Saturday, October 28, 2017

FRATER LEDALERO GELAR MALAM SASTRA DAN BUDAYA



Seminariledalero.orguntuk memperingat Hari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober, frater-frater yang tergabung dalam kelompok minat Aletheia dan kelompok minat ASAL (Arung Sastra Ledalero) menggelar malam sastra dan budaya pada Kamis (26 Oktober 2017) di Aula St. Thomas Aquinas Ledalero. Turut memandu jalannya acara tersebut master of ceremony (MC), Fr. Deni Galus, SVD dan persembahan lagu-lagu manis dari Acoustic All Ledalero.
Acara malam sastra dan budaya diwarnai dengan aneka pertunjukan seperti monolog tentang “Bunuh Diri” dengan aktornya Fr. Andre Sigo, SVD, monolog tentang “Gila” dengan aktornya Fr. Rio Nanto, SVD, musikalisasi puisi dari frater unit St. Arnoldus, sajak-sajak malam dari frater unit St. Mikhael, frakmen tentang “Sumpah Pemuda Bukan Sampah Pemuda” dari frater unit St. Gabriel, teater mini dari frater unit St. Agustinus dan diakhir pementasan ada input tentang sastra dari P. Leo Kleden, SVD.
P. Leo Kleden, SVD dalam kesempatan pertama sebelum menyampaikan beberapa point tentang sastra dewasa ini, mengatakan bahwa dirinya merasa bersyukur sebab bisa menikmati pementasan yang dipertunjukan oleh para aktor. “Saya sangat bersyukur sebab ditengah segala kesibukan, saya bisa datang dan menikmati pementasan malam ini. Saya sangat menghargai dan patut diberi apresiasi,” kata P. Leo.
P. Leo dalam memberikan input tentang sastra, menekakan beberapa hal penting, yakni sastra di masa lampau pada zaman Heidegger, sastra dan penggunaan bahasa Indonesia pada waktu Sumpah Pemuda 28 Oktober, perkembangan sastra di Nusa Tenggara, dan perkembangan sastra di NTT.
“Sejatinya, hidup manusia di dunia ini adalah hidup yang kreatif. Manusia terus mencipta, memproduksi dan menghasilkan sesuatu yang baru. Kreativitas sejak Sumpah Pemuda itu, pemuda-pemudi Indonesia saat itu mereka mencipta dan menggunakan bahasa Indonesia dengan sangat konsekuen. Perlu dikatahui, prestasi manusia dalam dunia bahasa sangat luar biasa pada zaman modern ini,” kata mantan Provinsial SVD Ende.
P. Leo juga mengatakan “Sastra di NTT pada akhir-akhir ini berkembang dengan baik. Muncul sastrawan-sastrawan muda yang sangat jenius. Puisi-puisi yang dihasilkan sangat kritis, kaya makna dan sangat indah. Dan dalam kaitan dengan acara malam sastra dan budaya yang sudah dilangsungkan dengan baik, saya temukan ada banyak nilai, hal kritis dan sesuatu yang indah yang ditampilkan oleh para aktor. Monolog “Bunuh Diri” dan monolog “Gila” dibawakan dengan diksi yang tepat dan sangat indah. Begitupun musikalisasi puisi, teater mini, sajak-sajak malam dan frakmen tentang “Sumpah Pemuda Bukan Sampah Pemuda”. Saya ucapakan terimakasih atas pementasan yang sudah dibuat,” kata Dosen STFK Ledalero yang kini mengajar mata kuliah Filsafat Manusia.
Ketua Aletheia, Fr. Valry Hengki, SVD, ketika usai pementasan mengatakan bahwa dirinya merasa bersyukur dan berterimaksih atas partisipasi semua frater dalam menyukseskan acara malam sastra dan budaya. “Saya sangat bersyukur dan berterimaksih atas semua partisipasi dari teman-teman frater. Acara malam sastra dan budaya yang baru terlaksana ini merupakan kegiatan pertama dalam masa kepengurusan saya. Patut diapresiasi sebab hasilnya sangat memuaskan. Harapan saya ke depan bahwa semua yang terlibat dalam kelompok minat Aletheia dan ASAL bisa saling bekerjasama untuk menyukseskan setiap program yang sudah direncanakan,” kata frater tingkat III yang kini bertempat tinggal di unit St. Arnoldus.
Fr. Andre Sigo, SVD ketika diwawancarai sesudah membawakan monolog dengan judul “Bunuh Diri” mengatakan bahwa dirinya merasa puas dan bangga sebab dirinya bisa menampilkan sesuatu yang terbaik bagi orang lain. “Saya sangat berterimakasih dan bangga sebab bisa dipercayakan untuk membawakan monolog yang ditulis oleh Fr. Mario Kali, SVD. Saya juga sangat puas dan tidak membayangkan jika P. Leo Kleden, SVD, seorang sastrawan yang turut menyaksikan penampilan saya memberikan penilaian yang tidak saya ketahui sebelumnya. Penilaian ini merupakan motivasi bagi saya,” kata frater tingkat II yang kini tinggal di Unit St. Yosef Freinademetz.
Hadir dalam acara malam sastra tersebut para pater dan bruder dari komunitas St. Paulus Ledalero, para pater dan bruder dati Biara Simeon, beberapa suster SSpS dari komunitas St. Yosef Wairpelit, para frater dan karyawan-karyawati.

Penulis: Fr. Frid Talan, SVD

Thursday, October 26, 2017

Doa Senakel Di Komunitas Seminari Tinggi Ledalero

Seminariledalero.org
Sebuah tim Gerakan Imam Maria (GIM) mengadakan doa senakel bersama di Seminari tinggi Ledalero. Doa ini diadakan untuk menyampaikan pesan dari penampakan Bunda Maria di Fatima. Seluruh anggota komunitas Seminari Tinggi berkesempatan hadir dalam seluruh rangkaian doa tersebut.
“Doa ini mengajak kita untuk menyerahkan diri kita kepada Yesus melalui uluran tangan Bunda Maria,” kata P. Laurent Larroque, selaku Ketua Gerakan Imam Maria Internasional.
Pukul 16.30, Pastor Laurent memberi penjelasan singkat seputar doa senakel dan organisasi GIM. P. Frans Ceunfin, SVD dalam kesempatan tersebut menjadi penerjemah atas sambutan yang diberikan dalam bahasa Italia.
Kata ‘senakel’ diambil dari kata caenaculum yang mengacu pada ruang makan tempat Yesus dan para rasul mengadakan perjamuan suci di Yerusalem. Dengan demikian, doa ini mengambil inspirasi dari kebersamaan dalam perjamuan. Semua orang diajak untuk berdoa bersama-sama.
Para frater sedang mendaraskan doa-doa senakel.

Doa senakel berawal dari peristiwa penampakan Bunda Maria yang dialami oleh Pastor Don Stefanus Gobbi. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1973 di Fatima. Setelah itu, Pastor Don dan beberapa rekan Imam mulai berkumpul untuk mengadakan doa bersama. Sejak saat itulah kelompok ini berkembang dan menjadi sebuah gerakan doa yang dinamai doa senakel. Selain para Imam, gerakan ini juga banyak diikuti oleh kaum awam.
“Ada tiga pesan utama yang Bunda Maria tekankan, yakni doa, pertobatan dan penyerahan diri,” kata Pastor kelahiran Prancis ini.
Doa senakel dibuka dengan pentahtaan Sakramen Mahakudus. Salve Agung ini dipimpin langsung oleh Pastor Stef Buyung Florianus O.Carm, selaku ketua umum Gerakan Imam Maria untuk Indonesia. Doa-doa dan nyanyian diambil dari buku pegangan kecil doa senakel yang telah dibagikan. Tak lupa pula lima peristiwa rosario didoakan dan dipimpin oleh Bapak Damian, selaku anggota awam dari GIM.
Selesai salve, diadakan perayaan Ekaristi meriah. P. Frans Ceunfin, SVD selaku rektor Seminari Tinggi menjadi konselebran utama perayaan. Beberapa Imam komunitas Ledalero juga turut berperan sebagai Imam konselebran, termasuk para Imam GIM. Di awal perayaan Ekaristi, semua Imam mendoakan sebuah doa penyerahan. Mereka berbaris di depan altar dan mengucapkan doa secara bersama-sama.
Para Imam konselebran membuka doa penyerahan.

“Ada dua pasukan utama yang sedang berperang hebat di dunia, pasukan ular di satu sisi dengan segala kejahatannya dan pasukan Maria di sisi lain yang didukung oleh Kristus. Di sisi mana kita berpihak?” kata Pastor Laurent dalam homilinya yang diterjemahkan langsung oleh P. Frans Ceunfin, SVD.
Lebih lanjut,  ia berkata bahwa Maria selalu berusaha untuk menarik kita untuk berjuang pada pihak Kristus dalam memerangi kejahatan. Dalam kitab Wahyu, penggambaran sosok Maria melawan ular iblis melukiskan dua kekuatan besar yang sedang berperang di tengah situasi dunia zaman ini.
“Terimakasih banyak atas kesediaannya untuk mengajak komunitas kami berdoa senakel bersama, semoga kami semakin terbuka pada semangat penyerahan diri Bunda Maria kepada Kristus,” kata P. Frans Ceunfin, SVD dalam sambutan akhir.
P. Frans Ceunfin, SVD memimpin perayaan Ekaristi.
Doa senakel dihadiri oleh semua konfrater seminari tinggi dari ketujuh unit, para Imam dan bruder dari unit St. Paulus, dan komunitas suster SSpS Ledalero. Hadir pula dalam kesempatan itu, tiga suster India dari kongregasi St. Anna. Seluruh perayaan ditutup dengan acara santap malam bersama.


(Fr. Geovanny Calvin, SVD)

Wednesday, October 18, 2017

AKSI PANGGILAN DI WATUBALA



Seminariledalero. Org - Para Frater unit St. Yosef Freinademetz bermisi di Paroki Kenaikan Kristus Watubala, Keuskupan Maumere selama tiga hari mulai dari tanggal 13 sampai 15 Oktober 2017. Kegiatan live in selama tiga hari ini merupakan program komunitas Seminari Tinggi Ledalero dalam rangka mengisi sekaligus memaknai hari minggu panggilan sedunia. 
RD. Nelis, Pr sedang memimpin Perayaan Ekaristi

“Adalah bukan suatu kebetulan bahwa, kunjungan para frater juga serentak menjadi ‘kado’ bagi paroki Watubala yang tahun ini merayakan 50 tahun berdirinya.” Ungkap Pastor Kapelan, RD. Nelis, Pr. Komunitas unit YosFrei, demikian unit ini biasa disebut, mendapat benuming di stasi pusat paroki. Para frater terpencar ke berbagai Komunitas Basis Gerejawi (KBG) seperti para murid yang diutus Tuhan. Selama tiga hari para frater benar-benar cemplung ke dalam keseharian hidup umat maupun bersama ‘bapa-mama angkat’ masing-masing. Selama tiga hari itu pula, para frater mengadakan kegiatan-kegiatan terprogram seperti katekese, kunjungan ke sekolah-sekolah dan tanggungan koor pada perayaan hari minggu.
Fr. Stefen Syuriadin, SVD mengungkapkan betapa antusiasnya umat dalam mengikuti katekese dan doa bersama. “Mereka seperti mendapat tempat untuk mencurahkan segala pengalaman suka duka dalam kehidupan berkeluarga. Itu sangat menginspirasi saya”. Ungkap Frater tingkat II ini.
Hal yang berbeda di’curhat’ oleh Frater Hans Syukur, SVD. “Semangat dan kehadiran umat di KBG tempat saya tinggal macam ‘suam-suam kuku’. Hanya beberapa orang saja yang menghadiri kegiatan tersebut sehingga ketua KBG mengambil kebijakan untuk gabung tiga KBG sekaligus. Jujur saja, saya tertantang dengan situasi umat yang demikian. Ini pelajaran sekaligus bahan refleksi’. Curhat Frater yang sedang bergulat dengan skripsi akhir ini.
Selain katekese bersama umat, para frater berkesempatan untuk melakukan animasi panggilan di sejumlah sekolah di wilayah pusat paroki. 
Para Frater Unit Yosef saat misa di Paroki Watubala

Fr. Rian mengisahkan kunjungannya ke SDK Watubala. “Saya bersama tiga teman melakukan animasi panggilan di SDK Watubala. Adik-adik siswa/i sangat bersemangat untuk mendengarkan dan mengikuti dinamika-dinamika yang kami buat. Bahkan sampai-sampai ada seorang siswi yang berkata polos bahwa ia ingin menjadi frater, katanya.
Kepala SDK Watubala, Ibu Maria Yasinta, mengapresiasi kegiatan tersebut. “Semoga dengan kedatangan adik-adik frater menarik perhatian mereka agar kelak mereka bisa mengikut jejak para frater. Kami sangat mendukung dan berharap, lulusan dari sekolah ini ada yang jadi imam”.
Para frater menutup rangkaian kegiatan selama tiga hari dengan perayaan ekaristi hari minggu bersama umat di paroki pusat dengan menanggung koor. “Kami seperti dibawa ke surga saja. Suara para frater sungguh indah. Koor yang memukau” Puji Bapak Domi sesaat setelah perayaan ekaristi berakhir. Bukan pujian sebenarnya yang para frater inginkan tetapi sekiranya melalui koor mereka juga mewartakan kasih Allah yang meneguhkan kepada umat-Nya. Demikian kata Fr. Tantis Huller ketika dimintai pendapatnya. “Bernyanyi dengan baik adalah berdoa dua kali. Ingat itu” Tandas frater yang sangat mahir dalam bermain gitar ini.
Para pemusik Unit Yosef sedang mengiringi koor

Watubala telah menjadi bagian dari pengalaman ziarah panggilan para frater unit YosFrei. Dari sana mereka kembali dengan berbagai cerita dan kisah yang sekiranya meneguhkan sekaligus melipat-gandakan semangat untuk kembali menekuni rutinitas di biara.

Penulis: Fr. Haris Meo, SVD 

Sunday, October 8, 2017

Pentahbisan Keduabelas Imam Misionaris Baru

Seminariledalero.org
Serikat Sabda Allah telah menahbiskan lagi dua belas Imam misionaris baru. Perayaan Ekaristi pentahbisan yang diselenggarakan pada Sabtu (7 Oktober 2017) telah mengukuhkan sakramen Imamat bagi keduabelasan tersebut. Dengan rahmat imamat yang telah diperoleh, mereka menambah jumlah barisan misionaris Serikat Sabda Allah di medan misi.
Seminari Tinggi Ledalero tahun ini telah mempersiapkan 18 calon imam untuk ditahbiskan. Enam orang di antaranya telah ditahbiskan terlebih dahulu pada Senin (2 Oktober 2017) di Novisiat Nenuk Atambua. Sedangkan keduabelas yang lain ditahbiskan di Seminari Tinggi Ledalero dalam perayaan Ekaristi Agung.
Keduabelas Imam misionaris yang ditahbiskan antara lain; P. Petrus Pati, SVD, P. Fransiskus Leton, SVD, P. Hilarius de Brito Laja, SVD, P. Marselinus Lewo Keda, SVD, P. Romanus Thomas, SVD, P. Vinsensius Balu, SVD, P. Kristoforus Suhardi, SVD, P. Gabriel Akhir, SVD, P. John Audin Nabi, SVD, P. Hendrikus Seko Duru, SVD, P. Theobaldus Jewarut, SVD, dan P. Wendelinus Sowe Teluma, SVD.
Kedua belas Imam baru Serikat Sabda Allah yang telah mendapat sakramen Imamat tersebut diutus ke tempat misi yang bervariasi. Sebelas di antaranya ditugaskan di luar negeri, sedangkan seorang lagi bertugas di provinsi SVD Ende. Beberapa negara yang menjadi tempat misi para Imam misionaris baru antara lain, Angola, Brazil, Equador, Ghana, Madagascar, Argentina, China dan Amerika Serikat.
Perayaan Ekaristi pentahbisan dimulai pada pukul 08.30 pagi. Perayaan tersebut dipimpin langsung oleh Mgr. Hilarion Datus Lega, sebagai uskup keuskupan Manokwari-Sorong, dan dihadiri oleh puluhan Imam konselebran. Sebelumnya, atas permohonan provinsial SVD Ende, bapa Uskup menyetujui untuk menjadi Imam pentahbis bagi keduabelas Imam baru dari Serikat Sabda Allah. Dalam kesempatan saat berkotbah bapa Uskup meyampaikan pesan-pesan penting bagi keduabelas Imam baru.
“Setiap manusia terdiri atas kejasmanian dan kerohanian, untuk itu penting sekali bagi para Imam baru agar mengintegrasikan aspek-aspek tersebut demi perkembangan diri dan pelayanan di medan misi,” katanya.
Lebih lanjut lagi, Bapa Uskup memberikan penguatan bagi para misionaris yang telah ditahbiskan tersebut. Pelayanan di medan misi merupakan pelayanan yang sulit, khususnya bagi para misionaris di luar negeri. Situasi zaman  yang kini serba sekular menuntut para misionaris untuk mengubah perspektif lama. “Berdoalah demi ketahanan Iman,” demikianlah pesannya.
“Kami sudah mengecap jatuh-bangun, tambal-sulam, dan bongkar pasang hidup panggilan kami. Semoga kami tidak menjadi batu sandungan bagi orang yang kami layani di medan misi,” kata P. Vinsensius Balu, SVD, sebagai perwakilan dari keduabelas Imam baru saat membawakan kata sambutan.
Dalam sambutan yang berdurasi delapan menit itu, Imam kelahiran Waelengga ini menyampaikan ucapan syukur dan terimakasih mewakili rekan-rekan Imam baru yang lain. Perjalanan panggilan mereka hingga detik ini hanya mungkin karena doa dan dukungan banyak orang yang mencintai mereka. Mereka mengharapkan doa-doa dari semua orang agar pelayanan yang mereka emban di medan misi nanti dapat sungguh mewujudkan sukacita dalam Kristus di tengah umat yang mereka layani.
“Jangan mendoakan kami untuk tidak jatuh, melainkan doakan kami agar setelah jatuh kami dapat bangun lagi,” katanya saat mengakhiri sambutan.
P. Lukas Jua, SVD, sebagai provinsial SVD Ende juga mengucapkan syukur atas rahmat Imamat yang boleh diterima oleh keduabelas sama saudara. Ia juga sempat berpesan agar pewartaan di medan misi dapat mendekatkan semakin banyak orang dengan Kristus.
Perayaan Ekaristi pentahbisan tahun ini mengambil tema ‘Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat’ dari Injil Lukas 10:23. Tulisan tema ini ditempelkan di atas sebuah lukisan di latar belakang altar. Dalam lukisan tersebut terlihat gambar Yesus sedang bercengkerama dengan seorang Imam dan beberapa orang lain sambil dikelilingi awan gemawan biru. Selain itu, dekorasi di sekitar altar dipenuhi oleh karangan bunga-bunga hidup berbagai warna rajutan tangan para suster SSpS.
Perayaan Ekaristi dimeriahkan oleh koor dari unit Mikhael dan Gabriel serta gabungan dari beberapa frater unit campuran. Selain itu para penari yang didatangkan langsung dari komunitas SPK Lela juga turut meramai-riahkan perayaan Ekaristi agung tersebut.
Ratusan tamu menghadiri perayaan yang berlangsung selama dua jam lebih itu. Selain keluarga dari para yubilaris, acara tersebut juga dihadiri oleh perwakilan komunitas suster-suster SSpS dan beberapa perwakilan kongregasi lainnya. Masyarakat di sekitar Ledalero juga menyempatkan diri untuk hadir dan mendoakan para yubilaris.
Perayaan Ekaristi berakhir dengan berkat dari tangan para Imam baru pada pukul 11.15 Wita. Setelah perayaan selesai, para Imam baru berpose bersama Uskup pentahbis dan para Imam konselebran utama untuk mengabadikan momen penting tersebut.
(Fr. Geovanny Calvin De Flores Pala, SVD)

Saturday, October 7, 2017

Wartawan Flores Pos Ditahbiskan Menjadi Imam



Seminariledalero. Org – Pater Kristoforus Suhardi, SVD, mantan Frater TOP Harian Umum Flores Pos ditahbiskan menjadi Imam Tuhan pada Sabtu (7 Oktober 2017) di Aula Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero, oleh uskup pentahbis, Mgr. Hilarion Datus Lega, Pr, uskup  Manokwari-Sorong.
 
P. Kristo Suhardi, SVD
       P. Kristo Suhardi, SVD, ketika diwawancarai, mengatakan bahwa dirinya merasa bersyukur dan beruntung menjalani masa pratik sebagai frater TOP di Harian Umum Flores Pos dan bekerja sebagai wartawan serta dipercaya menjadi Staf Redaktur.
“Saya merasa bersyukur dan beruntung menjalani masa pratik sebagai Frater TOP di Harian Umum Flores Pos. Selain sebagai Frater TOP, saya bekerja sebagai Wartawan dan dipercaya menjadi Staf Redaktur. Bagi saya Harian Umum Flores Pos merupakan tempat yang memberi ruang untuk mengembangkan kemampuan menulis, bakat-bakat dan potensi yang ada dalam diri. Flores Pos juga merupakan tempat yang Tuhan undikan kepada saya,” kata P. Kristo.


“Tuhan, Engkau tahu…”
          P. Kristo Suhardi, SVD, dalam refleksinya sebelum tampil mengikrarkan kaul kekalnya menekankan tentang kemurahan kasih Tuhan. “Sebelum memutuskan untuk mengikrarkan kaul kekal, saya dihantui dengan pergulatan pribadi yang cukup panjang. Pergulatan yang panjang itu membawa saya berjumpa dengan percakapan penuh haru antara Petrus dan Yesus, suatu pagi di tepi Danau Tiberias. Yesus menantang Petrus dengan pertanyaan yang diulang-Nya hingga tiga kali, apakah engkau mengasihi Aku? Jawaban Petrus kala itu sungguh kurasakan juga menjadi jawaban pribadiku pada Tuhan. “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu. Engkau tahu, aku mengasihi Engkau dengan segala kekurangan dan kelemahanku”. Maka saya memilih jawaban Petrus, “Tuhan, Engkau tahu….” sebagai moto kaul kekalku. Saya sadar bahwa: Tuhan terlampau murah hati bagi saya. Ia mengirimkan kepadaku orang-orang yang begitu baik, yang menjadi perpanjangan kasih-Nya. Apakah yang bisa saya berikan untuk kasih Tuhan yang sebesar dan semegah ini? Tidak ada! Hanya sebuah penyerahan diri dan janji untuk sungguh-sungguh menjalani panggilan suci ini dengan sepenuh hati,” demikian refleksi P. Kristo.
P. Kristo sedang menumpangkan tangan kepada kedua orangtua


“Makanlah gulungan kitab ini…”
Sementara itu, dalam refleksi tahbisan imamatnya, P. Kristo, mengatakan, “Saya memilih moto tahbisan imam dari penggalan kata-kata Yahweh ketika memanggil Nabi Yehezkiel, yakni “Makanlah gulungan kitab ini..” Saya bergelut dengan kisah panggilan Yehazkiel ini selama dua tahun terakhir setelah mengikrarkan kaul kekal pada 15 Agustus 2015. Saya selalu merasa bahwa tugas perutusan dan panggilan Yahweh kepada Yehezkiel ini adalah tugas perutusan dan panggilanku juga. Pergumulan saya dengan panggilan Yehezkiel ini membawa saya pada dua kesadaran mendasar. Pertama, saya hanya bisa menjadi pewarta Sabda Allah yang baik dan teguh, hanya jika Sabda Allah itu telah terlebih dahulu saya makan, saya kunyah dan sungguh-sungguh membuat saya kenyang. Sabda Allah yang hendak saya wartakan itu mesti terlebih dahulu menobatkan dan memurnikan diri saya sendiri sebelum saya mewartakannya kepada orang lain. Sungguh, ini butuh kerendahan hati untuk terus belajar dan kesediaan untuk dibentuk oleh pengalaman dan perjumpaan-perjumpaan. Kedua, Sabda Allah itu sungguh manis seperti madu dan menghadirkan kegembiraan dalam diri Nabi Yehezkiel. Jika panggilan dan pilihan hidup menjadi seorang imam-misionaris SVD menghadirkan rasa manis dan kegembiraan dalan diri saya, maka tugas saya adalah membagikan rasa manis dan kegembiraan itu kepada orang lain, orang-orang yang kelak akan saya layani. Manis dan enaknya panggilan hidup saya sebagai seorang imam-misionaris tidak boleh hanya menjadi milikku semata, tetapi mesti dirasakan juga oleh orang-orang yang akan saya layani di manapun saya diutus. “Pergilah kepada orang-orang Israel, pergilah P. Kristo Suhardi, SVD dan bagikan rasa manis serupa madu itu kepada orang-orang yang engkau jumpai.” Dengan refleksi ini saya sungguh menyadari bahwa panggilan Allah untuk memakan gulungan kitab itu adalah sebuah panggilan seumur hidup, kapanpun dan di manapun saya diutus,” tegasnya.

Komitmen
Pater Prefek Koordinator Fratres Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero, P. Ito Dhogo, SVD, ketika ditanyai tentang perjalanan hidup dari P. Kristo Suhardi, SVD, mengatakan bahwa sosok seorang mantan frater TOP di Harian Umum Flores Pos, P. Kristo memiliki kepribadian baik yang ditunjukkan lewat komitmen yang tinggi.
“P. Kristo adalah seorang yang memiliki kepribadian baik. Hal itu ditunjukkan lewat komitmen yang sangat tinggi dalam mengembangkan kemampuannya di bidang tulis-menulis dan bidang sastra. Saya sangat berterimakasih kepadanya kerena dengan pengalaman menjadi wartawan di Flores Pos, ia sudah meluangkan banyak waktu untuk membuat pelatihan tentang jurnalistik kepada para frater. Selain itu, P. Kristo telah mewujudkan salah satu matra kas SVD, yakni komunikasi. Hal ini dibuat pertama-tama di unit. Ia berkomunikasi dengan anggota unit untuk membuat sesuatu yang berguna, misalnya mengumpulkan aqua gelas dan barang-barang bekas lainnya yang bisa dijual dan mendatangkan uang. Sejauh ini banyak hal yang sudah diperoleh dan dihasilkan dari usaha yang dilakukan bersama segenap anggota unit St. Agustinus,” kata P. Ito.
P. Kristo bersama imam baru lainnya menumpangkan tangan kepada uskup pentahbis Mgr. Hilarion Datus Lega, Pr.

          P. Kristo, dalam kehidupan sehari-hari sering disapa P. Itok Suhardi, lahir di Bangka Tuke, 2 Mei 1988 dari pasangan Alm. Bapak Sebastianus Mpok dan Ibu Rofina Nuhung. Pada tahun 1995-2001 P. Itok mulai menempuh masa pendidikan Sekolah Dasar di SD Inpres Lao, Ruteng. Selanjutnya masuk SMP Seminari Pius XII Kisol (2001-2004). Kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Seminari Pius XII Kisol (2004-2007). Setelah menyelesaikan masa pendidikan SMA, P. Itok memutuskan untuk bergabung dalam Serikat Sabda Allah dan memulai masa novis di Novisiat Sang Sabda Kuwu (2007-2009). Pada tanggal 15 Agustus 2009 mengikrarkan kaul pertama di Novisiat Sang Sabda Kuwu. Selanjutnya menempuh Studi Filsafat di STFK Ledalero (2009-2013). Bulan Juli 2013-Desember 2014 menjalani masa TOP di Harian Umum Flores Pos Ende. Memasuki masa Novis kekal di Ledalero (Januari-Agustus 2015) dan pada tanggal 15 Agustus 2015 mengikrarkan Kaul Kekal. Selanjutnya menempuh Studi Pascasarjana Teologi di STFK Ledalero. Setelah menyelesaikan studi S2 Teologi, ditahbiskan menjadi Diakon di Kapela Agung Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero oleh Mgr. Fransiskus Kopong Kung, Pr, uskup Larantuka. Sejak Juli-Oktober 2017, menjalani masa Praktik Diakonat di Paroki St. Lodovikus Waiklibang, Tanjung Bunga, Flores Timur. Diakon Kristo mendapat tempat menuming ke Provinsi SVD Ende.
          Kesebelas Pater yang turut ditahbiskan bersama P. Kristo Suhardi, SVD, yaitu: P. Gabriel Akhir SVD, P. Vinsensius Balu SVD, P. Theobaldus Jewarut SVD, P. Hilarius Debrito Laja Rebo SVD, P. Fransiskus Paskalis Leton SVD, P. Marselinus Antoni Lewo Keda SVD, P. John Audin Ferdianto Nabi SVD, P. Petrus Pati Bin Antonius SVD, P. Hendrikus Seko Duru SVD, P. Wendelinus Sowe Teluma’s SVD, dan P. Romanus Thomas SVD.

Penulis: Fr. Frid Talan, SVD