Seminariledalero.org Panitia Pesta Emas STFK Ledalero, Komisi Pengembangan
Ilmu Pengetahuan dan Penalaran menyelenggarakan Seminar Nasional dalam rangka
Pembukaan Tahun Yubilium Emas 50 Tahun STFK Ledalero di Aula St. Thomas Aquinas
Ledalero pada Sabtu (15/9/18). Seminar Nasional dengan tema: “Ilmu-Ilmu Sosial
dan Teologi Kontekstual” ini menghadirkan pembicara utama Dr. Ignas Kleden,
Penanggap I dari sudut pandang teologi Dr. Georg Kirchberger dan Penanggap II
dari sudut pandang filsafat Dr. Felix Baghi. Seminar ini dimoderatori oleh Dr.
Yonas K.T.D. Gobang, dosen komunikasi pada Universitas Nusa Nipa (Unipa)
Maumere.
Hadir pada kesempatan itu antara
lain mantan bupati Sikka Dr. Yoseph Ansar Rera, mantan wakil bupati Sikka Drs.
Paulus Nong Susar, Ketua STFK Ledalero Dr. Otto Gusti, para dosen, para
mahasiswa dan mahasiswi STFK Ledalero, dan para wartawan baik media cetak maupun media online. Hadir juga pada kesempatan itu para biarawan dan biarawati,
utusan dari berbagai kampus dan perguruan tinggi, pengurus OSIS dari berbagai
SMA dan SMK, dan para alumnus STFK serta para undangan lainnya.
Pada awal seminar, Dr. Ignas Kleden berterimakasih kepada
STFK Ledalero yang telah mengambil bagian dalam
pembentukan karir akademiknya terutama pada saat pertama kali mengenal filsafat.
Selanjutnya, alumnus STFK ini mengatakan bahwa meskipun agak susah membawakan
seminar dengan tema teologi lantaran sudah lama tidak belajar teologi sejak
tinggalkan STFK pada tahun 1974, dia memutuskan untuk tetap membawakan seminar sebagai
penghormatan saya terhadap almamater Ledalero. “Saya memutuskan untuk tetap
membawakan seminar ini sebagai penghormatan saya terhadap almamater STFK ledalero”,
ujarnya yang disambut tepuk tangan dari peserta seminar.
Dalam seminar ini, sosiolog lulusan
Universtas Bielefeld, Jerman ini memperlihatkan hubungan antara teologi
kontekstual dan ilmu-ilmu sosial. Beliau menjelaskan bahwa Ilmu-ilmu sosial sebagai ilmu
pengetahuan empiris hanya berusaha melukiskan kenyataan yang ada dalam
masyarakat seperti apa adanya, dan bukan seperti bagaimana kenyataan itu
sebaiknya atau seharusnya. Pertanyaan mengenai kemiskinan dan tidak-meratanya
kemakmuran dapat diselidiki oleh ilmu sosial, tetapi pertanyaan mengenai apa yang harus dilakukan
terhadap kemiskinan dan kesenjangan kemakmuran, hanya bisa dijawab oleh
filsafat sosial atau teologi sosial. Filsafat sosial memberi usulnya
berdasarkan pertimbangan akal tentang apa yang harus dilakukan terhadap
kenyataan yang dihadapi, sedangkan teologi mengusulkan pertimbangannya
berdasarkan akal budi dengan berpegang pada wahyu Tuhan, Di luar agama,
pertanyaan semacam itu dijawab oleh ideologi.
Lebih lanjut, penerima penghargaan Ahmad Bakri
pada tahun 2003 ini menjelaskan bahwa dalam tugas semacam itu, teologi kontekstual memegang peranan yang penting. Apakah kemiskinan harus diatasi
melalui pendidikan tentang etos kerja tiap orang agar mereka bekerja dengan
lebih efisien dan efektif dalam mengumpulkan modal untuk mengatasi kemiskinan. Atau kemiskinan
harus diatasi dengan merombak struktur-struktur dalam masyarakat yang
mempertahankan kemiskinan pada golongan tertentu agar memberi keleluasaan untuk
kemakmuran dan kekayaan pada golongan lain.
Pada bagian akhir dari pemaparan materinya,
sosiolog kelahiran Waibalun Larantuka ini menegaskan bahwa Teologi kontekstual
meneliti sejauh mana institusi dan struktur yang
dibangun manusia, baik dalam relasi antar-manusia mau pun dalam relasi
manusia dan alam, menjadi fasilitas atau hambatan baginya dalam menyatakan iman
kepada Tuhan, dan dalam mendengarkan
apa yang disampaikan Tuhan dalam wahyu-Nya kepada manusia.
Distributor : Fr. Engel Salmon dan Flory Djhaut
Editor : Flory Djhaut
No comments:
Post a Comment