Friday, January 19, 2018

Biaya Formasi di Ledalero Dinilai Mahal


  • Pater Alex: TOP, Bagian Kecil dari Karya Misi SVD

seminariledalero.org - Biaya formasi di Seminari Tinggi Santo Paulus Ledalero-Maumere-Flores dinilai mahal. Sampai dengan tahun 2017, menurut kalkulasi kasar, setiap formandi membutuhkan biaya Rp25.000.000,00/tahun/konfrater. Dengan jumlah formandi calon imam di Ledalero sebanyak 250 orang, maka setiap tahun seminari menghabiskan biaya formasi sebesar Rp.6.250.000.000,00. Sementara itu, total biaya kuliah di STFK Ledalero adalah Rp9.000.000.000,00 hingga Rp10.000.000.000,00.
Hal ini disampaikan oleh Formator Seminari Tinggi Santo Paulus Ledalero, Pater Alexander Djebadu, SVD dalam kegiatan program novisiat kekal hari pertama di Pendopo Timur Seminari Tinggi Santo Paulus Ledalero, Desa Takaplager, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka, Selasa (16/1). Pater Alex membawakan materi “Pengalaman TOP/TOM/OTP dalam Terang Karya Misi SVD Hari Ini” mulai dari Selasa (16/1) hingga Kamis (18/1). Peserta program novisiat kekal adalah 28 fratres probanis angkatan 2018. Mekanisme program sesi pertama dibuat dalam bentuk masukkan materi dari pembimbing, refleksi pribadi, shering kelompok dan pleno.


Tujuan Formasi SVD

Pater Alex mengatakan, sumber pembiayaan formasi calon imam di Ledalero berasal dari gaji dosen STFK Ledalero, stipendium konfrater, penderma Indonesia dan subsidi dari SVD Jerman dan Amerika Serikat.
“Dengan biaya formasi yang mahal, Anda hanya diminta untuk serius mengikuti program formasi,” katanya.
Pater Alex mengatakan, tujuan formasi SVD adalah pertama, menyiapkan para formandi untuk menjadi misionaris yang memberi kesaksian kepada semua orang tentang injil Yesus Kristus lewat cara hidup pribadi dan bersama serta lewat pewartaan untuk membangun jemaat-jemaat Kristiani (Konstitusi SVD Nomor 501), ketiga, tercapainya kematangan manusiawi, kemahiran dalam bidang karya dan kesadaran dalam menghayati iman (Konstitusi SVD Nomor 503), ketiga, membangkitkan sikap terbuka dan kritis untuk mendengar Tuhan dalam situasi dunia (Konstitusi SVD Nomor 505), dan keempat, dengan kekuatan roh kudus, bertumbuh menuju persekutuan dengan sabda Allah yang menjelma menjadi manusia menuju suatu persekutuan misioner (Kapitel Jenderal XVI Nomor 87).
“Kita menghayati passing over missionary spirituality (General Chapter 2000). Akar spiritualitas ini adalah inkarnasi dan misteri Paska. How did you carry out this passing over spirituality?” katanya.
Pater Alex mengatakan, karya misi SVD diwududkan dalam 7 matra misi SVD, yakni care for creation (environment), care for migrant, promotion of human health (HIV/AIDS), universal human rights, promotion of peace dan fight against poverty.
“Bagaimana Anda mengalami matra misi ini di tempat TOP?” katanya.


TOP, Kecapan dari Karya Misi

Menurut Pater Alex, tujuan program probasi bulan pertama (Januari) dengan tema “Refleksi tentang Pengalaman Masa TOP dari Berbagai Aspek” bertujuan untuk pertama, kembali ke pengalaman masa TOP dan kedua, mendalami dan merefleksikannya dalam terang iman dan panggilan misi SVD. Refleksi itu akan membuahkan hasil yakni pertama pengalaman TOP harus merupakan pengalaman iman missioner dan kedua, meneguhkan panggilan menjadi biarawan misionaris SVD untuk melayani Tuhan dalam diri umatNya dan seluruh ciptaan seumur hidup
How did you carry out this missionary call?” katanya.
Menurut Dosen Misiologi STFK Ledalero ini, pengalaman TOP hanyalah sebuah kecapan, a taste, tetapi bukan keseluruhan misi. Misi lebih luas dari pada TOP. Sebab, misi sangat bergantung pada waktu, ruang dan konteks actual.
“Pengalaman TOP hanyalah salah satu bagian dari misi Gereja. Pengalaman TOP sangat relatif. Oleh karena itu, ia tidak bisa digunakan untuk mengukur keberhasilan atau kegagalan karya misi,” katanya.


Butuh Biaya Hidup

Probanis angkatan 2018, Frater Lolyk Djehaut mengatakan, hidup membutuhkan biaya. Kalau seorang formandi tidak mau meneruskan panggilan hidup membiara dalam SVD, maka kita melihatnya sebagai sebuah pilihan yang merdeka. Panggilan adalah sebuah misteri yang menuntut pilihan bebas yang tidak bisa dikalkulasi secara ekonomis.
“Formandi sejak awal sudah memikirkan pilihan panggilan hidup agar tidak terkesan memanfaatkan seminari secara finansial,” katanya.

Oleh Silvano Keo Bhaghi
081 338 520 916

 

No comments:

Post a Comment