Saturday, May 4, 2019

STFK Ledalero Mewisuda 202 Lulusan Program Sarjana dan Pascasarjana







seminariledalero.orgKetua Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero Dr. Otto Gusti Ndegong Madung  mewisuda 202 wisudawan program sarjana filsafat dan program pascasarjana teologi dengan pendekatan kontekstual. Rincian wisudawan tersebut terdiri atas 153 orang program sarjana dan 49 orang program pascasarjana. Upacara wisuda ini diselenggarakan dalam Rapat Senat Terbuka Luar Biasa di Aula St. Thomas Aquinas STFK Ledalero  pada Sabtu (04/05/19). 

Dari 153 wisudawan program sarjana, yang lulus dengan predikat  Cukup Memuaskan 12 orang, Memuaskan 39 orang, Sangat Memuaskan 80 orang, dan Cum Laude 22 orang, yakni Heribertus Beato Yansen (IPK 3,86), Yohanes Dionisius Bosco Galus (IPK 3,82), Wilfridus Lerisam (IPK 3,81), Reginaldus Erson (IPK 3,75), Fransiskus Asisi Mite dan Fransiskus Bala Kleden (IPK 3,71), Antonius Mbukut (IPK 3,67), Apolonius Dajong dan Yulius Rudi Haryatno (IPK 3,64), Ernestus Holivil (IPK 3,63), Emanuel Roja (3,62), Yohanes Mikael Sega (IPK 3,60), Asterius Bata Seda (IPK 3,59), Andreas Yorenus Waji Rasi dan Yohanes Sumario (IPK 3,58), Karolus Yohanes Lali Madur (IPK 3,56), Venancius Meolyu (IPK 3,55), Alquinius Kurniawan Dadus, Fransiskus Maximilianus Kowa, dan Handranianus  Ligo Tegu Meo (IPK 3,54), Valerianus M. Riwu (IPK 3,53) dan Amandus Labetubun (IPK 3,52). 

Sedangkan dari 49 wisudawan program pascasarjana yang lulus dengan predikat Memuaskan 27 orang, Sangat Memuaskan 12 orang, dan Cum Laude 10 orang, yakni Vitalis Nasrudin (IPK 3,93), Petrus Tan dan Yustinus Remet Tejo Neno (IPK 3,84), Bona Ventura Ngara Wula (3,79) Agustinus Gyovani Rante, Lorenzo Raymond Eureka, Martinus Viani Pati Ea, Valentino Untung Polo Maing, Wilfrid Abdon Ta’a, dan Yohanes Purnawan Budiarti (IPK 3,77).

Dalam sambutannya di hadapan para wisudawan Otto Gusti memberikan proficiat dan selamat kepada para wisudawan  yang telah meraih gelar sarjana filsafat dan magister teologi pada kampus STFK Ledalero. “…Saya mengucapkan proficiat dan selamat berbahagia bagi saudara-saudari yang hari ini diwisuda menjadi sarjana filsafat dan magister teologi. Atas nama lembaga pendidikan ini saya mengucapkan terima kasih karena  Anda telah mempercayakan lembaga ini untuk mendidik  dan membentuk Anda secara intelektual” 

Mengutip seorang pemikir dalam bidang pendidikan bernama John Dewey, lulusan Universitas Hochschule Philosophie Muncen, Jerman ini mengatakan “education is our only political safety, outside of  this ark is the deluge—pendidikan adalah pengamanan politik kita satu-satunya, di luar bahtera ini hanya ada banjir dan air bah.” Menurut Otto, hanya pendidikan dengan asas-asas dan parktik yang benarlah yang dapat menjadi pengamanan politik dan menciptakan SDM, yaitu orang-orang yang dilengkapi tingkat kecerdasan tertentu dengan watak dan prinsip-prinsip tertentu.

Pada bagian lain sambutannya, Dosen HAM pada kampus STFK Ledalero ini menyoroti relevansi disiplin teologi dan filsafat pada dunia dewasa ini. Menurut Otto Gusti, kita sedang hidup dalam era dan masyarakat di mana radikalisme agama, intoleransi, epidemi berita bohong, dan kekerasan sedang mencabik-cabik tatanan sosial dan rumah bersama Indonesia. Agama-agama sibuk menebarkan teologi maut guna meraih kekuasaan. 

“Dalam situasi ini, teologi dan filsafat dapat berperan guna memfasilitasi ruang komunikasi antara nalar dan teologi, akal budi dan iman. Secara institusional ruang dialog ini dapat dan sudah dijalankan secara sistematis oleh fakultas-fakultas  teologi di Indonesia. Teologi dan filsafat juga berkontribusi dalam mengembangkan kritik diri dan kritik makna di dalam agama baik sebagai institusi maupun sebagai sikap hidup personal. Iklim seperti ini pada akhirnya melahirkan cara berpikir  rasional dan bebas yang dapat menghadang lajunya radikalisme agama dan praktik intoleran”, ungkapnya. 

Beriman di Era Post-Sekular
Dalam sambutannya mewakili para wisudawan, Pater Petrus Tan, SVD  yang biasa disapa Pater Peter mengungkapkan adanya gejala dalam dunia kini di mana iman dan agama jadi keledai bodoh yang ditunggangi sekelompok orang untuk memuaskan nafsu politik, ideologis, atau kebencian-kebencian post-kolonialisme yang brutal dan salah arah. Pater Peter membahaskan semua hal sebagai gejala “defisit akal sehat bersama umat manusia.” “Defisit akal sehat inilah yang disasar Hana Arendt, filsuf Jerman, dalam bukunya Man in Dark Times di tahun 1968. Abad gelap ini adalah abad ketidakberpikiran, abad minus akal sehat. Defisit akal sehat memicu deformasi politik  dan bangkitnya kejahatan. Karena tidak berpikir, manusia gagal menjadi binatang rasional dan lantas jadi binatang beringas yang terobsesi dengan kejahatan” tegas Pater Peter. 

Fakta krisis nalar inilah yang mendorong Pater Peter berbicara tentang beriman di era post-sekular. Menurut penulis buku Paradoks Politik ini, sekurang-kurangnya ada dua isu kunci beriman di era post-sekluar. Pertama, dialektika atau proses belajar ganda antara agama dan nalar, iman dan akal budi, pemikiran religius dan sekular, masyarakat beragama, dan masyarakat non-religius. Kedua, kemanusiaan sebagai akal sehat tertinggi seluruh umat manusia.

Lebih lanjut, Pater Peter mengungkapkan “di era post-sekular, kita beralih dari religion kepada post-religion. Post-religion berarti agama dan perannya harus ditafsir ulang dalam bingkai kepentingan bersama umat manusia seluruhnya. Agama-agama harus keluar dari benteng mereka masing-masing dan bergandengan tangan memberi jawaban pada problem kemanusiaan universal. Sebab satu-satunya akal sehat universal yang melampaui segala bentuk sekat sosial adalah kemanusiaan.” 

Pada bagian akhir sambutannya anggota provinsi SVD Timor ini menyampaikan dua pesan penting kepada para wisudawan dan kepada semua peserta yang hadir. Pertama, kita diutus ke tengah masyarakat untuk menghasilkan perubahan sosial yang konkret. Perubahan sosial hanya bisa terjadi kalau kita mampu bersikap ilmiah dan mendorong tumbuhnya akal sehat. Medan politik dan perubahan sosial  memerlukan pikiran yang terlibat. Filsafat dan teologi adalah undangan untuk berpikir. Aktivitas berpikir adalah aktivitas untuk mengubah  kondisi ketidakadilan, ketimpangan, korupsi, dan kebobrokan pada seluruh institusi sosial. Kedua, mengaktifkan compassio adalah sebuah imperatif tanpa kompromi dalam tugas dan perutusan kita. Compassio berarti suatu kemampuan dan tanggung jawab untuk terlibat di sisi korban, terbuka dan menangkap penderitaan orang lain. 

Upacara wisuda ini berakhir pada jam 11.30. Hadir dalam upacara wisuda ini antara lain Ketua Yayasan Persekolahan St. Paulus Ende Pater Alphonsus Mana, SVD, Dra. Putu Anggraeni Sri Adnyani, MM mewakili Kepala LLDikti Wilayah VIII,  Yohanes Bosco Otto mewakili Dirjen Bimas Katolik, dr. Valentinus Sili Tupen mewakili  Bupati Sikka, Rektor Seminari Tinggi St. Paulus Pater Frans Ceunfin, SVD, para pimpinan biara dan konvik, para dosen, mahasiswa/i, dan para tamu undangan. Upacara wisuda ini dimeriahkan oleh paduan suara STFK Voice.***

Penulis dan Editor: Flory Djhaut

No comments:

Post a Comment