Tuesday, January 23, 2018

Inilah Empat Matra Khas SVD


Pater Eman: Kita Gunakan “Apreciative Approach”

seminariledalero.org - Inilah empat (4) dimensi karakteristik atau matra khas SVD yakni kerasulan kitab suci (bible apostolate), animasi misi (mission animation), keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan (justice, peace and integrity of creation/JPIC) dan komunikasi (communication). Empat matra khas SVD itu dirumuskan pertama kali dalam Kapitel Jenderal (General Capitel) Ke-XV Tahun 2000. Konteksnya adalah tahun yubileum 2000 dan hari ulang tahun (HUT) SVD Ke-125. 

Hal ini disampaikan oleh Staf Pusat Penelitian (Puslit) Candraaditya Maumere-Flores, Pater Eman Embu, SVD dalam program novisiat kekal bertajuk “Pengalaman TOP/TOM/OTP dalam Terang Ansos” hari kedua di Lantai 2 Pendopo Timur Seminari Tinggi Santo Paulus Ledalero, Desa Takaplager, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka, Senin (22/1). Hadir dalam kesempatan itu 25 fratres novis kekal atau probanis angkatan 75 tahun 2018. Pater Eman membawakan materi tentang “Dimensi Karakteristik SVD.” Para frater yang melakukan praktik pastoral di Tim Relawan untuk Kemanusiaan (TRUK), Vivat Internasional Jakarta, Yayasan Teratai Hati Papua, Pondok Pesantren Walisanga-Ende dan SKHU Flores Pos membagikan pengalaman TOP.   


Tiga Tanggapan
Pater Eman mengatakan, SVD memberikan tiga (3) tanggapan terhadap empat matra khas itu yakni pertama, memberikan kesaksian tentang kerajaan Allah melalui kedua, dialog profetis yang ditandai dengan ketiga, matra-matra khas SVD. Mitra dialog profetis SVD yang utama adalah antara lain orang yang tidak mempunyai komunitas iman dan para pencari iman, orang miskin dan disingkirkan dan orang dari kebudayaan lain. Menurutnya, empat matra khas itu berakar dalam konstitusi (Konstitusi Nomor 106-115) dan warisan bapa pendiri. 

Pater Eman mengatakan, semua orang pada dasarnya menyetujui opsi keberpihakan kepada orang miskin. Akan tetapi, tidak semua orang menyetujui aksi konkret mewujudkan keberpihakan itu.
“Misalnya, pembangunan fasilitas publik yang ramah terhadap kaum difabel dianggap tidak penting karena jumlah mereka sedikit. Mereka melihat jumlah, tetapi tidak melihat kebutuhan konkret dari manusia secara pribadi. Kalau memakai kriteria jumlah, maka orang-orang terpinggirkan tidak akan bisa dibantu. Kita harus melihat kebutuhan real manusia konkret,” katanya.
Pater Eman mengatakan, kita memang mengalami kesulitan dalam medan misi. Akan tetapi, interaksi dan keterlibatan dengan orang-orang di mana kita mengabdikan diri membawa kegembiraan. Oleh karena itu, pendekatan problem (problem based approach) mesti diganti dengan pendekatan apresiatif (apreciative aproach).


“Appreciative Inquired”
Pater Eman mengatakan, orang biasanya bertolak dari problem (problem based aproach). Pohon masalah dirancang dan kemudian dicari solusi alternatif untuk menyelesaikannya.
“Akan tetapi, sekarang kita memakai apreciative inquiered. Apa nilai positif? Mimpi apa yang harus diraih? Apa yang kita buat untuk meraih mimpi?” katanya.

Pater Eman mengatakan, appreciative approach bertolak dari hal-hal yang positif. Ada banyak hal baik yang bisa membuat kita berkembang dalam berbagai aspek. Ini adalah alternatif pemecahan masalah selain problem solved approach.

“PSA (problem solved aproach) bertolak dari problem. Dalam AA (apreciative aproach), kita bertolak dari hal yang baik. Dalam hubungan dengan praktik pastoral, kita memulai dari hal yang baik. Kita memfokuskan diri pada hal yang baik itu,” katanya.


Evaluasi Kerja Sama
Frater Pembimbing di Pondok Pesantern Walisanga Ende, Frater James Tafuli, SVD mengatakan, hal-hal positif di Ponpes Walisanga Ende adalah ia terlibat dalam aktivitas mengajar, menjadi panitia gema Ramadhan se-Kabupaten Ende, melatih marching band dan mengajak adik-adik ke biara. Akan tetapi, menurutnya, misi dialog kemanusiaan di Ponpes Walisanga Ende perlu dihentikan untuk sementara waktu. Waktu jeda itu digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap praktik kerjasama antara SVD dan Ponpes Walisanga yang sudah dimulai sejak tahun 1980-an pada masa kepemimpinan pendiri Haji Mahmud Eka.

“Setelah peralihan kekuasaan dari Haji Mahmud Eka, orientasi kerja sama menjadi lain,” katanya.



Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak
Frater Aktivis di TRUK Maumere, Frater Cello Gunadi mengatakan, hal-hal positif di TRUK adalah ia bisa melihat persoalan kemanusiaan khususnya anak dan perempuan yang mengalami kekerasan dari dekat, menyerahkan diri dan bekerja sama dengan para aktivis memperjuangkan hak perempuan dan anak, terlibat secara penuh dengan membuat laporan polisi dan menjadi pendamping hingga di pengadilan, belajar bekerjasama dengan lembaga NGO sesuai dengan kerangka kerja (logical frame work) LSM, menangani publikasi kepada lembaga donor, belajar bekerja dengan teliti, terampil dan disiplin. 

“Prioritas TRUK adalah membantu ibu dan anak yang mengalami kekerasan. Kekerasan memiliki banyak bentuk,” katanya.


Advokasi, Kampanye dan Lobi
Frater di Vivat Internasional Jakarta, Frater Flori Djehaut, SVD mengatakan, hal-hal positif di Vivat Internasional Jakarta adalah menangani majalah Vivat, belajar bertanya kepada orang yang lebih tahu tentang IT, menjadi tim relawan di Aceh, dilatih bekerjasama dengan lembaga-lembaga lain, belajar berjejaring dengan NGO lain, bertemu langsung dengan para korban, dan bertemu dengan orang-orang besar. Menurutnya, terdapat tiga tugas utama di Vivat yakni melakukan advokasi, kampanye dan lobi.

“Saya akan mengabdikan diri di bidang kemanusiaan,” katanya.


Lembaga Non-Profit
Frater di Yayasan Teratai Hati Papua (YTHP), Frater San Mere mengatakan, YTHP merupakan lembaga local non-profit yang bersifat independen. YTHP membantu kerja pastoral mengadovaksi kekerasan aparat kepada warga. 

“Selain itu, yayasan juga membantu pendidikan dan kesehatan,” katanya. 


Kerja Jurnalistik
Frater di SKHU Flores Pos, Frater Silvano Keo Bhaghi, SVD mengatakan, hal-hal positif di SKHU Flores Pos adalah belajar melakukan kerja jurnalistik sebagai wartawan dan editor dengan mencari, mengumpulkan, mengolah, menulis dan mengirim berita, belajar berkomunikasi dan melakukan wawancara dengan segala lapisan masyarakat, belajar menulis secara konkret, menjadi peka terhadap fenomena yang biasa, mengolah emosi berhadapan dengan penjabat yang temperamental dan primordial, terlibat dalam demokratisasi masyarakat secara politik dan menimba kekuatan rohani di Biara Santo Josef Ende.

“Hal positif lainnya adalah tahu bawa motor sebagai sarana misi Allah. Yesus dulu naik keledai,” katanya.


Oleh Silvano Keo Bhaghi
081 338 520 916


Panduan TOP Dinilai Penting



  •  8 Frater Tidak Mendapat Visitasi


seminariledalero.org - Panduan tahun orientasi pastoral (TOP) bagi para frater TOP dinilai penting. Panduan itu bertujuan memberikan gambaran umum tentang situasi di tempat TOP.

Hal ini mengemuka dalam pertemuan para probanis angkatan 2018 bertajuk “TOP/TOM/OTP dalam Terang Ansos” di Pendopo Timur Seminari Tinggi Santo Paulus Ledalero, Desa Takaplager, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka. Tampil sebagai pembimbing Staf Pusat Penelitian Candraaditya Maumere, Pater Eman Embu, SVD. 


Dua Pertanyaan
Pater Eman mengajukan dua pertanyaan kepada para probanis, pertama, apa persiapan yang dibuat sebelum pergi ke tempat praktik? Kedua, apakah orientasi TOP selama seminggu cukup membantu?

Para frater probanis mengatakan, persiapan yang dibuat sebelum ke tempat TOP adalah mendengarkan pemaparan materi tentang topik-topik tertentu seperti penghayatan kaul, kematangan seksualitas, kepemimpinan dan analisis  sosial (Ansos) selama seminggu. Persiapan khusus bagi para frater yang akan melakukan praktik pastoral di sekolah, lembaga swadaya masyarakat (non-government organization/NGO) dan lembaga kemanusiaan lainnya tidak dilakukan. Persiapan itu dinilai terlalu umum. Oleh karena itu, masa orientasi persiapan TOP dinilai tidak cukup membantu membekali para frater untuk melakukan praktik pastoral. Para frater probanis menyampaikan beberapa anjuran bagi lembaga formasi Seminari Tinggi Santo Paulus Ledalero. 


Anjuran
Pertama, pada masa orientasi persiapan TOP, lembaga formasi perlu memfokuskan materi umum tentang TOP pada tiga hari pertama dan materi khusus tentang kelompok kategorial masing-masing pada tiga hari terakhir, memperoleh latar belakang khusus tentang tempat TOP melalui laporan frater TOP dan hasil visitasi formator sebelumnya, menyampaikan pengumuman tempat TOP sebelum orientasi, mengurus dokumen-dokumen para frater OTP jauh hari sebelumnya dan membuat panduan TOP bagi para frater TOP. 

Kedua, di tempat praktik, visitator wajib melakukan visitasi kepada semua frater, kalau tidak wajib, visitasi dilakukan kepada konfrater yang tidak tinggal di komunitas SVD, melakukan visitasi di tempat TOP dan bukan di tempat lain, menyampaikan hasil visitasi kepada frater TOP bersangkutan, mempersiapkan tim visitator dengan baik dan terencana, menjalin komunikasi yang baik antara formator dan frater TOP, dan menanggapi atau memberikan feedback atau respons terhadap hasil laporan pengalaman TOP.

Ketiga, para prefek, rektor, dewan rumah, visitator dan para frater tingkat IV mengikuti evaluasi TOP para frater TOP.

Para frater juga mempertanyakan, apakah visitasi wajib dilakukan atau tidak wajib dilakukan? Berdasarkan pengalaman Toper 2016/2017, terdapat 8 frater TOP yang tidak mendapat visitasi. 8 frater itu melakukan praktik pastoral di Yayasan Teratai Hati Papua-Wamena, Paroki Santo Yohanes Maria Vianey Seram bagian Timur, Kantor Vivat Internasional Jakarta-Matraman, Seminari St Fransiskus Asisi Jayapura, Paroki Santo Yohanes Penginjil Masohi, Seminari Santo Yudas Tadeus Langgur, SMP Seminari Santo Yohanes Maria Vianey Saumlaki dan Seminari Petrus van Diepen Sorong.

Oleh Silvano Keo Bhaghi
081 338 520 916

Sunday, January 21, 2018

FRATER LEDALERO MENGIKUTI REVITALISASI ATURAN HARIAN

Seminariledalero.org – Segenap frater Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero mengikuti Revitalisasi Aturan Harian pada, Sabtu (20 Januari 2018) di unit masing-masing sejak pagi hari hingga malam hari. Tujuan dari Revitalisasi Aturan Harian adalah untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang telah dikemukakan pada waktu Kapitel Rumah yang sudah dilangsungkan tahun lalu.
          Disaksikan oleh seminariledalero.org, proses Revitalisasi Aturan Harian pada Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero berlangsung dalam suasana doa dan disambut dengan antusias oleh para frater. Kegiatan tersebut diawali dengan doa; pengantar singkat dari pater prefek unit tentang tujuan dari Revitalisasi Aturan Harian; selanjutnya para frater masuk ke dalam refleksi pribadi tentang pelaksanaan aturan harian selama ini. Para frater juga diberi kesempatan untuk berdiskusi dalam kelompok dan hasil diskusi diplenokan dalam forum. Dan selanjutnya seluruh kegiatan Revitalisasi Aturan Harian diakhiri dengan Ibadat Malam (Completorium) bersama di Kapel Unit masing-masing.
P. Bernard Boli Ujan, SVD dan P. Kanis Bhila, SVD

          Prefek Unit St. Yosef Freinademetz, P. Kanisius Bhila, SVD dalam kesempatan memberikan kata pengantar tentang tujuan dari Revitalisasi Aturan Harian mengatakan bahwa kesempatan revitalisasi aturan harian yang melibatkan para formandi merupakan suatu tanda yang baik.
“Tujuan dari Revitalisasi Aturan Harian adalah untuk melihat kembali perkembangan formasi dan meminimalisasi persoalan-persoalan yang dikemukakan pada waktu Kapitel Rumah tahun lalu. Ada banyak persoalan yang diangkat dalam kaitannya dengan aturan harian di lembaga formasi ini. Persoalan-persoalan tersebut dirangkum dalam lima pokok masalah. Lima masalah tersebut adalah pertama, kemunduran dalam doa pagi, meditasi pagi, misa pagi, doa siang (hari minggu) dan doa sore. Termasuk di dalamnya adalah perhatian terhadap klausura dan silentium. Kedua, kedisiplinan, ketepatan waktu, dan ketahanan dalam mengikuti kegiatan bersama, terutama kegiatan rohani. Ketiga, doa-doa yang belum kontekstual. Keempat, penggunaan waktu di sore hari. Pada pukul 15.00 sudah harus ada kegiatan bersama yang kelihatan (bukan kegiatan pribadi di kamar). Kegiatan olahraga dikurangi dan kegiatan bersama seperti studi atau kerja diperbanyak. Tujuannya adalah supaya diketahui bahwa waktu itu digunakan dengan efektif. Kelima, penggunaan HP yang kurang bijak dan WIFI yang tidak terkontrol yang menyita waktu studi, tidur, dan lain-lain,” kata P. Kanis.
          P. Kanis Bhila, SVD juga menambahkan, ”Kita patut berterimakasih kepada para pemimpin kita sebab mereka memberikan kesempatan kepada kita semua untuk terlibat aktif dalam pembicaraan mengenai persoalan-persoalan yang berkaitan dengan formasi kita. Hal ini merupakan tanda yang baik. Saya berharap agar kita dapat memanfaatkan kesempatan ini secara baik. Kita harus sungguh-sungguh agar kita dapat menemukan jawaban yang baik terhadap persoalan-persoalan yang diangkat. Kita dapat mengungkapkan pendapat kita tentang persoalan yang ada sehingga kita bisa mendapatkan kesepakatan bersama dan kesepakatan bersama itu dapat kita berikan kepada para pemimpin kita untuk dipertimbangkan,” tegas P. Kanis Bhila, SVD.
Fr. Clemens Manek, SVD sedang mempleno hasil diskusi kelompok

          Setelah mendengar pengantar dari pater prefek, para frater masuk ke dalam refleksi pribadi. Hasil refleksi pribadi disyeringkan dalam kelompok diskusi dan dirangkuman untuk diplenokan di forum. Dalam kesempatan pleno hasil syering dan diskusi di kelompok, suasana forum terlihat serius dan ramai sebab setiap pribadi mulai memberikan pendapatnya untuk menanggapi pemaparan dari setiap kelompok. Setiap argument yang dilontarkan oleh setiap frater selalu diterima dan menjadi bahan pertimbangan bersama secara matang. Ada yang setuju dan ada yang menolak, namun tujuannya agar setiap poin yang disampaikan menjadi kepastian kesepakatan bersama.
Para frater unit St. Yosef mengikuti pemaparan dari kelompok diskusi

Frater tingkat enam, Fr. Floriano Suninono, SVD dalam menanggapi pemaparan dari kelompok tentang persoalan-persoalan yang ada, dirinya mengatakan bahwa setiap persoalan yang ada bukan datang dari luar diri setiap pribadi, namun dari dalam diri sendiri.
“Segala persoalan yang ada dalam kaitannya dengan aturan harian, tidak ada sebab dari luar diri setiap pribadi. Yang menjadi sebab utama adalah dari dalam diri sendiri. Bagi saya, sebab yang paling kuat adalah kesadaran pribadi yang masih lemah,” kata Fr. Deno, SVD.
          Fr. Deno, SVD yang kini tinggal di Unit St. Yosef Freinademetz juga menambahkan, “Kesadaran dari dalam diri yang masih lemah mesti diperhatikan. Segala sarana yang ada tidak berpengaruh terhadap aturan harian yang ada. Pribadi orang yang mesti direvitalisasi,” tegas Fr. Deno, SVD.


Penulis: Fr. Fridus Talan, SVD

PESTA ST. ARNOLDUS JANSSEN

Seminariledalero.org – Segenap anggota SVD Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero merayakan Pesta St. Arnoldus Janssen di Kapel Agung Ledalero pada, Senin (15 Januari 2018) sore. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Pater William Burt, SVD dan turut meriah perayaan tersebut kor dari para frater wisma St. Arnoldus-Nitapleat serta petugas liturgi lainnya para frater dari wisma St. Yosef Freinademetz.
          Pater Bill Burt, SVD dalam homilinya mengajak segenap anggota SVD dan SSpS yang hadir dalam perayaan tersebut untuk meniru cara hidup St. Arnoldus Janssen. “Dalam perayaan Ekaristi ini kita mengenang 109 tahun wafatnya bapak pendiri kita. Sebagai putra-putrinya, kita harus mencontohi cara hidupnya sebagai abdi Allah yang setia, yang berani untuk memulai sesuatu yang baru; berani untuk bergerak dan mulai mendirikan tiga serikat misi yang hebat yang berkembang sampai sekarang,” kata P. Bill, SVD.
          P. Bill, SVD menambahkan “St. Arnoldus Janssen adalah orang yang berakal sehat. Ia diilhami iman untuk mendirikan proyek misi SVD, SSpS, dan SSpS AP dan mewariskannya kepada kita putra-putrinya. Oleh karena itu, dengan perayaan hari ini, kita diajak dan diharapkan agar dengan akal sehat diilhami iman dalam melanjutkan karya-karya misi tersebut. Kita berjanji untuk berusaha mewujudkan misi St. Arnoldus Janssen dengan gembira,” tegas P. Bill, SVD.
          Selain Perayaan Ekaristi mengenang Pesta St. Arnoldus Janssen yang ke-109, turut dilangsungkan upacara penerimaan 28 frater SVD yang akan menjalani masa Novisiat Kekal dan satu frater yang akan menjalani program insersi. Upacara ini dilangsungkan sesudah bacaan Injil, yang ditandai dengan penyerahan buku program Novisiat Kekal dan program insersi. 28 frater yang akan memasuki masa Novisiat Kekal, yakni: Fr. Agung Iwantinus, SVD, Fr. Anin Wilfridus, SVD, Fr. Baku Salu, Yanuarius Silvanus, SVD, Fr. Bani Florianus Efren, SVD, Fr. Bani Kunses Mikhael, SVD Fr. Berek Un Yohanes, SVD, Fr. Bernardus Mikhael Emi, SVD, Fr. Bisu Markus Antonius, SVD, Fr. Bria Seran Yasintus, SVD, Fr. Buku Boruk Metodius, SVD, Fr. Dale Hikong Viktorius, SVD, Fr. Daton Seran Zakarias, SVD, Fr. Dokarmo Ajito Robi, SVD, Fr. Ebot Yulianus Krisdianto, SVD, Fr. Jehalut Florianus, SVD, Fr. Jeharum Adrianus, SVD, Fr. Keo Baghi Silvianus, SVD, Fr. Keon Yuditus Uranius, SVD, Fr. Leuwayan Paskalis Pratama Hemad, SVD, Fr. Mere Servus Agustinus, SVD, Fr. Narek Untung Marelinus, SVD, Fr. Purnomo Sole Modestus, SVD, Fr. Ria Yakobus Antonius, SVD, Fr. Selin Gunadi Fransiskus, SVD, Fr. Sogen Libu Kornelis, SVD, Fr. Tafuli Yanuarius Jemi, SVD, Fr. Talung Anisetus Oktavianus, SVD dan Fr. Tuan Sabon Verdinandes, SVD. Sedangkan frater yang akan mengikuti program insersi, yakni: Fr. Arkianus Biaf, SVD.
          Fr. Arkianus Biaf, SVD, ketika diwawancarai usai Perayaan Ekaristi mengatakan bahwa dirinya merasa sangat bahagia sebab Serikat Sabda Allah menerimanya kembali untuk hidup dalam komunitas SVD. “Saya selama beberapa tahun hidup di luar, ada kerinduan yang sangat besar untuk kembali ke biara. Puji Tuhan sebab hari ini bertepatan dengan Pesta St. Arnoldus Janssen, saya diterima kembali untuk menjadi anggota SVD. Saya sangat bahagia. Selama ini saya ibarat anak yang hilang dan kini kembali menemukan rumah sendiri yang sudah pernah saya alami dan hidupi bersama anggota SVD,” kata Fr. Arki, SVD.
          Fr. Arki, SVD melanjutkan “Saya berharap agar dengan peristiwa diterimanya kembali menjadi anggota SVD, Saya sanggup membaharui diri dengan melihat segala kelemahan-kelemahan saya selama hidup di luar biara sehingga sungguh menjadi SVD sejati. Saya juga berharap kepada segenap anggota SVD, terkhusus di Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero agar kita bisa saling bekerjasama, saling membantu satu sama lain, dan saling mendukung dalam perjuangan kita demi menjawab undangan dan panggilan Tuhan. Bila ada kekurangan di antara kita, kiranya kita saling melengkapi untuk menyempurnakannya,” ungkap Fr. Arki, SVD.
          Disaksikan oleh seminariledalero.org, Perayaan Ekaristi mengenang 109 tahun wafatnya St. Arnoldus Janssen dan upacara penerimaan para calon Novis Kekal dan Insersi, berjalan lancar. Pemimpin upacara P. William Burt, SVD didampingi oleh 37 imam konselebran. Hadir juga Pater Rektor Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero, P. Frans Ceunfin, SVD dan dewannya, para bruder, para frater, suster-suster SSpS dari komunitas St. Yosef Wairpelit, karyawan-karyawati dan beberapa umat yang tinggal di luar komunitas Ledalero.

Penulis: Fr. Fridus Talan, SVD.

Friday, January 19, 2018

Manuale Formatio Mesti Membuat Frater SVD Profesional


  • Dalam 4 Matra Khas SVD

·          
seminariledalero.org -Manuale formatio (panduan formasi) di Seminari Tinggi Santo Paulus Ledalero, Desa Takaplager, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka, NTT mesti membuat para formandi calon imam Serikat Sabda Allah atau SVD profesional dalam empat matra khas SVD. Empat matra khas SVD itu adalah kitab suci, komunikasi, JPIC dan animasi misi. Manuale formatio yang dipraktikan selama ini hanya mengacu pada tujuh (7) aspek dasar formasi yakni kerohanian, penghayatan kaul-kaul, psiko-emosional, hidup komunitas, semangat misioner, kehidupan akademis dan kesehatan. Manuale formatio berdasarkan 7 aspek formasi yang diikuti oleh semua lembaga formasi calon imam di Indonesia itu dinilai terlalu umum sehingga mengaburkan model calon imam SVD macam mana yang akan dibentuk. Manuale formatio yang terlalu umum mengakibatkan model formasi di Ledalero menjadi pincang karena menekankan kehidupan rohani lebih utama dari pada keterlibatan sosial mengadvokasi persoalan kemanusiaan seperti keadilan, perdamaian, dan keutuhan ciptaan. Seorang formandi dinilai saleh kalau sering masuk kapela, tetapi tidak dinilai saleh kalau terlibat aktif mengadvokasi persoalan-persoalan kemanusiaan. Muncul kesan menjadi imam biarawan misionaris SVD tidak sulit. Cukup seorang formandi mengikuti aturan rumah dan terutama rajin masuk kapela plus otak memadai berdasarkan relatio dari STFK Ledalero, tanpa perlu repot-repot melibatkan diri dalam mengadvokasi persoalan kemanusiaan, ia akan dengan cukup mudah menjadi imam. Kalau seorang formandi dikeluarkan karena terlalu aktif terlibat dalam lembaga-lembaga kemanusiaan SVD sehingga mengabaikan kehidupan doa, maka, jika mau konsisten dan setia pada prinsip, formandi lain juga harus dikeluarkan jika terlalu sering masuk ke kapela untuk berdoa sehingga kehilangan semangat misioner mengadvokasi persoalan kemanusiaan. 

Formasi di Ledaro perlu memerhatikan keseimbangan antara spiritualitas doa dan keterlibatan sosial. Kesalehan privat di kapela mesti menjelma menjadi kesalehan sosial di ruang publik. Sebab, spiritualitas tanpa keterlibatan sosial adalah spiritualisme dan keterlibatan atau aktivitas sosial tanpa spiritualitas adalah aktivisme.


Hal ini mengemuka dalam pleno hasil refleksi probanis angkatan 75 tentang “Pengalaman TOP/TOM/OTP dalam Terang Karya Misi SVD Dewasa Ini” di Lantai Atas Pendopo Timur Seminari Tinggi Santo Paulus Ledalero, Kamis (18/1). Pleno disampaikan oleh wakil dari empat kategori tempat TOP, yakni pertama, lembaga pendidikan calon imam di seminari-seminari se-Nusra, kedua, lembaga pendidikan sekolah swasta, ketiga, lembaga paroki dan keempat, lembaga kemanusiaan. Lembaga pendidikan calon imam terdiri atas Seminari Pius XII Kisol, Seminari San Dominggo Hokeng, Seminari van Diepen Sorong, Seminari Sinar Buana Sumba Barat Daya, Seminari Santo Fransiskus Asisi Jayapura dan Seminari Santo Yohanes Maria Vianey Saumlaki. Lembaga pendidikan sekolah swasta terdiri atas SMAK Bina Karya Larantuka, SMAK dan SMKK Syuradikara Ende, SMAK St. Ignatius Loyola Labuan Bajo, Universitas Widya Mandira Kupang, Collegio de Verbo Palaca Regio Timor Leste dan SMPK St. Gabriel Larantuka. Lembaga paroki terdiri atas Paroki St. Petrus dan Paulus Lamalera, Paroki Roh Kudus Detukeli, Paroki Alas, Paroki Santo Robertus Tilir, Paroki Yohanes Penginjil Masohi Maluku Tengah, Paroki St. Gregorius Borong, Paroki St. Maria Ratu Semesta Alam Hokeng, Paroki Matraman Jakarta, Paroki St. Fransiskus Mamsena Kefamenanu, Paroki St. Yohanes Maria Vianey Bula-Amboina dan Paroki Ampenan-Lombok. Lembaga kemanusiaan terdiri atas Tim Relawan untuk Kemanusiaan (TRUK), Vivat Internasional Jakarta, Yayasan Teratai Hati Papua, Pondok Pesantren Walisanga Ende dan Surat Kabar Harian Umum Flores Pos. Hadir sebagai pembimbing Pater Alexander Djebadu, SVD dan fasilitator pleno Frater Paskalis Pratama Leuwayan, SVD. Pleno dihadiri oleh 26 frater probanis SVD angkatan 75.


Kami Dipercayai

Wakil dari lembaga pendidikan calon imam se-Nusra, Frater Vian Talung, SVD mengatakan, hal menggembirakan yang mereka alami sebagai formator di seminari antara lain adalah suasana konfraternitas dan kekerabatan yang baik di antara formator dan formandi dan kepercayaan menjalankan tugas sesuai dengan bakat dan kemampuan. Mereka juga merasa gembira karena dipacu untuk aktif dan kreatif melakukan metode pembinaan dan pendampingan yang baru.

“Semakin banyak tugas yang dipercayakan, kami semakin merasa dipercayai dan dinilai mampu. Bakat dan kemampuan kami yang tertidur ter-expose. Kami juga gembira, orang memiliki kesan, SVD bekerja baik,” katanya.

Menurut Frater berkacamata asal Paroki Ponggeok ini, tantangan menjadi formator di seminari antara lain adalah sulit bersikap tegas terhadap para seminaris karena sudah terlampau akrab, kurangnya pengalaman berpastoral di paroki, kurangnya jumlah tenaga formator menuntut frater bekerja ekstra keras dan adanya lembaga seminari tertentu yang masih mencari bentuk yang ideal sebagai sebuah seminari.

“Kami belajar disiplin, setia menuntaskan tugas yang dipercayakan, menjadi guru yang profesional, menjadi pembina di asrama dan menyesuaikan konsep formasi yang ideal dengan karakter formandi setempat,” katanya.


Visitasi Frater TOP Mesti Menjangkau Semua

Wakil Lembaga Paroki, Frater Nus Narek, SVD mengatakan, bidang kerja di paroki antara lain adalah terlibat dalam kelompok doa Santa Ana dan Legio Mario, menjadi sekretaris paroki, melayani orang sakit dan jompo, menjadi penyiar, membantu pastor paroki dalam ekaristi dan ibadat, memberi pembinaan calon sambut baru, menjadi pembina asrama dan terlibat dalam dialog antaragama. Mereka merasa gembira karena antara lain diterima secara baik, dipercaya, memiliki ruang berkreasi, diperhatikan umat  dan bisa pulang ke Ledalero dalam keadaan baik.

“Tantangan yang kami alami di paroki adalah adat istiadat setempat yang primordialistis, sengketa tanah yang menimbulkan konflik berdarah, kerjasama pastor paroki dan DPP yang kurang baik, kurangnya partisipasi orang muda kurang, medan misi yang berat, isu penyelewengan penjabat gereja, kecenderungan membandingkan frater atau pastor lama dan baru dan krisis keteladanan orang tua,” katanya.

Menurut Frater Nus, setiap frater TOP mesti meninggalkan semua konsep yang ideal. Masa TOP adalah masa untuk belajar dengan cara membuka diri dan mendengarkan. Analisis sosial (Ansos) menjadi sangat penting.

“Visitasi frater TOP harus menjangkau semua,” katanya.


Tiga Bidang Kerja

Wakil dari Lembaga Pendidikan Sekolah Swasta, Frater Rudi Jeharum, SVD mengatakan, bidang kerja di lembaga pendidikan sekolah swasta meliputi tiga bidang utama yakni pertama, pengembangan akademis, kedua, pengembangan bakat dan minat dan ketiga, pembinaan mental dan spiritual. Tiga bidang kerja itu dilakukan dengan menjadi staf pengajar di sekolah, menjadi bapak asrama, mendampingi kegiatan ekstrakurikuler, membuat pelbagai jenis perlombaan, melatih koor, mengasah kemampuan berbahasa asing, melakukan bimbingan konseling dan mendampingi para siswa yang bermasalah.

“Hal yang menggembirakan kami adalah antara lain membangun komunikasi dengan etnis Tionghoa, mengenal para siswa multi-religi, menikmati fasilitas sekolah yang memadai, belajar tata administrasi yang baik, menjadi pemimpin, pembina dan animator asrama dan belajar mengatur keuangan dan anggaran rumah tangga. Hal yang kurang menggembirakan adalah hidup komunitas yang tidak terlalu menyenangkan karena ada kecemburuan social di antara sama saudara dan kelebihan konfrater dianggap sebagai saingan, kehidupan rohani yang lemah, tidak ada program komunitas yang jelas, banyak anak berasal dari keluarga yang bermasalah, transparansi keuangan masih lemah dan guru-guru belum professional,” katanya.

Frater TOP di Unwira Kupang ini mengatakan, tantangan di lembaga pendidikan sekolah adalah tidak ada kerjasama antara pemimpin asrama dan sekolah, seleksi para siswa, guru dan dosen masih lemah, belum ada pelajaran khusus tentang SVD, timbulnya blok terhadap pimpinan sekolah dan kedisiplinan siswa, mahasiswa, guru dan dosen yang masih sangat rendah. Menurutnya, mereka sudah melakukan empat matra khas. 

“Dalam bidang animasi misi, kami memperkenalkan misi SVD dan melakukan promosi panggilan dalam kesempatan tertentu, menjalankan pastoral orang sakit dan jompo, menjadi pendamping legio Maria dan melakukan pembinaan kaum muda atau anggota organisasi kampus. Dalam bidang kitab suci, kami mengadakan lomba kitab suci pada bulan kitab suci dan mewajibkan para mahasiswa membaca kitab suci dua kali seminggu. Dalam bidang komunikasi, kami menerbitkan majalah dinding sekolah atau kampus, membentuk tim reporter sekolah “SPION” di SMAK St. Ignatius Loyola Labuan Bajo, mendirikan kelompok minat teater, dan melakukan ialog dengan budaya atau agama lain. Dalam bidang JPIC, kami terlibat dalam aksi kelompok Green-Syur di SMAK Syuradikara Ende, memanfaatkan bank sampah dan menanam pohon di hutan bakau,” katanya.


JPIC, Dialog Antaragama dan Komunikasi

Wakil dari Lembaga Kemanusiaan, Frater Cello Gunadi mengatakan, lembaga TRUK, Vivat Internasional Jakarta, Yayasan Teratai Hati Papua, Pondok Pesantren Walisanga Ende dan SKHU Flores Pos melakukan misi dalam bidang JPIC, dialog antaragama dan komunikasi. Di TRUK, Vivat Internasional Jakarta dan Yayasan Teratai Hati Papua, mereka merasa gembira karena bisa melihat dari dekat persoalan konkret masyarakat, belajar banyak hal baru tentang advokasi, lobi, mekanisme penanganan kasus melalui litigasi atau non-litigasi dan terlibat aktif memperjuangkan JPIC melalui sosialisasi produk undang-undang, focus group discussion (FGD) tentang HAM, pelatihan dan survey terhadap pelbagai bentuk ketidakadilan perusahaan di Kalimantan. Di Ponpes Walisanga Ende, mereka merasa gembira karena bisa belajar budaya dan kebiasaan di Ponpes, memberi diri seutuhnya kepada para santri yang berasal dari keluarga yang sederhana dan belajar Islam sambil tetap menjadi SVD. Di SKHU Flores Pos, mereka merasa gembira karena bisa menjadi pewarta kebenaran dan keadilan melalui media massa, berjumpa dengan orang kecil hingga orang besar, mengembangkan bakat menulis, terlibat dalam persoalan politik dan melakukan kritik terhadap pelbagai bentuk ketidakadilan.

“Tantangan teman James di Ponpes Walisanga adalah kecenderungan Ponpes Walisanga untuk menginstrumentalisasi para santri. SVD menjadi donator tetap, tetapi peruntukkannya tidak jelas. Kita mesti secara serius mengevaluasi kerja sama dengan Ponpes. Misi dialog antaragama diperalat untuk mendatangkan keuntungan pribadi. Tantangan kami yang bekerja di LSM adalah kami mesti memulai dari nol. Selama masa formasi, kami tidak pernah dibekali dengan kerja advokasi seperti mekanisme penanganan kasus. Tidak semua orang suka dengan kita karena memperjuangkan JPIC. Keselamatan diri harus diperhatikan secara serius. Kita seringkali diintimidasi. Hasil kerja tidak diberi apresiasi. Di SKHU Flores Pos, koran kritis tidak disukai. Koran tidak terbit karena persoalan internal yang belum diselesaikan,” katanya.

Frater Cello menganjurkan, pertama, Seminari Ledalero wajib mengevaluasi misi dialog antaragama di Ponpes Walisanga Ende, kedua, Seminari Ledalero perlu mengirim frater TOP ke TRUK, Vivat Internasional Jakarta dan Yayasan Teratai Hati Papua karena sangat dibutuhkan, ketiga, seminari perlu membekali para frater dengan kerja advokasi, keempat, STFK Ledalero perlu meningkatkan porsi kuliah ilmu-ilmu social dengan memperhatikan kualitas penelitian lapangan dan kelima, mendukung keberadaan Flores Pos sebagai corong JPIC dan misi kemanusiaan SVD.


TOP Menguatkan Panggilan

Pembimbing Pleno, Pater Alexander Djebadu, SVD mengatakan, pleno hasil refleksi dan evaluasi program TOP/TOM/OTP mesti dihadiri oleh para prefek, dewan rumah dan tingkat IV. Para frater probanis diminta merumuskan anjuran-anjuran terutama pengadaan manuale formatio yang mampu memformasi calon imam SVD menjadi profesional dalam empat matra khas SVD yakni kitab suci, komunikasi, JPIC dan animasi misi. 

“Terima kasih untuk hasil seryng. Saya diperkaya dengan seryng kalian,” katanya.
Dosen Misiologi STFK Ledalero ini mengatakan, TOP/TOM/OTP merupakan kesempatan belajar berpastoral dan bermisi. Menurutnya, para frater telah belajar banyak hal.
“Rumah formasi berharap kalian semakin dewasa dalam banyak hal termasuk panggilan. Pengalaman pastoral mesti menguatkan panggilan kalian,” katanya.

Menurut Pater Alex, pengalaman TOP memberikan banyak kegembiraan, tetapi juga tantangan. Tantangan membuat kita semakin mencintai panggilan. Kita tergugah bahwa kita dibutuhkan Gereja dan umat sebagai tenaga kerja pastoral.
“Seryng kalian dirumuskan lebih baik dan diberikan kepada Pater Maksi. Semoga serying semakin menguatkan panggilan,” katanya.

Oleh Silvano Keo Bhaghi
081 338 520 916