Seminariledalero.org - “Dengan bantuan Allah, saya mau.”
Jawaban ini dikumandangkan oleh ke-19 diakon Serikat Sabda Allah. Mereka semua
telah mengikrarkan janji kesetiaan menerima tugas diakon. Peristiwa tahbisan
diakon tersebut berlangsung pada Minggu (3 Juni 2018) di kapela agung Seminari
Tinggi St. Paulus Ledalero.
Ke-19
frater yang ditahbiskan menjadi diakon antara lain: Fr. Boysala Adrianus, SVD,
Fr. Eureka Lorenzo Raymond, SVD, Fr. Giovani Rante Agustinus, SVD, Fr. Kalndija
Yanuarius, SVD, Fr. Klau Marselinus, SVD, Fr. Manek Clementinus Saverius, SVD,
Fr. Naben Rofinus, SVD, Fr. Nasrudin Vitalis, SVD, Fr. Ngara Wula Laba
Bonaventura, SVD, Fr. Pati Ea Martinus Vianey, SVD, Fr. Purnawan Budiarti
Yohanes, SVD, Fr. Reldi Inosensius, SVD, Fr. Remet Tejo Neno Yustinus, SVD, Fr.
Sareng Dionisius, SVD, Fr. Seran Johanes Wolfhardus Kenedy, SVD, Fr. Setu
Fransiskus Aprianus, SVD, Fr. Suni Nono Florianus, SVD, Fr. Tan Petrus, SVD,
Fr. Wewo Yohanes Paulus, SVD.
Tema
yang diangkat dalam tahbisan diakon adalah, “Kamu harus mempersiapkan perjamuan
(Mrk 14:15)”. Tema ini dipilih oleh para diakon baru sebagai tema perayaan dan
matra khas tugas pelayanan mereka.
Pada
hari yang sama, seluruh Gereja merayakan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Perayaan
tahbisan diakon sengaja digandengkan dengan peringatan hari raya ini. Mgr. Vincentius
Sensi Potokota,
Pr, dalam kata pembuka,
menegaskan hakekat tugas diakonia dan diakonat. Tugas sebagai seorang diakon
haruslah
bercermin pada karya
Yesus yang memberi tubuh dan darahNya secara total bagi manusia. Peran dan
tugas diakon, yakni mengabdikan hidup bagi Tuhan dan sesama.
Dalam kesempatan amanat kepada ke-19 diakon, Mgr. Sensi Potokota berkata, “Puncak perayaan Kristiani adalah perayaan Paskah di mana kita menyantap Tubuh dan Darah Kristus di atas meja perjamuan. Perayaan ini bukan sekedar seremonial belaka.
Perayaan ini sebenarnya merupakan penegasan tentang keyakinan dan komitmen bangsa Israel terhadap janji Allah yang kita adopsi hingga sekarang.” Lebih lanjut, Mgr. Sensi Potokota, Pr, Uskup Keuskupan Agung Ende, menyatakan bahwa ada relasi yang kuat antara perayaan tahbisan diakon dan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus, serta tema yang diangkat. Tugas utama seorang diakon adalah melayani dan bukan untuk dilayani. Sebagai seorang pelayan Tuhan dan sesama, mereka harus menghantar Tubuh dan Darah Kristus dalam keseharian hidup dan karya pelayanan. Tugas pelayanan adalah tugas yang paling esensial dan sayangnya sering pula diabaikan. Sebagai diakon haruslah terus belajar memberi diri kepada sesama, sama halnya dengan Kristus yang memberikan nyawaNya bagi manusia.
Dalam kesempatan amanat kepada ke-19 diakon, Mgr. Sensi Potokota berkata, “Puncak perayaan Kristiani adalah perayaan Paskah di mana kita menyantap Tubuh dan Darah Kristus di atas meja perjamuan. Perayaan ini bukan sekedar seremonial belaka.
Perayaan ini sebenarnya merupakan penegasan tentang keyakinan dan komitmen bangsa Israel terhadap janji Allah yang kita adopsi hingga sekarang.” Lebih lanjut, Mgr. Sensi Potokota, Pr, Uskup Keuskupan Agung Ende, menyatakan bahwa ada relasi yang kuat antara perayaan tahbisan diakon dan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus, serta tema yang diangkat. Tugas utama seorang diakon adalah melayani dan bukan untuk dilayani. Sebagai seorang pelayan Tuhan dan sesama, mereka harus menghantar Tubuh dan Darah Kristus dalam keseharian hidup dan karya pelayanan. Tugas pelayanan adalah tugas yang paling esensial dan sayangnya sering pula diabaikan. Sebagai diakon haruslah terus belajar memberi diri kepada sesama, sama halnya dengan Kristus yang memberikan nyawaNya bagi manusia.
”Belajar,
belajar, dan terus belajarlah memberi diri bagi kebaikan yang lebih besar dan
kemuliaan Allah di dunia,” demikian pesan Mgr. Vincentius Sensi Potokota dalam
kesempatan homili.
Ke-19
diakon baru secara lantang menjawab, “Dengan bantuan Allah, saya mau,” pada tuntutan-tuntutan
tugas diakon yang dibacakan oleh Mgr. Sensi Potokota tepat setelah homili. Tiga
di antara tuntutan-tuntutan tersebut antara lain, kesediaan mewartakan iman
seperti para Rasul, melaksanakan ibadat harian bersama seluruh Gereja, dan
membangun hidup yang selaras dengan teladan hidup Yesus sendiri. Selain itu,
mereka juga mengucapkan janji setia diakon. Dalamnya, para diakon berjanji
untuk menaati Uskup dan pemimpin serikat serta para penggantinya.
Seremoni
pentahbisan ke-19 diakon berpuncak pada penumpangan tangan oleh bapa Uskup
sendiri. Kemudian, para diakon dikenakan stola dan dalmatik sebagai simbol
resmi tahbisan diakon dengan disaksikan oleh para imam dan umat. Tepukan tangan
pun bergaung di seluruh penjuru kapela.
“Saya
sangat bersyukur karena Tuhan telah mempercayakan saya sebagai pelayan kebun
anggurNya. Semoga rahmat tahbisan diakon yang telah kami terima bisa menjadi kekuatan
untuk tetap setia menjalankan tugas pelayanan kami dan mempersiapkan perjamuan
bagi umat yang akan kami layani,” demikian kata Diakon Vitalis Nasrudin, SVD di akhir perayaan tahbisan. Diakon Viland, demikian
sapaanya, bersama ke-18 temannya, dengan niat yang meyakinkan
mengikrarkan kesediaan untuk ditahbiskan menjadi diakon Serikat Sabda Allah.
“Tahbisan
diakon merupakan rahmat sekaligus puncak dari pelayanan pada Tuhan dan sesama,”
demikian kata P. Lukas Jua, SVD selaku provinsial SVD Ende dalam kata
sambutannya. P. Lukas Jua, SVD mendoakan para
diakon agar tetap setia dalam tugas pelayanan yang akan dijalankan selama masa
praktek diakonat. Adapun ke-19 diakon baru akan diutus ke beberapa paroki di
wilayah Keuskupan Agung Ende.
“Kami
juga, mewakili ke-19 diakon yang ditahbiskan hari ini, mengucapkan limpah
terima kasih kepada bapa Uskup Agung Ende yang merelakan waktu untuk hadir di
tengah segala kesibukan,” ucap Pater Provinsial.
Lebih
lanjut, P. Lukas Jua, SVD berpesan kepada para diakon tentang hal berkorban. “Belajarlah untuk mengorbankan
waktu bagi Tuhan. Jangan sibuk dengan HP atau hal-hal yang kurang mendukung
tugas pelayananmu. Kitab Suci dan ibadat Brevir adalah sarana yang wajib
dilaksanakan untuk terus mendekatkan diri dengan Tuhan melalui komunikasi
rohani. Carilah waktu untuk membaca Kitab Suci dan melaksanakan ibadat harian,
karena di luar tidak ada lagi lonceng atau jadwal khusus yang bisa mengatur.
Semuanya harus dicari waktu sendiri,” demikian pesannya.
Mgr.
Vincentius Potokota dalam kata sambutannya membagi pengalaman kunjungannya di
rumah induk SVD di Steyl. Beliau sempat mengunjungi pusara St. Arnoldus
Janssen. Dalam kunjungannya, beliau merasakan suatu sentuhan perasaan yang luar
biasa. Beliau tergugah dan merasa disapa oleh St. Arnoldus Janssen dengan
segala gagasan besar dan kharisma pelayanannya. Beliau mengharapkan, spirit ini
juga dialami oleh putra-putra Arnoldus yang hari ini ditahbiskan menjadi
diakon.
“Kalau
saya, sebagai Imam diosesan saja, merasa didorong dan disentuh oleh kharisma
Arnoldus Janssen, saya percaya dan yakin ke-19 diakon yang merupakan
putra-putra Bapa Arnoldus juga harus lebih merasakannya dalam misi dan
karya-karya pelayanan,” demikian ungkapnya.
Perayaan
tahbisan diakon yang dimulai pukul 09.00 WITA dan berakhir sekitar pukul 12.00
siang berjalan dengan lancar dan khusyuk. Perayaan tersebut turut dimeriahkan oleh koor dari para frater SVD. Lagu-lagu umat yang dibawakan oleh anggota koor membuat seluruh umat melibatkan diri untuk bernyanyi. Perayaan tahbisan ke-19 diakon
dihadiri oleh biarawan-biarawati,
keluarga para yubilaris
dan umat.
(Fr. Geovanny
Calvin De Flores Pala, SVD)
No comments:
Post a Comment