Pada tanggal 22
Februari, Gereja Katolik memperingati Pesta Tahta Santo Petrus. Pesta ini
adalah penegasan terhadap otoritas yang diberikan Yesus kepada Petrus dan para
penggantinya (paus) untuk memimpin Gereja di dunia ini. “Engkau adalah Petrus
dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak
akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci kerajaan sorga. Apa yang kau
ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kau lepaskan di dunia ini
akan terlepas di sorga (Mat. 16:18-19).
Maksud Pesta Tahta Santo Petrus adalah untuk menghormati Petrus sebagai wakil Kristus dan gembala tertinggi Gereja yang mempunyai kuasa rohani atas segenap anggota Gereja dan semua Gereja setempat. Dari tahta di Roma, Petrus dan para penggantinya (paus) memegang kunci dan mempertahankan persatuan Gereja dalam ajaran iman dan moral. Kuasa Petrus ini, yang lazim disebut Primat Petrus, diberikan langsung oleh Yesus sebelum kenaikan-Nya ke surga (Yoh. 21:15-19).
Peran Khusus Petrus
Bila merunut
perikop-perikop biblis khususnya dalam Perjanjian Baru, tampak bahwa Petrus
memiliki peran khusus. Teks tertua yang menyebut Petrus berasal dari Paulus (1
Kor. 15:3dst). Teks ini berbunyi, “Sebab yang sangat penting telah kusampaikan
kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati
karena dosa kita… Bahwa ia telah dibangkitkan Allah pada hari ketiga sesuai
dengan Kitab Suci, bahwa ia telah menampakkan diri kepada Kefas, dan kemudian
kepada kedua belas murid”.
Dalam teks ini, Pertus mendapat prioritas, ia disebut pada
tempat pertama. Prioritas yang sama ini dapat disimpulkan juga dari teks Luk.
24:34, “Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan menampakkan diri kepada Simon”.
Simon adalah saksi kebangkitan pertama. Kalau kita perhatikan betapa pentingnya
penampakkan Tuhan untuk legitimasi seorang saksi iman akan Yesus Kristus, maka
jelas bahwa prioritas dalam melihat Tuhan mengakibatkan suatu prioritas bagi
Petrus sebagai saksi iman di antara jemaat perdana.
Selain dua teks ini, beberapa teks lain dalam Kitab Suci menjadi
tanda bahwa Petrus menduduki tempat pertama dalam kelompok kedua belas murid
inti. Misalnya, semua teks yang mendaftar para rasul menyebut Petrus pada tempat
pertama. Demikian pun jika Kitab Suci menyebut ketiga rasul yang paling akrab
dengan Yesus, Petrus disebut pada tempat pertama sebelum Yakobus dan Yohanes.
Petrus juga selalu berfungsi sebagai juru bicara para rasul, dan bila pihak
luar ingin berhubungan dengan kelompok para rasul, seperti di dalam kasus para pemungut
bea bait Allah, Petrus yang dihubungi.
Simon juga satu-satunya murid yang namanya diubah oleh
Yesus. Dalam Kitab Suci pemberian nama baru macam ini hanya terjadi pada tiga
orang, yakni perubahan nama Abram menjadi Abraham (Kej.17:5), Sarai menjadi
Sara (Kej.17:5) dan Yakob menjadi Israel (Kej. 32:28). Setiap kali perubahan
nama itu, suatu janji menyangkut umat Allah dan dasarnya di sampaikan.
Perubahan nama Simon menjadi Petrus dimengerti dalam konteks ini. Perubahan ini
dibuat Allah karena Petrus dipilih menjadi dasar umat Allah yang baru.
Salah satu teks yang selalu dikutip berkenaan dengan ini
adalah Mat.16:13-19. Di dalam teks ini Yesus menjanjikan kepada Simon bahwa
berdasarkan imannya yang ditanam Allah sendiri ia bakal menjadi dasar yang
kuat. Dasar itu bisa dianggap sebagai wadas di atasnya umat Kristus bisa
didirikan. Simon sekaligus menjadi pengurus rumah di dalam kerajaan Allah dan pemegang
kuncinya. Ini berarti Simon mempunyai otoritas rohani yang diakui dengan
sungguh oleh Allah di surga.
Kepemimpinan rohani yang sama diserahkan Yesus kepada Petrus
menurut Injil Yohanes dan Lukas. Dalam Yoh. 21 dikatakan bahwa Yesus mengangkat
Petrus menjadi gembala atas kawanan-Nya. Dasar dari kekuatan Petrus sehingga ia
bisa bertahan dalam tugasnya adalah doa Yesus. Di dalam Luk. 22:31-32, kita
menemukan bahwa Yesus mendoakan Petrus agar imannya jangan menjadi lemah di
bawah serangan musuh. Dengan kekuatan ini Petrus, setelah bertobat, mampu
menguatkan saudara-saudaranya sehingga mereka menjadi kuat juga.
Selain injil Matius, Yohanes dan Lukas, Kisah Para Rasul juga
memberitakan peran khusus Petrus. Petrus dilihat sebagai pemimpin dan juru
bicara. Ia menjadi pemimpin kedua belas murid di Yerusalem dan semua inisiatif
yang penting untuk pekembangan umat mengalir dari Petrus.
Meskipun demikian, kita tidak boleh memandang peran Petrus
ini secara terpisah tanpa hubungan dengan para rasul dan umat lainnya. Kita
mesti memperhatikan prinsip berikut yang bisa kita amati dalam Perjanjian Baru:
apa yang diberikan kepada Petrus secara pribadi dan pada tempat pertama,
kemudian diberikan juga kepada semua rasul dan sering juga kepada seluruh umat.
Tidak ada satu milik eksklusif Petrus, tetapi selalu ada satu kemungkinan
representasi. Para rasul bisa berfungsi sebagai representan Gereja dan Petrus
bisa berfungsi sebagai representan para rasul. [disalin dari Georg Kirchberger,
“Allah Menggugat. Sebuah Dogmatik Kristiani (Maumere: Ledalero, 2007), hlm.
582-584]
![]() |
Penulis :
Fr. Kristo Suhardi, SVD
|
Artikel indah.... Berbagi article tentang Perjamuan Akhir di Milan di http://stenote-berkata.blogspot.hk/2018/03/milan-di-perjamuan-akhir.html
ReplyDeleteLihat juga video di youtube https://youtu.be/7G-Im8pb2i4