![]() |
Bupati Sikka Fransiskus Roberto Diogo (Kanan) sedang Memberikan Kuliah Umum di Kampus STFK Ledalero Maumere Flores NTT pada Sabtu (6/04/2019). |
Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK)
Ledalero menyelenggarakan kuliah umum dalam rangka merayakan 50 tahun usia
berdirinya STFK Ledalero di Aula St. Thomas Aquinas pada sabtu pagi (6/4/2019).
Kuliah umum dengan tema “Program Strategis Bupati Sikka Menuju Sikka Sejahtera”
ini dibawakan oleh Bapak Fransiskus
Reberto Diogo, selaku Bupati kabupaten Sikka periode 2018-2023, dan diikuti
oleh semua civitas akademika STFK
Ledalero dengan beberapa tamu undangan.
Dalam kata sambutan, ketua STFK, Pater Otto Gusti Madung, SVD menyampaikan bahwa
kuliah umum dari bapak Bupati Sikka ini merupakan kuliah umum pertama yang
dibawakan oleh Bupati Sikka di STFK Ledalero. Selain itu, sesuai dengan tema
kuliah umum, Pater Otto mengatakan bahwa kesejahteraan rakyat menjadi alasan
masyarakat untuk melegitimasi demokrasi elektoral di negara ini. Dan
‘keributan’ yang terjadi antara Bupati Sikka dengan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) kabupaten Sikka beberapa waktu lalu menjadi tanda kehadiran
demokrasi di daerah ini.
Pater
Fredy
Sebho, SVD selaku moderator dalam kuliah umum ini mengatakan bahwa seorang
pemimpin itu mesti menjadi seorang pemimpin yang berhati singa dan berotak
kancil demi menyusun strategi pembangunan bersama rakyat, sebagaimana yang
pernah disampaikan oleh filsuf Machiavelli. “Seorang politikus harus berkuasa,
bukan hanya berperilaku,” sambung Pater
Fredy. Dalam artian, seorang pemimpin itu
mesti tegas demi kebenaran, meskipun harus dibenci oleh banyak orang.
Lalu, dalam rangka menyusun program
strategis bagi kabupaten Sikka, Bupati Sikka yang terpilih melalui jalur
independen ini menggunakan konsep negara kesejahteraan. “Konsep ini mengutamakan kebijakan publik (Public Policy),” katanya. Di samping itu,
Bupati yang akrab disapa Roby Idong ini juga mengutarakan empat model
pembangunan yang ada di dunia ini, di antaranya: model universal,
institusional, residu, dan minimalis. Model universal sering digunakan oleh
negara-negara di Eropa. Model pembangunan ini memprioritaskan jaminan
kesehatan, pendidikan, dan hak-hak dasar lainnya. Semua hak-hak dasar harus
dipenuhi tanpa terkecuali.
Kemudian, model institusional erat
kaitannya dengan model kelembagaan. Hal ini tampak dalam program BPJS yang
berlaku selama ini. Selanjutnya, Bupati yang menamatkan pendidikan S1 dalam
bidang Ilmu Administrasi Negara di Universitas Brawijaya Malang ini mengatakan
bahwa model residu adalah model pembangunan yang mengutamakan orang-orang
miskin. Dalam hal ini, pemerintah akan mencari orang-orang yang tidak
sejahtera. Dengan begitu, pemerintah hendak menyelesaikan semua persoalan yang
dialami oleh orang miskin di daerah pemerintahannya. Bupati Idong mengatakan
bahwa model minimalis merupakan model pembangunan yang membiarkan orang miskin
untuk tetap miskin. “Dalam waktu lima tahun ke depan, kami akan menggunakan
model universal dan residu guna mewujudkan kabupaten Sikka yang sejahtera,”
tegas Bupati Idong.
Di tengah keterbatasan anggaran, waktu,
dan wewenang, Bupati Sikka tetap berkomitmen untuk memajukan pendidikan dengan
menaikkan dan memanajemen dana pendidikan secara baik, melindungi masyarakat
Sikka dengan meningkatkatkan pelayanan kesehatan termasuk dengan menyediakan
rumah sakit tanpa kelas, serta memberdayakan ekonomi perempuan dan
mengembangkan industri kreatif.
Dalam kaitan dengan industri kreatif,
Patrisius Haryono, mahasiswa tingkat IV STFK Ledalero menanyakan kebijakan
pelobian dan penentuan harga yang akan diambil oleh pemerintahan Bupati Robi
Idong terhadap barang-barang komoditi yang dihasilkan oleh masyarakat Sikka.
“Kita akan menstabilkan dan memperbaiki harga komiditi kita dengan mengubah
pola penyaluran barang-barang komiditi tersebut. Kita akan mengelola semua
barang-barang komiditi yang dihasilkan melalui industri kreatif demi
menggantikan pola penyaluran yang menggunakan alur perdagangan,” jawab Bupati
Sikka dengan tegas.
Kuliah umum ini pun ditutup dengan
sebuah kesimpulan dari Pater Fredy,
selaku moderator. Pater Fredy mengatakan
bahwa dosa seorang pemimpin tidak terletak pada hal yang telah dilakukannya, tetapi
ketika seorang pemimpin tidak melakukan apa-apa.” Semoga Bupati Sikka belum
berdosa,” sambungnya.
Penulis : Fr. Ricky Mantero, SVD
Editor : Flory Djhaut