Pater Amandus Klau, SVD sedang memberikan rekoleksi menjelang masa Adven kepada segenap warga komunitas Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero pada Sabtu sore (1/12/18) di kapela agung |
Seminariledalero.org “Disrupsi adalah perubahan mendasar yang terjadi, baik
dengan sengaja maupun tidak sengaja, sebagai akibat dari munculnya aneka
inovasi kreatif yang membuat sesuatu yang sebelumnya berguna dan penting
menjadi tidak berguna dan tidak penting.” Demikian diungkapkan Pater Amandus
Klau, SVD ketika membawakan rekoleksi menjelang masa Adven di kapela agung
Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero pada Sabtu sore (1/12/18).
Menurut Pater Amandus, era disrupsi merupakan konsekuensi dari revolusi industri
keempat (4.0). Industri 4.0 adalah nama
tren dari praktik otomasi dan pertukaran
data terkini dalam teknologi pabrik. Era ini menurut dia adalah sesuatu
yang patut dibanggakan, karena dengan kecanggihan teknologi fase 4.0 ini,
pekerjaan manusia akan dilakukan secara lebih efektif dan efisien, dengan hasil
yang lebih banyak dan lebih berkualitas.
Meski demikian, era ini juga menurut dia menjadi ancaman bagi kita. “Karena
cara berpikir dan cara kerja manusia
cenderung terpola mapan dan sulit diubah, maka revolusi ini juga menimbulkan keguncangan yang mengerikan”,
tegas Pater Amandus. Di era ini, lanjutnya, ada perubahan cara berpikir dari cara berpikir yang
lama ke cara berpikir yang baru.
Lebih lanjut dia menegaskan bahwa era ini mempunyai pola yang hampir sama
dengan tindakan penyelamatan Allah. Injil Lukas 21:25-28. 34-36 memiliki pesan
disrupsi. Mereka yang hidupnya tidak sungguh-sungguh akan diganti oleh yang
hidupnya lebih sungguh-sungguh. Yang selama ini bertakhta seperti matahari,
bulan dan bintang-bintang di langit akan diganti oleh Anak Manusia. Ini bukanlah
sabotase melainkan proses disrupsi.
Pada bagian lain renungannya, Pater Amandus menyebutkan bahwa peristiwa
Allah menjadi manusia adalah sebuah jalan disrupsi. Ketika Tunas Daud datang
dengan inovasi keadilan dan kebenaran, semua yang tidak adil, semua yang lalim,
semua yang suka menjajah dan menindas akan tergusur. Dan terjadilah, Yehuda
dibebaskan, dan Yerusalem makin tenteram hidupnya. Ketika Anak Manusia datang dengan
inovasi kesederhanaanNya yang radikal, semua yang suka berpesta pora dan mengagungkan
hal-hal duniawi menjadi terperangkap dalam jerat penghakiman
Menghindari Perangkap
Penghakiman Allah
Pada bagian lain renungannya, Pater Amandus menegaskan bahwa untuk
menghindari diri dari penghakiman Allah, kita harus ingat pesan Yesus sendiri: “Jagalah
dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh
pesta pora dan kemabukan, serta kepentigan-kepentingan duniawi.” Pesta pora
lebih merupakan suatu gaya hidup konsumtif. Gaya hidup konsumtif selain
merupakan gaya hidup yang tahu mengabiskan dan hanya tahu pakai, juga merupakan
gaya hidup yang tidak tahu memanfaatkan potensi yang ada. Misalnya menggunakan wifi di unit hanya untuk menonton video yang lucu
dan tidak menggunakannya untuk mengunduh buku-buku yang bagus.
Kemabukan menurut Pater Amandus tidak hanya berarti setiap hari
menghabiskan minuman keras, tetapi juga berarti keranjingan main facebook atau
menonton film-film kesukaan sampai lupa tidur. “Dengan kata lain, meladeni kesenangan hingga melupakan yang priotitas.” Tegas Pater
Amandus*
Penulis & Editor: Flory
Djhaut
No comments:
Post a Comment