Saturday, September 29, 2018

12 Diakon SVD Ditahbiskan Menjadi Imam

                                         

12 Diakon SVD Ditahbiskan Menjadi Imam
§  oleh Mgr. Paulinus Yan Olla, MSF



seminariledalero.org -Dua belas diakon Serikat Sabda Allah (SVD) ditahbiskan menjadi imam katolik oleh Mgr. Paulinus Yan Olla, MSF di aula St. Thomas Aquinas Seminari Tinggi Santu Paulus Ledalero, Sabtu (29/09/2018). Perayaan ekaristi pentahbisan dimulai pada pukul 08.30 sampai 11.30 wita yang dipimpin oleh Mgr. Paulinus Yan Olla, didampingi oleh Wakil Provinsial SVD Ende, Pater Patris Pa, SVD, Rektor Seminari Tinggi Santu Paulus Ledalero, Pater Frans Ceunfin SVD, Prefek koordinator fratres SVD Ledalero, Pater Andreas Tefa Sau, SVD, Praeses Seminari Tinggi Santu Petrus Ritapiret, RD. Philipus Ola Daen, Pr dan puluhan imam konselebran lainnya.

Kedua belas diakon yang ditahbiskan itu adalah Diakon Eureka Lorenzo Raymond, SVD, Diakon Giovani Rante Agustinus, SVD, Diakon Kalndija Yanuarius, SVD, Diakon Nasrudin Vitalis, SVD, Diakon Ngara Wula Laba Bonaventura, SVD, Diakon Ea Martinus Viany, SVD, Diakon Purnawan Budiarti Yohanes, SVD, Diakon Reldi Inosentius, SVD,  Diakon Rehmet Tejo Neno, SVD, Diakon Setu Fransiskus Aprianus, SVD, Diakon Tan Petrus, SVD, dan Diakon Wewo Yohanes Paulus, SVD. Selain kedua belas diakon ini, ketujuh diakon lainnya, yakni Diakon Boysala Adrianus, SVD, Diakon Klau Marselinus, SVD, Diakon Suninono Floriano, SVD, Diakon Naben Rofinus, SVD, Diakon Manek Klementinus, SVD, Diakon Manek Sareng Dionisius, SVD, dan Diakon Seran Yohanes W. K., SVD, akan ditahbiskan di Novisiat Santu Yosef Nenuk pada Senin, 01 Oktober 2018 oleh Mgr. Dominikus Saku, Pr. 

Kekuatan Allah Mendahului Misi
Mgr. Paulinus Yan Olla, MSF, uskup Keuskupan Tanjung Selor, dalam khotbahnya pada perayaan agung ini mengatakan bahwa secara mengejutkan perayaan hari ini bertepatan dengan pesta tiga malaikat agung (Mikael, Gabriel, dan Rafael). Menurutnya, hal ini terjadi bukan karena kebetulan. Secara mengejutkan Tuhan menuntun kita untuk merayakan tahbisan ini pada pesta tiga malaikat agung yang sangat kita hormati. Dan saya yakin penentuan ini bukanlah suatu kebetulan.”

Uskup kelahiran kampung Seoam, Eban, Miomaffo Barat, Timor Tengah Utara itu selanjutnya mengatakan bahwa Pendiri SVD, Santu. Arnoldus Jansen, jelas menginginkan konggregasi ini untuk mengutus banyak misionaris ke seluruh dunia untuk mewartakan kabar gembira dalam kekuatan Roh Kudus. Semangat itu bernyala dan sudah lama ditaburkan di berbagai tempat, termasuk di NTT ini.
“Seperti kerinduan St. Arnoldus Jansen untuk mengutus misionaris, peristiwa yang dirayakan hari ini juga mengingatkan kita akan Allah yang mengirim utusan atau misionaris Mikhael, Gabriel, dan Rafael, ketiga malaikat agung. Renungan atau apa yang menjadi tugas perutusan mereka dapat menjadi inspirasi bagi kita yang hari ini merayakannya dalam rangka tahbisan para diakon muda ini menjadi imam”, kata uskup yang adalah alumnus Seminari Santa Maria Immaculata Lalian, Atambua itu.

Kemudian, Uskup Paulinus Yan Olla menjelaskan bahwa Mikhael yang dalam bahasa Kitab Suci diterjemahkan menjadi “siapa yang adalah seperti Allah”, digambarkan sebagai panglima para malaikat yang setia kepada Allah. Oleh karena itu, tegasnya, kita melihat kekuatan seperti yang dilukiskan dalam bacaan pertama hari ini bahwa ada malaikat-malaikat yang hadir di hadapan Allah, seperti yang kita dengar dalam nubuat Daniel dalam bacaan pertama. Akan tetapi, menurut mantan dewan jenderal MSF (2001-2007) ini, hal itu seringkali dimengerti secara salah atau keliru. 

“Sekarang ini banyak uskup yang lagi ngetren  mengirim imamnya untuk menjadi pastor polisi atau tentara. Mungkin mereka berpikir bahwa dengan itu mereka menjadi Malaikat Mikael. Kita ingin untuk meneladani Malaikat Mikael, tapi tidak berarti para imam yang ditahbiskan didorong untuk menjadi pastor tentara atau panglima perang fisik. Ketentaraan atau keperwiraan Mikael terletak dalam pertarungan rohani untuk mengalahkan setan. Oleh karena itu, pertarungan kita semua imam-imam yang sudah sepuh maupun yang akan ditahbiskan ini terletak dalam kemampuan kita untuk memenangkan pertarungan-pertarungan yang baru. Pertarungan-pertarungan baru yang ditawarkan kepada  Gereja dan yang dihadapi  hidup religius sifatnya lebih mematikan karena berkaitan dengan ideologi-ideologi tertentu yang sangat mendominasi, tetapi jika tidak digabungkan dengan iman kristiani, hal itu semakin menjauhkan orang dari iman yang sejati,” kata uskup Paulinus.

Berkaitan dengan Malaikat Gabriel yang juga dirayakan hari ini, Mgr. Paulinus menjelaskan bahwa Malaikat Gabrial biasa diterjemahkan sebagai kekuatan Allah. Ia memberi inspirasi kepada para imam yang ditahbiskan bahwa mereka pun adalah utusan Allah. Di sana ada kekuatan Allah yang menyertai Gabriel. Ada kekuatan yang hadir di sana sama seperti yang sangat diyakini oleh SVD di dalam pencurahan Allah Tritunggal yang sering digambarkan dengan burung merpati yang menyinarkan sinar atau kekuatannya yang mendahului segala tindakan misioner. Oleh karena itu, menurut Mgr. Paulinus, imam-imam perlu menyadari bahwa kekuatan-kekuatan pewartaan mereka ada pada Allah. Kekuatan Allah mendahului misi. Kekuatan Allah harus disempurnahkan melalui kekuatan Roh Allah sendiri. 

Uskup yang memiliki motto “Servus Veritatis” atau Pelayan Kebenaran (Yohanes 14:6) itu mengatakan bahwa melalui perutusan Malaikat Gabriel kita tahu bahwa Roh Tuhan menyempurnakan karya-Nya dengan bantuan orang-orang yang bekerja sama dengan-Nya dan kita harapkan agar para imam muda ini nanti berkembang dalam kerja sama yang semakin erat dengan Roh Allah yang menyertai mereka di dalam tugas perutusan misionernya.
Tentang  Malaikat Rafael, uskup yang pernah menjalani studi S-3 di Fakultas Teologi Universitas Kepausan Teresianum Roma itu mengatakan, “Rafael artinya Tuhan yang menyembuhkan. Ia mengingatkan kita juga akan salah satu tugas imam, yakni ambil bagian dalam tugas Kristus untuk menyembuhkan manusia di dalam relasinya dengan alam.”

Pada bagian lain dari kotbanya,  uskup yang pernah menjabat sebagai Rektor Biara Skolastikat dan Mahasiswa Teologan MSF Malang (2013–2018) itu mengajak umat yang hadir untuk merenungkan perkataan Mother Theresa dari Kalkuta. “Kita renungkan perkataan Mother Theresa bahwa penyakit yang terbesar di Eropa bukan TBC dan bukan juga penyakit lumpuh, tetapi orang merasa tidak diinginkan, tidak dicintai, dan tidak diperhatikan. Oleh karena itu, yang paling parah diderita manusia modern adalah kesepihan dan kematian rohani. Ketika kita hari ini merayakan pesta Malaikat Agung Rafael, kita diingatkan untuk menyembuhkan luka-luka yang diakibatkan oleh kesepihan dan kematian kristiani.” 

Uskup Keuskupan Tanjung Solor itu menegaskan bahwa imam-imam yang ditahbisakan bukanlah orang yang sempurna, melainkan mereka juga adalah orang berdosa yang dalam kerapuhannya berusaha melayani dan berjalan bersama orang-orang beriman menuju kesempurnaannya. Dengan demikian, tegas beliau, “Kalau imam-imam tidak mendalami relasi seperti dalam tema perayaan hari ini, “Mari dan Lihatlah” maka pewartaan seluruh hidupnya akan menjadi penderitaan. “Mari dan Lihatlah” dipilih untuk mengungkapkan apa yang dialami oleh Nathanael ketika diundang untuk datang menghadapi Yesus dan dia katakan apakah ada sesuatu yang baik yang datang dari Nazareth. Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazareth? Lalu, Yesus katakan “Mari dan Lihatlah”. Ini adalah undangan untung mengenal lebih dalam dan masuk di dalam pribadi Kristus sendiri.”
 
Pada bagian akhir khotbahnya, Uskup Paulinus Yan Olla mengingatkan para diakon yang ditahbiskan untuk selalu menyadari kembali apa yang telah diterima dalam masa-masa formasi. “Persiapan menjadi imam sungguh membutuhkan banyak waktu. Setelah menjadi imam kita diharapkan untuk setiap saat menyadarkan kembali apa yang telah diterima selama masa-masa kita di dalam pendidikan dan terus mengembangkannya.”

Uskup Paulinus menutup khotbahnya dengan mengatakan,“Seorang misionaris mesti mewartakan apa yang ditemukan dalam perjumpaan pribadi dengan Kristus.  Misionaris sejati adalah misionaris yang mengatakan apa yang dikatakan Allah. Sebaliknya, misionaris akan menjadi misionaris palsu kalau ia mengatakan apa yang tidak dikatakan Allah, seakan-akan dikatakan Allah. Terlebih parah lagi, ketika apa yang katakan diri sendiri dianggap sebagaisuatu pernyataan wahyu dari Allah sendiri. Semoga para misionaris ini setiap hari dan dalam perkembangan imamatnya semakin mengetahui pikiran Tuhan yang dihayati di dalam hidup sendiri.”

Pembacaan Tempat Tugas
Sebelum perayaan berakhir, Pater Patris Pa, SVD, Wakil Provinsial SVD Ende mengumumkan tempat tugas dari para imam baru. Adapun tempat tugas dari para imam itu adalah sebagai berikut. Pater Eureka Lorenzo Raymond, SVD diutus ke Angola, Pater Giovani Rante Agustinus, SVD diutus ke Papua Nu Guinea, Pater Kalndija Yanuarius, SVD ditus ke Polandia, Pater Nasrudin Vitalis, SVD diutus ke Ende, Pater Ngara Wula Laba Bonaventura, SVD diutus ke Hungaria, Pater Ea Martinus Viany, SVD diutus ke Filiphina Selatan, Pater Purnawan Budiarti Yohanes, SVD diutus ke Ende, Pater Reldi Inosentius, SVD diutus ke Eropa Tengah,  Pater Rehmet Tejo Neno, SVD diutus ke Polandia, Pater Setu Fransiskus Aprianus, SVD diutus ke Indonesia-Timor, Pater Tan Petrus, SVD diutus ke Indonesia-Timor, dan Pater Wewo Yohanes Paulus, SVD diutus ke Chile.

Penulis   : Fr. Ferdy Jehalut, SVD
Editor    : Flory Djhaut

No comments:

Post a Comment