seminariledalero.org - Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero merayakan hari ulang
tahun (HUT) ke-48 pada Sabtu (11/2). Perayaan ulang tahun ini ditandai dengan
perayaan ekaristi syukur yang berlangsung di aula Santo Thomas Aquinas
Ledalero, Maumere, Sabtu (11/2). Perayaan ekaristi ini merupakan puncak dari
rangkaian kegiatan yang telah dijalankan sebelumnya, seperti perlombaan paduan
suara dan musikalisasi puisi.
Perayaan
ekaristi yang bernaung dibawah tema “Berapa Roti Ada Padamu?” (Mrk.8:5) ini
dipimpin oleh Ketua STFK Ledalero Pater Bernardus Raho SVD. Pater Bernardus
didampingi oleh Direktur Program Pascasarjana Magister Teologi Kontekstual Pater
Georg Kirchberger SVD, Wakil Ketua I (Bidang Akademik) Pater Otto Gusti Madung
SVD, Wakil Ketua III (Bidang Kemahasiswaan) Romo Philip Ola Daen, dan Ketua
Yayasan Persekolahan Santo Paulus (Yasspa) Pater Alfons Mana SVD.
Hadir dalam perayaan ekaristi ini 18 imam konselebran,
para dosen, pegawai, mahasiswa dan segenap civitas akademika STFK Ledalero. Kor
dibawakan oleh para Mahasiswa Semester II dari Konvik Seminari Tinggi Santo
Petrus Ritapiret dan liturgi ditanggung oleh para mahasiswa dari Konvik Biara
Karmel Wairklau.
Pater
Georg Kirchberger SVD dalam khotbahnya mengungkapkan STFK Ledalero perlu merasa
ditantang oleh Yesus agar dapat menjadi sumbangan yang baik, sumbangan yang
berharga yang bisa digunakan Tuhan untuk keselamatan masyarakat. STFK Ledalero
mesti mampu membebaskan dan mengembangkan masyarakat, khususnya orang-orang
yang membutuhkan bantuan lembaga ini.
“Lembaga
ini mesti menjadi sumbangan dan sarana yang baik di tangan Tuhan yang bisa
membantu orang untuk keluar dari kemalangan. Kita mesti selalu berorientasi
pada manusia, bukan terutama untuk mendapatkan akreditasi tetapi untuk membantu
mahasiswa agar bisa menjadi roti yang baik,” kata Pater Kirchberger.
Dorong
Kerja Sama
Pater Bernardus Raho, SVD |
“Yesus
menghendaki agar para murid-Nya berkontribusi demi terciptanya mukjizat
penggandaan roti itu. Demikian pun halnya dengan kita di STFK Ledalero,
mukjizat terjadi kalau masing-masing elemen mau bekerja sama dan berkontribusi
maksimal bagi pengembangan lembaga ini,” kata Pater Bernardus.
Pater Otto Gusti SVD, yang menangani bidang akademik,
dalam pengarahan awalnya menyinggung maraknya hoax (berita bohong) yang begitu mudah memengaruhi masyarakat. Hoax, kata Pater Otto, memiliki akarnya
dalam budaya kita yakni masyarakat yang suka gosip.
“Hoax
merupakan cerita murahan tanpa data yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak
suka membaca. Akarnya adalah kemalasan, ketidaktekunan, ketidakmampuan untuk
beraskese yakni menahan diri untuk suatu hal yang lebih penting dari hidup
kita, dan ketidakmampuan untuk bekerja dalam sunyi,” kata Pater Otto.
Penulis : Fr. Kristo Suhardi, SVD |
No comments:
Post a Comment