Kegiatan dibuka dengan pembacaan puisi Bunga di Taman itu Mati oleh Frater Putra Niron SVD dan puisi Sebuah Antara oleh Frater Elton SVD. Kedua penyair itu merupakan anggota kelompok ASAL (Arung Sastra Ledalero).
Setelah pembacaan puisi, pemandu acara Frater Erson Reginaldus SVD mengajak para penonton untuk menikmati teater yang dibawakan oleh gabungan para frater dan beberapa mahasiswi awam STFK Ledalero ini.
Pementasan teater berjalan lancar. Setiap pemeran memainkan peranannya dengan baik dan mengesankan. Hal itu membuat para penonton merasa terkesan dan terpukau.
Frater Aris Manehat, seorang penonton dalam kegiatan ini mengatakan, “teater ini penuh dengan makna teologis-biblis, sosial-politis dan kultural. Fakta-fakta sosial diramu sedemikian rupa dengan gaya bahasa sastra sehingga memicu daya tarik penonton.”
Membongkar Kemapanan
Ketika ditanyai pendapatnya tentang pesan yang termuat di balik teater “Manusia Kotak” ini, Frater Ary mengatakan bahwa setiap orang bebas untuk memberikan penilaian dan pandangan terhadap makna yang termuat di balik teater yang dibuatnya itu. Namun, sebagai penulis, dia mesti menjelaskan inspirasinya dalam membuat naskah teater ini.
Menurutnya, teater “Manusia Kotak” itu dibuat atas inspirasinya melihat situasi dan kenyataan sosial yang memprihatinkan di mana para pemimpin politik, pemimpin agama, dan para tetua adat cenderung mencari kemapanan. Kemapanan itu dilambangkannya sebagai sebuah kotak.
Ketika para pemimpin politik, para pemimpin agama, dan para tetua adat berada dalam kotak itu, mereka cenderung merasa nyaman dengan situasi yang ada sehingga tidak lagi memerhatikan jeritan orang-orang yang mereka pimpin.
Lebih lanjut Frater Ary mengatakan, kemapanan itu mesti dibongkar. Namun, perubahan tidak mungkin terjadi tanpa sebuah usaha. Dalam teater yang dibuatnya ini, rakyat sendiri yang berusaha membongkar kemapanan para pemimpinnya.
Namun demikian, perubahan tidak harus diusahakan dengan cara kekerasan. Perubahan bisa diusahakan dengan pendekatan-pendekatan yang baik dan manusiawi. Itulah makna yang mau ditampilkan dari teater “Manusia Kotak”.
Frater Rian Setu SVD, seorang penonton dalam kegiatan ini, memberikan komentar yang serupa. Menurutnya, teater “Manusia Kotak” yang ditulis oleh Frater Ary mengandung makna sekaligus perintah untuk membongkar kemapanan para pemimpin politik, pemimpin agama, dan para tetua adat.
Namun, hal itu tidak mesti dilakukan dengan cara revolusi. Perubahan yang diupayakan melalui revolusi selalu butuh korban, karena ada golongan yang pro dan ada golongan yang kontra.
Menurutnya, revolusi memang perlu tetapi untuk konteks kita, revolusi yang dimaksudkan adalah revolusi mental dan revolusi sikap. Hal itu sekurang-kurangnya sudah ditampilkan oleh para pemeran dalam teater yang dipentaskan tersebut.
Penulis: Frater Ferdi Jehalut SVD
No comments:
Post a Comment