatuh pada 23 Oktober mendatang, para frater dari lima unit di Seminari Tinggi St Paulus Ledalero mengunjungi empat paroki dan satu komunitas umat Muslim

seminariledalero.org - Sebagai bentuk pemaknaan terhadap Hari Minggu Misi Sedunia ke-90 yang jatuh pada 23 Oktober mendatang, para frater dari lima unit di Seminari Tinggi St Paulus Ledalero mengunjungi empat paroki dan satu komunitas umat Muslim. Kunjungan yang dikelompokkan berdasarkan unit masing-masing ini berlangsung sejak Jumat (21/10) siang sampai Minggu (23/10) sore. 
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari masing-masing unit, para frater Unit Agustinus mengunjungi umat di Paroki Maulo’o, Unit Yosef Frainademetz ke Paroki Wolowaru, Unit Gabriel ke Paroki Moni, Unit Rafael ke Paroki Maurole dan Unit Arnoldus Janssen Nitapleat mengunjungi komunitas umat Muslim di Geliting-Kewapante. Sedangkan para frater Unit Mikhael baru melaksanakan kegiatan yang sama pada pekan depan di Paroki Bola, karena terhalang kegiatan lain di unit.
Ketua Umum Fratres Seminari Tinggi Ledalero Frater Arvin Ea, SVD menegaskan dirinya bersama seluruh frater sangat antusias menyambut kegiatan ini. Hidup bersama umat, kata Frater Arvin, merupakan kesempatan berharga untuk membarui semangat solidaritas dan komitmen misioner semua umat.
“Tugas menjadi rasul, mewartakan Injil dalam aksi dan perkataan, bukan semata-mata tugas imam dan biarawan-biarawati. Tugas tersebut merupakan tanggung jawab semua umat terbaptis. Oleh karena itu, kegiatan Minggu Misi ini kiranya bisa membentuk semangat misioner dalam diri semua umat,” kata Frater Arvin.
Sementara itu, Ketua Seksi Kerasulan dan Kitab Suci  Seminari Tinggi Ledalero Frater Rovin Naben, SVD menerangkan beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan para frater di tengah umat adalah hidup dan bekerja bersama umat, mengadakan katekese, doa bersama dan merayakan ekaristi.

Terkait katekese, lanjut Frater Rovin, pihaknya sudah menyiapkan materi mengenai perdagangan manusia (human trafficking) dan HIV/AIDS. Pemilihan kedua topik ini, lanjut Frater Rovin, merupakan bentuk keprihatinan bersama dan sekaligus hasil rekomendasi dari Kapitel Provinsi SVD Ende XXII yang berlangsung di Ledalero pada 23-29 November 2015 lalu. 

[Frater Yovan Rante, SVD]

Wednesday, October 19, 2016

PARA FRATER BERPASTORAL KITAB SUCI DI HOKENG

ANIMAS KITAB SUCI - Tiga Frater SVD sedang
melakukan animasi Kitab Suci di hadapan siswa/i
SDI Nilekhogeng, Sabtu (15/10)
 seminariledalero.org - Para Frater Tingkat IV Seminari Tinggi Santo Paulus Ledalero, sebagai bagian dari mahasiswa Semester VII pada STFK Ledalero, mengadakan kegiatan pastoral Kitab Suci di Paroki Hokeng. Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari (14-16 Oktober 2016) ini merupakan praktik lapangan dari matakuliah Pastoral Kitab Suci yang diasuh oleh Pater Ito Dhogo, SVD.
Walaupun kunjungan ini lebih merupakan kegiatan nyata dari para mahasiswa, kekhasan para frater, khususnya para frater SVD tetap terpancar lewat wilayah stasi yang menjadi tempat misi. “Karena para frater konvik SVD merupakan calon-calon misionaris, maka mereka akan ditempatkan di stasi terjauh dalam wilayah paroki Hokeng, yakni Stasi Palue, Stasi Bawalatang, dan Stasi Duang,” kata Pater Ito di ruangan kelas, Kamis (13/10), sehari sebelum keberangkatan para mahasiswa menuju Paroki Hokeng.
Selama tiga hari kegiatan di stasi-stasi, para frater melaksanakan beberapa kegiatan, antara lain mengunjungi rumah-rumah umat, katekese dan berdoa bersama di masing-masing komunitas umat basis, mengunjungi sekolah-sekolah untuk sharing dan berbagi pengalaman bersama anak-anak Sekolah Dasar dan Taman Kanak-Kanak, serta menangggung liturgi pada perayaan Hari Minggu, baik ibadat maupun perayaan ekaristi.
Di Stasi Duang, para frater diminta untuk menanggung koor pada perayaan ekaristi hari Minggu. Walaupun dengan persiapan seadanya, para Frater dengan senang hati memenuhi permintaan ketua stasi, dengan membawakan tiga lagu yakni Lagu Persembahan, Lagu Komuni, dan Lagu Terima Kasih Tuhan sebagai Lagu Penutup.
Tema yang diusung dalam katekese selama kegiatan pastoral Kitab Suci ini adalah Human Trafficking serta HIV dan AIDS. Selain sebagai realisasi dari mata kuliah Pastoral Kitab Suci, pemilihan tema ini juga bermaksud untuk menyadarkan umat bahwa mereka sedang dilanda oleh persoalan Human Trafficking serta HIV dan AIDS. Dengan bertitik tolak pada Kitab Suci, tema ini kemudian dipertajam dalam berbagai sharing pengalaman.
Umat yang mayoritas bermatapencarian sebagai petani ini, merasa diperkaya oleh kegiatan ini. Sebagian dari umat yang dikunjungi pernah memilih untuk merantau demi memperbaiki pundi-pundi ekonomi mereka. Juga, saat ini banyak warga paroki yang masih berada di tanah rantau untuk mencari nafkah. Umat sangat terbuka ketika mensharingkan pengalaman mereka di tanah rantau, khususnya yang berkaitan dengan Human Trafficking.

(Fr. Obeth Piran)

Thursday, October 13, 2016

LEDALERO GELAR SEMINAR PERDAGANGAN ORANG

seminariledalero.org - Seksi Akademi Komunitas Seminari Tinggi Santo Paulus Ledalero menggelar seminar tentang human trafficking (perdagangan orang) di aula Santo Thomas Aquinas Ledalero, Rabu (12/10). Seminar yang dimoderasi oleh Fr. Petrus Tan SVD ini, menghadirkan dua pembicara utama yakni Pater Alex Jebadu SVD dan Yanto Dereng (Staf Divisi Perempuan TRUK-F Maumere).
Prefek Koordinator Pater Ito Dhogo SVD dalam sambutan singkatnya ketika membuka seminar ini mengungkapkan seminar ini dimaksudkan agar anggota komunitas Ledalero mendapatkan pemahaman yang baik dan benar tentang perdagangan orang. Seminar ini juga merupakan sebuah pembekalan bagi para frater yang akan menjalankan program minggu panggilan di beberapa paroki pada 21-23 Oktober mendatang.
“Kapitel Rumah Ledalero 2015 dan Kapitel XXII Provinsi SVD Ende 2015 menjadikan masalah perdagangan orang serta HIV dan AIDS sebagai dua persoalan ad extra yang menjadi perhatian serius dari anggota komunitas dan anggota Provinsi SVD Ende. Dua hal ini merupakan persoalan besar yang membutuhkan tanggung jawab bersama untuk mengatasinya,” kata Pater Ito.
Pater Alex Jebadu SVD dalam pemaparannya menegaskan perdagangan orang merupakan kejahatan besar melawan kemanusiaan. Persoalan ini telah menjadi persoalan global, nasional, hingga ranah lokal. Provinsi NTT, kata Pater Alex, merupakan salah satu provinsi yang paling rawan dalam persoalan perdagangan orang dengan jumlah korban yang banyak.
”Sebuah kejahatan dikategorikan sebagai perdagangan orang kalau salah satu dari tiga unsur, yakni proses, cara dan tujuan, sudah terjadi. Proses meliputi perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan atau penerimaan. Cara meliputi ancaman, penggunaan kekerasan, penculikan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan, atau jeratan hutang. Sedangkan tujuan meliputi eksploitasi termasuk pelacuran, kerja paksa, perbudakan, kekerasan seksual, atau transpalantasi organ,” urai Pater Alex.
Pater Alex menambahkan apabila korbannya adalah anak-anak usia di bawah 18 tahun, meskipun tidak memenuhi cara-cara di atas, sudah merupakan tindak kejahatan perdagangan orang.
Cara yang dipakai oleh para pelaku perdagangan orang, menurut Pater Alex, adalah menyambar dengan berbagai tipu muslihat, seperti memberikan hutang dengan syarat-syarat tertentu yang memaksa orang tersebut atau keluarganya untuk terus menerus bekerja sebagai pelunasan hutang, menjanjikan pengiriman tenaga kerja ke kota atau ke luar negeri, menjadi pembantu rumah tangga (PRT) atau dengan menculik.
Pater Alex mengatakan para pelaku perdagangan orang memberdayakan calon korban dengan berbagai janji, antara lain menjadi duta seni budaya atau kontes kecantikan, menjanjikan pekerjaan yang menarik dengan gaji tinggi, memberi janji untuk disekolahkan atau kerja magang, dijanjikan untuk pertukaran pelajar atau pemuda, dijanjikan untuk sebuah perjalanan “religius” atau ziarah, dijanjikan untuk menjadi model atau bintang film (artis), dijanjikan untuk menjadi pengantin atau istri dari perekrut, dan dijanjikan untuk menjadi anak angkat.
Usai memaparkan materi, seminar ini dilanjutkan dengan diskusi bersama. Dua hal pokok yang diangkat oleh peserta seminar dalam sesi diskusi ini berkaitan dengan akar masalah perdagangan orang dan cara-cara yang dapat dilakukan bersama untuk mengatasinya, serta bagaimana membangun kemitraan dengan pihak-pihak terkait untuk melawan kejahatan kemanusiaan ini.

(Kristo Suhardi)







Sunday, October 9, 2016

USKUP SENSI TAHBISKAN LIMA IMAM BARU



TIARAP - Para imam baru sedang tiarap di depan altar
memohon berkat Roh Kudus

seminariledalero.org - Uskup Agung Ende Mgr. Vincentius Sensi Potokota menahbiskan lima imam baru dari kongregasi Serikat Sabda Allah (SVD) di aula Santo Thomas Aquinas Seminari Tinggi Santo Paulus Ledalero, Sabtu (8 Oktober 2016). Ekaristi tahbisan yang bernaung di bawah tema “Buatlah Aku Mengerti” (Mzm.119:125) ini, dimeriahkan oleh paduan suara dari para Frater SVD di Ledalero.

Hadir dalam perayaan ekaristi ini Provinsial SVD Ende Pater Leo Kleden SVD, Rektor Seminari Tinggi Ledalero Pater Kletus Hekong SVD, Praeses Seminari Tinggi Ritapiret Romo Philip Ola Daen, Bupati Sikka Yoseph Ansar Rera, 71 imam, biarawan, biarawati, keluarga dari imam baru, dan ratusan undangan lainnya yang memenuhi aula Santo Thomas Aquinas Ledalero.
          
Uskup Sensi dalam amanatnya kepada para imam baru mengungkapkan pentingnya sikap rendah hati. “Kalau Anda percaya bahwa hikmat dan pengertian mutlak dimilik oleh seorang imam misionaris, maka mutlak pula sikap rendah hati dan keterbukaan untuk memohonkannya kepada sumber hikmat dan pengertian itu yakni Allah sendiri,” kata Uskup Sensi. Uskup Sensi mengungkapkan hikmat dan pengertian itu mesti didasarkan pada sikap seorang anak manusia yang tahu dan sadar diri. Seorang imam, katanya, harus terus menerus membangun dan merawat dirinya. “Hanya imam yang penuh hikmat dan pengertian yang akan menjalankan karya pelayanannya dengan efektif,” katanya.
          
Sementara Provinsial SVD Ende Pater Leo Kleden SVD dalam sambutan singkatnya mengungkapkan bahwa para imam baru harus menjadi saksi dan tanda kerahiman Allah. Para imam, kata Pater Leo, harus hidup dari Sabda, dan dengan itu konsekuensinya, seorang imam haruslah seorang pendoa yang menjalin relasi yang intens dengan Tuhan.

“Laksanakanlah dalam tindakan nyata apa yang kamu wartakan dengan komitmen yang sungguh pada keadilan, perdamaian, keutuhan ciptaan dan kasih tanpa batas. Layani orang-orang yang kamu jumpai dengan penuh kerendahan hati,” pesan Pater Leo.
Pater Save Susanto SVD, dalam sambutannya mewakili para imam baru, menjelaskan tema misa tahbisan yang mereka pilih merupakan tanda kerendahan hati dan kerinduan untuk terus berguru pada Tuhan yang telah memanggil mereka. “Hidup menjadi pengikut Kristus merupakan proses yang tak pernah berkesudahan, karena itu kami akan selalu berguru pada Kristus yang telah memanggil kami,” kata Pater Save.

kelima imam baru yang ditahbiskan adalah Pater Agustino Gusti Horowura SVD (Brasil), Yoseph Riang SVD (Timor), Samuel Sori Wekin SVD (Nicaragua), Saverius Susanto SVD (Austria), dan Vincentius Ngganggur SVD (Paraguay). Sebelumnya, pada tanggal 1 Oktober 2016, Uskup Atambua Mgr. Dominikus Saku, menahbiskan delapan imam SVD di Novisiat SVD Santo Yosef Nenuk. 

(Kristo Suhardi)