Tuesday, January 31, 2017

Arung Sastra Ledalero Gelar Malam Sastra

seminariledalero.orgKomunitas Arung Sastra Ledalero (ASAL) menggelar malam sastra di aula Santo Thomas Aquinas Seminari Tinggi Santo Paulus Ledalero, Senin (30/1). Malam sastra yang bernaung di bawah tema Menggali Cinta dalam Perbedaan ini diisi dengan musikalisasi puisi, pembacaan cerita pendek (Cerpen) dan pementasan dua monolog.
            Malam sastra yang dipandu oleh Frater Denny Galus SVD ini, diawali dengan musikalisasi puisi berjudul Kepada Para Perantau yang Lupa Jalan Pulang oleh Frater Ari Kalndija SVD, yang disusul oleh deklamasi puisi berjudul Mukinah karya Fr. Endy Sie SVD. Dua puisi ini kemudian disusul oleh monolog berdurasi 15 menit, berjudul Warna yang dibawakan oleh Frater Rio Nanto SVD.
           
Usai monolog, Frater Valry Hengky SVD membacakan sebuah cerpen berjudul Menguburkan Ayah, yang disusul dengan monolog berjudul Aku dan Kamu oleh Frater Kalvin Pala SVD, dan sebuah puisi berjudul Yesus, Lelaki Farisi dan Perempuan Berdosa karya Frater Morghan Nikmat SVD. Seluruh rangkain acara malam sastra ini diakhiri dengan sebuah puisi berjudul Sepotong Malam dan Segelas Kopi dari Frater Kristo Suhardi SVD.
            Ketua Arung Sastra Ledalero Frater Morghan Nikmat, SVD mengungkapkan pagelaran malam sastra merupakan acara rutin bulanan yang digelar oleh Komunitas Arung Sastra Ledalero. Selain melibatkan para Frater Seminari Tinggi Ledalero, kata Frater Morghan, komunitas ini juga terbuka untuk para peminat sastra yang berasal dari luar Komunitas Ledalero.
           
 “Tema yang diangkat dalam pagelaran malam puisi pertama di tahun 2017 malam ini merupakan sebentuk ajakan universal kepada siapa saja untuk menggali cinta dalam perbedaan. Perbedaan bukanlah alasan untuk membuat pengkotak-kotakkan. Setiap perbedaan mesti dilihat sebagai anugerah untuk saling berbagi, saling mengisi dan saling melengkapi,” kata Frater Morghan.
            Sastra, kata Frater Morghan, merupakan jembatan yang baik untuk menghubungkan perbedaan itu. Karya-karya sastra merupakan madah semesta yang mengajak setiap orang untuk saling mencintai, saling merangkul dan bersama-sama menciptakan kehidupan bersama yang harmonis. “Mari kita menjadikan sastra sebagai penyalur cinta universal,” ajak Frater Morghan.
Menghargai Perbedaan
            Frater Rio Nanto SVD, yang ditemui usai mementaskan monolog Warna
mengungkapkan monolog Warna merupakan ajakan untuk menghargai perbedaan. Perbedaan, kata Frater Rio, ada untuk memperkaya kehidupan.
            “Ajakan untuk menghargai perbedaan selalu merupakan suatu hal yang mendesak, khususnya di tengah situasi saat ini, begitu banyak kelompok fundamentalis yang memaksakan kebenaran dan pendapat mereka sendiri di ruang publik. Kita mesti saling menghargai dalam keberbedaan kita,” kata mahasiswa semester II pada STFK Ledalero ini.
Apresiasi
            Prefek Koordinator Seminari Tinggi Ledalero Pater Ito Dhogo SVD, dalam pertemuan komunitas Ledalero, Sabtu (28/1) mengungkapkan apresiasinya atas perkembangan kelompok-kelompok minat di Seminari Ledalero. Keberadaan kelompok minat, kata Pater Ito, merupakan wadah yang paling baik untuk mengembangkan bakat para frater.
            “Minat dan bakat yang kita miliki mesti dikembangkan dengan baik. Hal ini sangat membantu kita ketika menjalankan karya pastoral sebagai seorang misionaris di manapun kita diutus kelak. Karena itu, saya sangat mendukung keberadaan kelompok minat seperti ini dan mendorong para frater untuk mengembangkan bakat yang mereka miliki,” kata Dosen Kitab Suci pada STFK
ledalero ini.



Penulis : 
Kristo Suhardi

Monday, January 30, 2017

Frater Boy Juarai Lomba “Josfrei The Voice 2017”

Frater Boy Kelore, SVD                        
 seminariledalero.org - Frater Boy Kelore SVD dari Grup Pepes berhasil menjuarai lomba tarik suara dalam ajang Josfrei The Voice 2017 yang digelar di ruang tamu Unit St. Yosef Freinademetz pada Jumat (27/1/2017). Frater Boy sukses mencuri perhatian tim juri dan menjadi pengumpul nilai terbanyak setelah menyanyikan lagu wajib berjudul Kemesraan Ini dan lagu pilihan Cinta dan Permata.
Frater Festo Uleng, SVD
Selain Frater Boy, tim juri yang terdiri dari dua penyanyi berpengalaman Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero, Frater Johan Seran SVD dan Frater Yohanes Purawan Budiarti SVD, juga menetapkan Frater Delis de Maly SVD sebagai peraih juara dua. Frater Delis yang merupakan perwakilan Grup Om Telolet Om ini tampil penuh percaya diri dengan menyanyikan lagu pilihan Aku Si Raja Gombal.
Frater Riko Putra, SVD
Disaksikan Seminariledalero.org, beberapa peserta lain dalam lomba ini adalah Frater Festo Uleng SVD dengan lagu Hujan Di Malam Minggu, Frater Riko Putra SVD dengan lagu 11 Januari, Frater Only Manu SVD dengan lagu Sephia, dan Bruder Fian membawakan lagu Tanpa Bicara. Semua peserta lomba terlihat berjuang keras mencuri simpati penonton dan tim juri dengan mengeluarkan seluruh kemampuan terbaik mereka.
Ketika ditemui Seminariledalero.org seusai pengumuman juara lomba, Frater Boy Kelore SVD, pertama-tama mengaku bangga bisa meraih juara pertama dalam lomba ini. Kemenangan ini, kata Frater Boy, merupakan hasil jerih payah dan kerja kerasnya dalam latihan terus-menerus selama ini.
“Saya sama sekali tidak pernah menduga akan keluar sebagai juara. Sebab itu saya berterima kasih kepada para penonton, dewan juri dan semua pendukung yang telah setia membimbing dan memberi semangat,” katanya.
Ketua Unit St Yosef Freinademetz, Frater Har Yanssen SVD mengatakan, Josfrei The Voice merupakan ajang pencarian dan pengembangan bakat semua anggota Unit St. Yosef Freinademetz. Sebab itu, dalam setiap perhelatan yang diadakan sekali dalam setahun ini, kriteria utama para kontestan adalah mereka tidak pernah tampil menyanyi di depan umum.
Selain sebagai ajang pencarian dan pengembangan bakat-bakat terpendam dari para kontestan, Josfrei The Voice juga digelar dalam rangka menyongsong pesta pelindung unit yakni St. Yosef Freinademetz. Oleh karena itu, kalau direfleksikan lebih lanjut, perlombaaan ini juga diadakan demi menimba semangat dan keteladanan misionaris dari  saudara sulung seserikat yakni St. Yosef Freinademetz,” katanya.


Penulis: 

Frater Hans Syukur, SVD

Pater Raymundus Ajak Umat Teladani St. Yosef Freinademetz

seminariledalero.org - Pater Raymundus Rede Blolong SVD mengajak umat yang menghadiri misa Hari Minggu Biasa IV sekaligus Hari Pesta St. Yosef Freinademetz untuk meneladani sikap hidup St. Yosef Freinademetz. Ajakan itu disampaikan Pater Raymundus dalam kotbahnya di Kapel Agung Komunitas Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero, Minggu (29/1/2017) pagi.
Sambil merefleksikan teks injil Matius 5:1-12a, Pater Raymudus menegaskan bahwa St. Yosef Freinademetz dalam hidupnya sudah menghidupi sabda bahagia yang disampaikan Yesus dalam teks ini. Sabda bahagia tersebut sekaligus menjadi pedoman bagi ziarah hidup dan semangat misi St. Yosef Freinademetz.
“St. Yosef Freinademetz, misionaris sulung SVD, telah melaksanakan sabda bahagia Yesus ini dalam hidupnya, khususnya selama karya misinya di China. Sejak kedatangannya di China sampai dengan wafatnya, St. Yosef Freinademetz sudah dengan penuh ketekunan menjadi seorang suci dalam hidup dan kudus dalam karya,” katanya.
Berkenaan dengan teladan kesalehan yang ditunjukkan St. Yosef Freinademetz ini, Pater Raymundus mengajak seluruh umat yang hadir, khususnya para frater, agar meneladani St. Yosef Freinademetz. Dengan meneladani St. Yosef Freinademetz, ujar Pater Raymundus, sekaligus juga menjadi salah satu jalan bagaimana mengamalkan sabda bahagia Yesus dalam hidup dan panggilan para frater.
Sementara itu, salah seorang anggota Komunita Ledalero Frater Adi Uskenat SVD saat ditemui Seminariledalero.org usai perayaan ekaristi mengatakan dirinya secara pribadi mengagumi sosok St. Yosef Freinademetz. Kekaguman tersebut, kata Frater Adi, tumbuh dari sikap sederhana dan pantang menyerah yang sudah ditunjukkan St. Yosef Freinademetz saat menghadapi situasi sulit di daerah misi.
Dalam perayaan ekaristi tersebut Pater Raymundus didampingi Pater Lukas Jua SVD. Terlihat hadir para frater, suster, bruder, karyawan dan karyawati, serta beberapa umat dari luar Komunitas Seminari Tinggi Ledalero.

Penulis:
Frater Yovan Rante, SVD



Saturday, January 28, 2017

Frater Unit St. Yosef Freinademetz Selenggarakan Malam Puisi

Para frater sedang membedah buku kumpulan puisi "Perhentian Pagi"
 seminariledalero.org - Para frater Unit St. Yosef Freinademetz menyelenggarakan malam puisi di ruang tamu unit mereka, Kamis (26/1/2017). Kegiatan yang diprakarsai Kelompok Minat Menulis Halte (KMMH) ini diadakan dalam rangka memeriahkan Pesta St. Yosef Freinademetz pada 29 Januari mendatang.
Hadir dan membuka kegiatan ini Pater Fredi Sebho SVD, perwakilan Unit Paulus Pater Bill Burt SVD dan para suster SSpS. Selain itu hadir pula para frater dari unit-unit lain serta semua anggota Unit St. Yosef Freinademetz.
Dalam kegiatan ini ada beberapa kegiatan yang dibawakan yakni bedah buku Kumpulan Puisi Perhentian Pagi karya anggota Unit Yosef Freinademetz Frater Mario Kali, dkk. Acara bedah buku ini dipandu Frater Atel Lewokeda SVD.
Para pemusik Unit St. Yosef Freinademetz
turut berpartisipasi dengan memainkan musik-
musik instrumen pada setiap jeda acara.
Selanjutnya pementasan monolog Balada Perempuan karya Frater Hans Syukur SVD yang dibawakan oleh Frater Delis Mali SVD. Selain itu juga musikalisasi puisi oleh Frater Mario Kali SVD dan Frater Elmas Sitinjak SVD. Semua rangkaian acara ini dimeriahkan oleh kelompok musik akustik St. Yosef Freinademetz dibawah pimpinan Frater  Tantis Huller SVD.
          Pater Fredi Sebho SVD dalam kata sambutan singkatnya menyebut acara ini sebagai kesempatan bermisi dalam puisi. Pater Fredi menegaskan bahwa puisi adalah sesuatu yang lahir dari kesunyian hati yang teduh. Kata-kata keluar dari jiwa yang tenteram akan melahirkan kekuatan tiada tara. Sebab itu, semua bakat yang dimiliki harus dikembangkan guna menegaskan panggilan di tempat ini.
Para pater dan suster hadir untuk
menyaksikan dan mendukung
karya kreatif para frater
Unit St. Yosef Freinademetz.
          Sementara itu, Ketua KMMH Frater Yanto Lobo SVD mengaku puas dan bangga dengan terlaksananya kegiatan ini. Dia menegaskan bahwa kegiatan ini dibuat terutama untuk memeriahkan pesta pelindung unit St. Yosef Freinademetz. Selain itu kegiatan ini juga dibuat sebagai sarana penyaluran bakat dari semua anggota unit. Dengan kegiatan ini, diharapkan semua anggota unit memberikan yang terbaik bagi komunitas dan demi kebaikan bersama.




Penulis:
Frater Hans Syukur, SVD

Lima Frater Terbitkan Satu Antologi Puisi

kegiatan bedah buku puisi
seminariledalero.org -  Lima Frater Seminari Tinggi Santo Paulus Ledalero menerbitkan satu buku antologi puisi pada Juni 2016. Antologi puisi berjudul “Perhentian Pagi” dibedah dalam kegiatan malam sastra yang dihelat oleh para Frater penghuni Unit Yosef Freinademetz, Kamis (26 Januari 2017). Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan menyongsong pesta pelindung Unit Santo Yosef Freinademetz yang berpuncak pada Minggu (29 Januari 2017).
            Antologi puisi ini berisikan 61 puisi yang masing-masing ditulis oleh Fr. Dennis Hayon SVD (13 puisi), Fr. Mario Dominggo Elia Kali SVD (13 puisi), Fr. Selestinus G.N. Botoor SVD (13 puisi), Fr. Virgilius Bere SVD (10 puisi), dan Fr. Yohanis Parlindungan Sitinjak SVD (12 puisi). Kelima Frater yang saat ini tercatat sebagai mahasiswa Semester IV pada STFK Ledalero ini merupakan anggota Komunitas Arung Sastra Ledalero (ASAL).
Kelima penyair dalam pengantar antologi ini mengungkapkan antologi puisi ini lahir dari persetujuan bersama mereka untuk mengumpulkan dan mengabadikan puisi-puisi mereka dalam satu buku. Antologi ini merupakan salah satu langka awal mereka dalam menggeluti dunia kesusastraan.
“Persetujuan ini muncul dari duduk-duduk bersama kami yang secara tidak sengaja menyentil niat untuk menerbitkan antologi puisi. Niat ini kemudian kami perjuangkan agar segera terealisasi. Kami menyadari bahwa kehadiran antologi ini telah melibatkan begitu banyak orang, untuk semua mereka kami sampaikan terima kasih yang mendalam,” tulis kelima penyair dalam pengantar buku.
Pater Fredy Sebho, SVD dalam kata pengantarnya pada buku ini mengungkapkan para penyair dalam antologi puisi ini tidak hanya ikhlas membiarkan imajinasinya berkelana tak tahu arah, tetapi juga secara apik menggunakan disiplin berpikirnya. Para penyair, tulis Pater Fredy, memiliki gaya dan pilihan kata yang energik. “Bahasa mereka memiliki kulit, bukan sembarang kulit melainkan kulit yang bergetar karena gairah,” tulis Pater Fredy.
Lebih lanjut, Dosen Teologi Moral pada STFK Ledalero ini mengungkapkan kelima penyair pandai membujuk dan merayu para pembaca melalui diksi-diksi yang memesona. “Barangkali tidak salah kalau saya mengatakan bahwa tulisan mereka selalu mengandung kemungkinan yang tak mungkin terselesaikan, tetapi enak untuk terus dijejaki sambil memeluk penasaran yang tak bertepi,” tulis Pater Ferdy.
Sementara Gusty Fahik, salah satu perintis Komunitas ASAL pada 2009/2010, dalam epilognya menulis seperti hidup, puisi selalu mengandung kontradiksi. “Demikianlah yang saya temukan dalam untaian puisi-puisi dalam antologi Perhentian Pagi ini” tulis Gusty Fahik.
“Pun seumpama perjalanan, puisi memberi aneka kejutan tidak terduga yang bisa membuat orang terhenyak dalam takjub atau terbuai dalam diam yang memukau. Puisi juga ibarat potongan ziarah melewati lintasan ruang dan waktu, yang barangkali bisa dijadikan sebuah titik perenungan untuk dapat melampaui ziarah itu sendiri,” tulis Gusty, yang saat ini bergiat di Institut Sophia Kupang dan aktif menulis di berbagai media cetak lokal di NTT. 



Penulis ;
Kristo Suhardi

Thursday, January 26, 2017

Jelang Pesta St. Yosef Freinademetz, Komunitas Ledalero Adakan Triduum

Para imam yang merayakan misa triduum hari pertama.
seminariledalero.org - Menjelang pesta misionaris perdana sekaligus pelindung serikat St. Yosef Freinademetz pada Minggu (29/1/2017) mendatang, segenap anggota Komunitas Seminari Tinggi ST. Paulus Ledalero mengadakan triduum yang dimulai sejak Kamis (26/1/2017) petang. Triduum hari pertama ini fokus diadakan di Kapel Agung Komunitas Ledalero, sedangkan dua hari berikutnya akan dilaksanakan di kapel unit masing-masing.
Disaksikan Seminariledalero.org, triduum hari pertama diintegrasikan dengan misa komunitas yang berlangsung setiap Kamis petang. Misa dipimpin Pater Sefri Juhani SVD, sedangkan kelompok kor dan petugas liturgi berturut-turut ditangani para frater Unit St. Agustinus dan Unit St. Gabriel.
Pater Sefri dalam kotbahnya secara khusus merefleksikan perumpamaan tentang pelita yang dikisahkan Markus 4:21-25. Menurut Pater Sefri, perikop singkat yang ditulis Markus ini berkisah tentang kebenaran. Kebenaran tersebut, sambung Pater Sefri, memuat tiga pesan utama.
“Pesan yang pertama adalah kebenaran tidak boleh disembunyikan dalam diri. Setiap orang yang memiliki kebenaran mesti terbuka untuk berbagi dengan yang lain. Kebenaran mesti diwartakan, bukan untuk disembunyikan,” katanya.
Pesan yang kedua, lanjut Pater Sefni, kebenaran tidak datang dengan sendirinya, ia senantiasa melewati proses dari waktu ke waktu. Sehubungan dengan ini, manusia tidak dapat mengetahui kebenaran secara sempurna, sebab hanya Allah-lah yang empunya kebenaran. Manusia hanyalah kaki dian, tempat cahaya kebenaran ditahtakan.
“Pesan ketiga adalah ajakan kepada para murid untuk mewartakan kebenaran yakni Yesus Kristus. Dialah terang kebenaran yang mesti selalu diwartakan oleh para pengikut-Nya,” katanya.
Pada bagian akhir kotbahnya Pater Sefri mengisahkan perumpamaan tentang pohon bambu yang selama lima tahun awal sejak penanamannya tidak menunjukkan proses pertumbuhan. Menurut Pater Sefri, lima tahun awal tersebut dimanfaatkan bambu untuk mengokohkan akar dan melenturkan batangnya.
“Seminari Tinggi Ledalero juga merupakan tempat kita mengokohkan akar kepribadian kita dan melenturkan pola-pola misi kita. Harapannya adalah kita menjadi biarawan misionaris SVD yang tangguh menghadapi tantangan, tetapi sekaligus lentur dalam menghadapi perubahan zaman,” imbuhnya.
Sementara itu, Frater Antonius Mo’a SVD dalam doa triduum yang dipimpinnya mengajak seluruh anggota Komunitas Ledalero untuk memohon kepada Tuhan agar dianugerahi rahmat cinta dan kesetiaan terhadap tugas perutusan.
“Anugerahkanlah kami, abdi-abdi-Mu, rahmat kesederhanaan dan sukacita seperti yang telah Kau anugerahkan kepada St. Yosef Freinademetz. Semoga kami sanggup memenuhi tugas-tugas kami dengan setia dan dianugerahi kebahagiaan dan ketentraman kekal,” katanya.   

Penulis: 
Frater Yovan Rante, SVD



Tuesday, January 24, 2017

Frater Unit St. Arnoldus Janssen Rekreasi Bersama Umat

Pater Hendrik Maku, SVD
seminariledalero.org - Para frater Unit St. Arnoldus Janssen Nita Pleat mensyukuri Pesta Pelindung Unit dan sekaligus hari ulang tahun yang ke-24 unit tempat tinggal mereka dengan mengadakan rekreasi bersama beberapa komunitas umat. Rekreasi Unit St. Arnoldus Janssen ini diadakan di Pantai Krokowolon, Minggu (22/1/2017).
Hadir dalam rekreasi bersama tersebut Prefek Unit St. Arnoldus Janssen Nita Pleat Pater Hendrik Maku SVD, Ketua Forum Kerukunan Antar Umat Beragama (FKUB) sekaligus Camat Kewa Pante Alfons Naga beserta keluarga, dan beberapa pendeta GMIT Kewa Pante bersama keluarga. Turut hadir beberapa karyawan dan karyawati Seminari Tinggi Ledalero dan keluarga serta kenalan para frater.
Disaksikan Seminariledalero.org, acara syukuran tersebut berlangsung sederhana. Meskipun cuaca mendung, para peserta tetap ceria dan duduk berbaur membentuk kelompok-kelompok kecil. Dalam kelompok-kelompok kecil itu ada yang bertukar cerita dan ada juga yang bermain kartu remi.
Di dalam tampilan kesederhanaan perayaan syukuran ini terkandung makna persaudaraan dan persahabatan yang mendalam. Makna dan nilai persaudaraan dan persahabatan itu semakin nampak ketika Frater Morgan Nikmat SVD selaku pemandu acara meminta para  frater yang berulang tahun pada Desember dan Januari membagikan pengalaman mereka.
Melihat keseluruhan acara tersebut Pater Hendrik Maku SVD mengomentari perayaan syukuran ini. Dalam kata sambutannya, Pater Hendrik menyampaikan apresiasinya terhadap konsep perayaan syukur yang sederhana tetapi sarat makna tersebut.
“Perayaan syukuran semacam ini walaupun sederhana tetapi dapat membangkitkan semangat persaudaraan dan persahabatan. Terima kasih atas kehadiran kita semua, terutama Bapak Camat bersama keluarga, para pendeta, karyawan-karyawati dan hadirin sekalian. Kehadiran kalian merupakan tanda dukungan bagi Unit St. Arnoldus Janssen pada khususnya dan Seminari Tinggi St Paulus Ledalero pada umumnya,” katanya.
Ketua Unit St. Arnoldus Janssen periode Agustus 2016-Januari 2017 Frater Nikson Loko SVD mengatakan selain mengandung nilai persahabatan, perayaan syukuran di pantai ini juga menjadi kesempatan bagi para frater untuk menyegarkan diri sebelum memasuki tahun ajaran baru. Frater Nikson berharap, kebersamaan yang sudah dibangun ini bisa menjadi penambah semangat para frater untuk menjalani panggilan dengan bahagia.

Penulis: 
Frater Rudi Haryatno, SVD
























Sunday, January 22, 2017

Frater Ledalero Kembali Masuki Masa Kuliah


Dosen matakuliah Tema-Tema Kitab Suci
Pater Alfons Betan, SVD sedang menerangkan
materi kuliah kepada para mahasiswa program S2,
Jumat (20/1/2017) pagi.
seminariledalero.org - Setelah melewati masa liburan semester gasal, yang disatukan dengan liburan Natal dan Tahun Baru, para frater Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero kembali memasuki masa kuliah sejak Jumat (20/1/2017). Pada kuliah hari pertama tesebut, para frater terlihat bersemangat dan memasuki ruang kuliah tepat waktu.
Seperti disaksikan Seminariledalero.org di ruang kuliah mahasiswa Semester II Program S2 Teologi, frater-frater Ledalero tampak bergabung bersama para mahasiswa awam dan frater-frater dari biara lain. Para mahasiswa tersebut tengah mengikuti matakuliah pilihan Tema-Tema Kitab Suci yang disajikan dosen Pater Alfons Betan, SVD.
Mahasisa Semester II Program S2 Teologi Frater Pito Tamonob, SVD ketika diwawancarai Seminariledalero.org pada Minggu (22/1/2017) pagi, mengatakan dirinya merasa disegarkan kembali setelah melewati masa liburan yang lumayan lama. Gangguan kesehatan yang dalami Frater Pito pada akhir masa kuliah semester pertama sedikit mengalami perubahan setelah masa rehat sepanjang liburan.
“Dokter mendiagnosis saya mengalami penyakit asam lambung, sebab asam lambung saya tergolong tinggi. Kondisi kesehatan yang kurang bagus ini sangat mengganggu kelancaran aktivitas saya baik aktivitas akademik di tempat kuliah maupun aktivitas lain di biara,” katanya.
Pada masa-masa mendatang, Frater Pito berniat menjaga kesehatan dirinya secara lebih serius lagi. Selain itu, calon misionaris Papua Nugini ini juga bertekat untuk semakin tekun dalam kehidupan akademik, sebagai bentuk persiapan dirinya menjadi imam misionaris SVD yang tangguh.
Frater Dominggos Barros, SVD
Sementara itu, mahasiswa Semester VI Program S1 Filsafat Frater Dominggos Barros, SVD mengatakan liburan Natal dan Tahun Baru yang telah lewat menginspirasi dirinya untuk lebih banyak berbenah diri. Peristiwa kelahiran Yesus, misalnya, mengajarkan dia untuk berani berubah dari pola hidup lama menuju gaya hidup baru seturut semangat Kristus.
“Komitmen saya pada Semester VI ini antara lain meningkatkan kedisiplinan hidup harian dan mengembangkan bakat yang selama ini masih terpendam dalam diri. Pada bidang akademik, komitmen yang paling utama adalah tekun belajar, meningkatkan minat baca dan berusaha untuk lebih aktif selama proses perkuliahan di kelas,” kata Frater Barros.



Penulis: 
Frater Yovan Rante, SVD  












Wednesday, January 18, 2017

Para Frater Kembangkan Usaha Kemandirian Unit

Fr. Adolf Kebu SVD, sedang memberi makan kambing.
 seminariledalero.org - Para frater penghuni Unit Yosef Freinademetz Seminari Tinggi Ledalero mengembangkan usaha kemandirian unit. Usaha kemandirian ini tampak dalam bentuk pemeliharaan hewan ternak guna menunjang kemandirian finansial seperti memelihara babi, kambing, ayam, ikan lele dan bebek.

Fr. Adolf Kebu SVD,
sedang membersihkan kandang babi.
Selain usaha-usaha ini, para frater juga menanam beberapa jenis tanaman jangka pendek seperti ubi, sayur, jagung, pepaya, dan kacang-kacangan. Usaha kemandirian ini merupakan pengembangan lebih lanjut spirit kemandirian Serikat Sabda Allah (SVD) sebagaimana dicanangkan oleh Tim Pimpinan SVD di Roma.
Seperti disaksikan oleh seminariledalero.org, untuk menjalankan tugas-tugas pemeliharaan hewan ternak ini, para Frater Unit Yosef dibagi atas beberapa kelompok, dan setiap kelompok terdiri atas tiga orang. Ada Frater yang mendapat tugas pelayanan memelihara babi, ada Frater yang dipercayakan memelihara kambing, ayam, ikan lele dan bebek. Para Frater menjalankan tugas ini setiap hari.

Pendamping para Frater Unit Yosef Freinademetz, Pater Kanis Bhila SVD, yang ditemui seminariledalero.org di ruang kerjanya mengatakan berbagai usaha kemandirian ini dibuat untuk meneruskan semangat kemandirian sebagaimana yang dicetuskan oleh para pemimpin umum SVD di Roma. Usaha-usaha kemandirian ini juga, kata Pater Kanis, merupakan bentuk implementasi semangat kemandirian Gereja Lokal selama ini.
Fr. Ipank Suhardi SVD sedang membersihkan kolam ikan
“Sebagai agen pastoral dan calon misionaris yang akan diutus ke berbagai negara, para Frater sejak dini dilatih untuk bekerja dan melakukan usaha sendiri. Ini merupakan tujuan jangka panjang. Sedangkan untuk tujuan jangka pendek, semangat kemandirian ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari para Frater di unit. Hasil penjualan babi dan kambing akan digunakan untuk keperluan para frater di unit,” kata Pater Kanis.

Fr. Julio sedang memberi makan beberapa ekor bebek
Sementara ketua pemeliharaan babi dan kambing, Fr. Adolf Kebu SVD, mengatakan tugas pemeliharaan babi, kambing dan ikan lele bertujuan untuk melatih para frater menghidupi semangat kerja keras dalam hidup. Lebih dari itu, kata Fr. Adolf, dengan mengurus babi dan kambing setiap hari, usaha kemandirian sebagaimana digaungkan oleh Gereja lokal dan Serikat selama ini dapat sungguh-sungguh dihayati oleh para frater sebagai calon misionaris dan imam Tuhan di masa yang akan datang.
“Saya menerima tugas pelayanan ini dengan senang hati. Ini merupakan salah satu bentuk pengabdian saya kepada unit. Hasil penjualan dari hewan peliharaan ini dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan unit, seperti membeli peralatan makan dan perlengkapan kerja tangan serta hal-hal lain yang bisa dipenuhi sendiri oleh para frater, sehingga tidak terlalu bergantung pada ekonom komunitas,” kata Fr. Adolf.

Penulis :
Fr. Harr Yansen, SVD

Misionaris Angola Berbagi Pengalaman Misi di Unit Gabriel

seminariledalero.org - Misionaris Angola Pater Leksi Bono, SVD berkesempatan mengunjungi dan berbagi pengalaman misi di hadapan para frater Unit St. Gabriel, Senin (16/1). Dalam kunjungan tersebut, imam yang ditabiskan pada tahun 2010 ini membagi pengalaman misinya di negara Angola.
Pater Leksi, yang merupakan konfrater seangkatan Prefek Unit St Gabriel Pater Fredy Sebho, SVD ini mengungkapkan misi di negara bekas jajahan Portugis itu terbilang sulit dan menantang. Dirinya menangani satu paroki yang sangat luas, hingga mencakup tiga kabupaten.
“Jarak antara stasi yang satu dengan stasi yang lain umumnya sangat jauh. Umat di setiap stasi menunggu waktu yang lama untuk bisa mendapat pelayanan. Sangat menguras tenaga untuk bisa berkeliling dan melayani umat dalam Paroki,” ungkapnya.
Pada bagian lain kisah pengalamannya, imam yang pernah menjalani masa praktik (TOP) di Universitas Widya Mandira Kupang ini mengatakan tantangan misi di Angola tidak saja terbatas pada daerah misi yang luas. Situasi sosial dan kondisi pemerintahan yang korup juga merupakan tantangan lain di Angola.
“Angola baru mengakhiri perang saudara pada tahun 2002. Situasi perang yang lama menjadikan Angola sebagai negara kedua di dunia yang memiliki ranjau darat terbanyak setelah Vietnam. Kemiskinan akibat perang saudara dan pemerintahan yang korup juga turut memicu perampokan,” kata Pater Leksi.
Menurut Pater Leksi, mayoritas penduduk negara Anggola memeluk agama Kristen. Di negara yang wilayahnya hanya terdiri dari daratan ini, terdapat 35 biarawan SVD yang terdiri dari 3 orang bruder dan 32 imam. Seluruh wilayah administratif negara Angola sekaligus menjadi provinsi SVD tersendiri. Untuk melayani masyarakat, dibutuhkan banyak misionaris. Karena itu, kebutuhan akan misionaris masih sangat tinggi.
Model Misi
Pater Leksi juga mengungkapkan model misi yang dipakai oleh misionaris di Angola adalah misi integrasi. Di setiap paroki SVD, pasti terdapat pula sekolah dan klinik yang dikelola oleh pastor paroki.
“Pastor paroki bertanggung jawab pula untuk mengelola sekolah dan klinik. Pada saat mengunjungi umat di stasi, pastor paroki pasti membawa serta obat-obatan untuk diberikan kepada umat. Karena itu, hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan harus diketahui pula oleh pastor paroki,” ucapnya.
Pewartaan iman kepada umat didominasi oleh pewartaan iman dasar. Pewartaan iman melalui pengajaran doa, cerita dan misa. Keterbatasan pewartaan iman ini disebabkan oleh banyaknya umat yang belum tahu membaca.
Pater Leksi merefleksikan bahwa misi selalu menjadi milik Tuhan. Tuhan selalu ikut campur dalam mengatasi kesulitan yang dialami di tanah misi. Campur tangan Tuhan itu datang melalui kejadian-kejadian sederhana.
“Pengalaman di tanah misi itu menggembirakan karena Tuhan ikut campur di dalamnya. Tuhan ikut campur dalam mengatasi kesulitan di tanah misi, terutama kesulitan ekonomis. Kami di Angola harus berjuang bertahan hidup melalui usaha photo pas dan barter,” tuturnya.
Menggembirakan
Pada bagian akhir pertemuan, Pater Leksi mengatakan jangan takut ke tanah misi terutama Afrika. Menurut dia, orang-orang Afrika itu umumnya baik, rendah hati, terbuka dan ramah.
“Keterbukaan mereka dalam menerima pewartaan adalah respons yang menggembirakan misionaris. Intinya, selalu ada pengalaman yang menggembirakan yang terjadi dalam pelayanan dan karya di tanah misi Afrika’’ katanya.
          Dalam kesempatan lain, mewakili para frater unit Gabriel, Frater Rio Nanto, SVD menyampaikan rasa gembira karena telah dikunjungi misionaris dan membagikan pengalaman misi. “Kami merasa gembira karena Pater Leksi telah mengunjungi kami. Pengalaman yang telah dibagikan Pater Leksi akan menjadi bahan masukan bagi kami di rumah formasi ini,” ungkap frater asal Manggarai itu.

Penulis:
Frater Arsen Jemarut, SVD