PARA FRATER WISMA ST.
RAFAEL MENGADAKAN SHARING JPIC DAN GENERASI PENDIRI
§ Bersama Pater Otto Gusti Madung, SVD
seminariledalero.org
– Para frater Wisma Santu Rafael Seminari Tinggi Santu Paulus Ledalero
mengadakan sharing tentang JPIC (Justice
Peace and Integrity of Creation) dan Generasi Pendiri bersama Pater Otto
Gusti Madung, SVD, Jumat(12/10/18).
Kegiatan
berlangsung pada pukul 18.30 – 20.00 wita bertempat di Kamar
Makan Unit Santu Rafael Ledalero. Hadir dalam kesempatan ini Prefek Unit Santu
Rafael, Pater Ignas Ledot, SVD dan
seluruh anggota unit Santu Rafael.
Dalam kata pembukanya P. Ignas
mengucapkan selamat datang dan terima kasih kepada Pater Otto yang berkenan
hadir untuk berbagi wawasannya tentang generasi pendiri bagi para penerus Serikat
Sabda Allah(SVD) yang menetap di Wisma Santu Rafael. Menurutnya, kegiatan ini merupakan salah satu aktus menghidupkan
spiritualitas generasi pendiri kepada generasi zaman now. "Zaman boleh berubah, tetapi apa yang menjadi akar
spiritualitas SVD yang tampak dalam spiritualitas generasi pendiri, kiranya
tetap hidup dalam diri adik-adik kita ini,” kata Pater Ignas.
Membentuk
Identitas Baru
Pater Otto selaku narasumber pada
kesempatan ini mengajak para frater yang hadir untuk membentuk identitas baru
sebagai anggota Serikat Sabda Allah. “Kita diajak untuk meninggalkan
identitas-identitas primordial kita masing-masing dan selanjutnya membentuk
identitas baru sebagai anggota Serikat Sabda Allah. Sifat internasionalitas
serikat kita mengharuskan kita untuk melebur bersama saudara-saudara yang
berasal dari berbagai latar belakang budaya dan daerah. Dalam SVD kita semua
dipersatukan oleh misi dan spiritualitas yang sama. Misi dan spiritualitas yang
sama itulah yang membentuk identitas kita sebagai SVD. Salah satu dari misi dan
spiritualitas itu ialah komitmen untuk mewujudkan keadilan, perdamaian, dan
keutuhan ciptaan.”
Sebelum memberikan penegasan di atas, Pater Otto yang saat
ini menjabat sebagai Ketua STFK Ledalero itu mengungkapkan
kebanggaannya menjadi anggota SVD sampai saat ini. “Sampai saat ini saya bangga
menjadi anggota SVD. Menjadi SVD itu ada maknanya dan untuk itu kita patut berbangga,”
kata Pater Otto. Selanjutnya beliau menegaskan bahwa kebanggaan sebagai seorang
SVD itu mendorongnya untuk men-sharing-kan wawasannya kepada
anggota unit Rafael. Menurutnya, dengan wawasan yang luas diharapkan anggota
SVD dapat berkarya dengan lebih sungguh. Ia juga menandaskan bahwa seorang SVD
harus cakap dalam dua hal ini, spiritualitas dan wawasan. Wawasan mencakup
pengetahuan dan komitmen.
Lebih lanjut, Pater Otto mengajak para
peserta yang hadir untuk pertama-tama melihat konteks sosial dan konteks
Gerejawi yang melatari berdirinya SVD sebagai tarekat yang memperjuangkan Kerajaan
Allah di dunia. “Mari kita melihat konteks sosial dan Gerejawi yang mendorong
berdirinya Serikat Sabda Allah.”
Konteks sosial berdirinya SVD ialah revolusi
industri pada abad ke-19 di Eropa yang berdampak pada perkembangan teknologi
secara masif. Perkembangan ini mempunyai ekses positif dan negatif. Dampak
positif misalnya, lapangan kerja bertambah, kehidupan ekonomi semakin membaik,
transportasi lancar. Sedangkan dampak negatifnya ialah timbul urbanisasi,
eksploitasi manusia, dan masalah-masalah sosial seperti sanitasi, prostitusi
dan lain-lain. Terhadap situasi sosial di atas, ada
gerakan bersama yang gencar dalam tubuh Gereja pada masa itu untuk berjuang
mengatasi persoalan-persoalan yang ada. Jadi konteks Gerejawinya ialah adanya
gerakan sosial-politik dalam Gereja katolik untuk mengatasi persoalan-persoalan
yang muncul sebagai akibat dari revolusi industri. Konteks itulah yang
menginspirasi St. Arnoldus Janssen mendirikan Serikat Sabda Allah.
Pada bagian kedua, Pater Otto menghantarpara peserta kepada kesadaran
tentang JPIC. Menurut Pater kesadaran ini sesungguhnya
sudah dimulai oleh generasi pendiri SVD. Dalam hal keadilan misalnya sangat jelas
tertuang dalam tujuan didirikannya majalah Standt
Tottes. St. Arnoldus Janssen merumuskan tujuan didirikannya lembaga itu
dengan kalimat yang padat, “Menjadi pejuang yang setia demi kebenaran dan
keadilan.”
Selanjutnya, Pater Otto menegaskan bahwa
landasan perjuangan St. Arnoldus adalah Hati Kudus Yesus, yaitu hati yang penuh
belas kasih, hati yang melayani, dan hati yang penuh cinta kepada orang miskin.
Pater Otto menegaskan bahwa pada masa hidup generasi pendiri tidak ada
teori-teori tentang keadilan. Keadilan bagi mereka adalah cara hidup (way of life) yang berakar pada spiritualitas. Keadilan bagi mereka
berarti relasi yang benar dengan Allah, sesama, dan seluruh ciptaan.
Dalam kaitan dengan perdamaian, Pater
Otto menyinggung soal internasionalitas yang menjadi salah satu kharisma SVD.
Ia menegaskan agar anggota SVD mampu bergaul dengan semua orang dari segala
kelompok. Primordialisme harus sedapat mungkin disisihkan dalam kehidupan
berkomunitas. “Kita memiliki identitas baru SVD, tetapi SVD itu abstrak sekali,
kita perlu melakukan advokasi bersama, tulis buku bersama, makan bersama,” kata
Pater Otto
untuk menegaskan bahwa komunitas terbentuk dalam kegiatan-kegiatan bersama yang
nyata. Ia juga berbicara soal relasi yang benar dengan ciptaan dalam rangka
membina keutuhan ciptaan.
Pada sesi pertanyaan, P. Ignas bertanya
soal pengalaman Pater Otto dalam membina internasionalitas juga dalam kiprah di
JPIC. Menanggapi pertanyaan ini, Pater Otto men-sharing-kan pengalamannya hidup
di luar negeri. Pengalaman hidup bersama orang-orang dengan budaya yang sangat
lain ternyata membentuknya menjadi pribadi yang toleran. “Yang kita perdebatkan
adalah ide, tetapi relasi tetap berjalan seperti biasa,” kata Pater Otto. Ia
juga menambahkan bahwa para frater hendaknya juga perlu mengalami kehidupan
dengan orang dari budaya lain, khususnya negara-negara lain.
Selain Pater Ignas, Frater Ono Jonsi, dan
Frater Ertus Sie juga
bertanya soal komitmen bersama anggota SVD dalam memperjuangkan JPIC. Sebab,
menurut mereka selama ini ada kesan bahwa perjuangan para konfrater dalam JPIC
sering tidak mendapat dukungan dari sama saudara yang lain. Menanggapi hal itu,
Pater Otto mengajak para frater untuk bekerja sesuai dengan keyakinan pribadi.
“Kalau merasa bahwa apa yang kita lakukan itu benar, silahkan melakukannya.
Dengan itu kita tidak cepat kehilangan semangat saat banyak orang tidak
mendukung perjuangan dan kerja kita.”
Editor : Fr. Ferdy Jehalut & Flory
Jehaut
Lanjutkan sharing di unit-unit, kami juga bangga menjadi bagian dari SVD yaitu Soverdia (awam SVD). Salam semangat dari pak Sembiring-Soverdia Bekasi
ReplyDelete