Monday, January 1, 2018

REKTOR SEMINARI LEDALERO MENGAJAK UMAT UNTUK BERSYUKUR

Seminariledalero.org – Dalam perayaan Ekaristi penutupan tahun 2017 di Kapel Agung Ledalero, Minggu (31/12/2017) pagi, Rektor Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero, Pater Frans Ceunfin, SVD mengajak umat dan segenap anggota komunitas Ledalero untuk bersyukur atas perjalanan hidup selama tahun 2017.
Menurut Pater Frans, dengan sikap bersyukur kepada Tuhan, kita sanggup hidup sesuai teladan Keluarga Kudus Nazaret.
“Dengan kekuatan kasih, kiranya kita siap untuk menutup tahun 2017 dengan segala suka dukanya, sambil bersyukur kepada Tuhan untuk semua berkat dan rahmat-Nya yang kita terima, dan memohon berkat-Nya untuk tahun baru yang segera akan kita masuki, yang penuh janji dan peluang untuk hidup yang lebih baik, tetapi mengandung tantangan untuk diatasi. Tantangan yang diatasi adalah tanda kemajuan,” kata Pater Frans.
 Selain ajakan untuk bersyukur, Pater Frans dalam homilinya mengajak umat untuk belajar dari cara hidup Keluarga Kudus Nazaret.
“Dalam kaitannya dengan Pesta Keluarga Kudus Nazaret yang kita rayakan pada hari ini, poin-poin penting yang mesti kita pelajari, yakni: pertama, kita belajar tentang pentingnya orang tua, ayah dan ibu dalam pertumbuhan dan pendidikan jasmani dan rohani anak-anak mereka. Yesus yang perlahan-lahan menyadari diriNya sebagai anak Allah, telah dipercayakan pemeliharaan dan pendidikannya oleh Bapa surgawi kepada sebuah keluarga duniawi. Dia lahir dari seorang wanita, yang menjadi ibu berkat karya Roh Kudus, seorang wanita bernama Maria, yang bertunangan dengan seorang pria bernama Yusuf, yang menerima anak ini menjadi anaknya, yang bersedia menjadi bapa pengasuh, yang bertanggung jawab atas pertumbuhan jasmani dan rohaninya.
Kedua, seorang ibu dan seorang ayah menerima panggilan mulia tidak hanya untuk melahirkan anak-anak ke dunia, melainkan juga untuk mendidik, yaitu mempersiapkan mereka untuk berkenalan dengan dunia dan berjumpa dengan orang-orang lain. Perkenalan itu berlangsung pertama-tama berkaitan dengan bahasa, kemudian mengenai barang dan orang-orang lain. Dalam hubungan dengan orang tua, anak-anak belajar mengenai dunia umumnya, kasih, dan perlahan-lahan tentang perlunya melepaskan diri dari orang tua dan tentang hidup secara mandiri.
Ketiga, kasih antara Maria dan Yusuf. Pada mulanya apa yang terjadi di antara mereka sulit dipahami, seperti anak yang lahir itu berasal dari Allah dan bukan dari keinginan daging seorang manusia, yang hanya perlahan-lahan dalam perjalanan waktu dapat dipahami sebagai sebuah panggilan yang suci, terutama bagi Yusuf untuk menjadi ayah bagi anak itu. Cinta Yusuf dan Maria harus melewati banyak ujian di Nazaret, di Betlehem dan di Mesir. Tetapi dalam kesulitan itu cinta itu tidak pudar karena mereka mempercayakan semuanya kepada Allah. Dari pengalaman mereka itu kita belajar bahwa kesetiaan dan cinta yang tulus itu mungkin sekalipun terkadang sulit, bila kita memintanya kepada Tuhan, melalui doa. Melalui doa cinta dibarui dan dimurnikan, diperdalam dan dengan itu menjadi kekuatan besar yang mampu mengalahkan kesementaraan waktu beserta dengan kesulitan-kesulitannya.
Keempat, Nazaret, sebagaimana pernah dikemukakan oleh Beato Paulus VI, mengajarkan tentang kesuburan kesunyian dan kekuatan pembebas dari kerja: “Rumah Nazaret adalah sekolah, darinya orang bisa mengenal hidup Yesus, dia menjadi sekolah Injil pertama. Rumah Nazaret mengajarkan tentang kekuatan kreatif kesunyian, suasana yang perlu untuk kesuburan pertumbuhan hidup rohani yang sehat, juga untuk hidup yang bermakna dengan orang lain. Jadi di sana kita belajar cara yang tepat untuk hidup dalam keluarga dan komunitas. Di sana kita juga belajar tentang kerja, yang seringkali memberatkan, namun pada akhirnya juga menyelamatkan, karena mampu membebaskan dari perbudakan oleh kekurangan persediaan barang kebutuhan hidup,” tegas Pater Frans.

  Disaksikan Seminariledalero.org, Perayaan Ekaristi Penutupan Tahun dan Pesta Keluarga Kudus Nazaret yang dipimpin oleh Rektor Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero turut dimeriahkan oleh kor para frater dari Wisma St. Yosef Freinademetz dan petugas liturgy lainnya ditanggung oleh para frater dari Wisma St. Gabriel. Hadir juga dalam perayaan tersebut para frater, suster-suster SSpS dari komunitas St. Yosef Wairpelit, bruder, karyawan-karyawati dan umat dari luar komunitas Ledalero. [ Fr. Fridus, SVD]

No comments:

Post a Comment