Seminariledalero.org
- Segenap anggota
Komunitas Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero
mengikuti rekoleksi Prapaskah di Kapel
Agung Ledalero, Sabtu (4/3/2017) petang. Kegiatan rekoleksi yang bertujuan mengantar segenap anggota Komunitas
Ledalero ke dalam refleksi pribadi selama masa puasa ini dipimpin Pater
Raymundus Rede Blolong SVD.
Hadir dalam kegiatan ini Rektor
Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero Pater Kletus Hekong SVD, para pastor, bruder,
frater, suster dan karyawan-karyawati. Selain itu tampak hadir juga beberapa
umat awam dari luar kompleks Seminari Ledalero.
Pater Raymundus dalam renungannya mencoba mengantar segenap umat ke dalam permenungan dengan
mengetengahkan tema “Ofisi Kudus: Doa Gereja”, dengan teks referensi dari 1Tesalonika, 5:16–18. Tema ini diangkat Pater
Raymundus karena dirinya menilai bahwa akhir-akhir ini Ofisi Kudus atau yang
sering dikenal dengan doa brevir atau ibadat harian terkesan tidak disenangi
lagi dalam pelaksanaannya.
“Minat terhadap Ofisi Kudus
semakin hari semakin menurun karena ada yang menilai ofisi membosankan dan
menjenuhkan. Banyak orang tidak mau
lagi melaksanakan ibadat harian baik bersama maupun pribadi. Orang mulai
menilai ofisi sebagai doa yang tidak relevan, tidak up to date, kaku dan bahkan dianggap kuno. Maka, Orang mulai
memakai doa-doa yang singkat, cepat dan dinilai relevan dan up to date,” bebernya.
Pater Raymundus melanjutkan, “kita harus mengimplementasikan kehidupan ofisi menjadi relevan
dalam kehidupan kita melalui doa dan kerja. Doa dan kerja adalah dua hal yang
menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dalam doa dan kerja, nama
Allah dimuliakan, hidup manusia disucikan dan kerjanya diberkati”.
Menurut Pater Raymundus, hidup
kita harus diwarnai dengan sedekah, amal kasih, doa dan puasa. Poin-poin inilah
yang bisa kita buat sehingga ofisi yang kita laksanakan menjadi relevan dengan
tugas dan karya misioner kita sehingga ofisi itu tidak dinilai lagi
membosankan, menjenuhkan, tidak relevan dan tidak up to date.
“Semua ini
bisa kita wujudkan lewat kehidupan konkret kita baik sebagai pater, bruder, suster, frater dan karyawan-karyawati. Dan
saya harapkan supaya kita juga tidak hanya berdoa bagi diri kita sendiri, tetapi di masa puasa ini kita juga
harus berdoa bagi samasaudara, keluarga, masalah-masalah sosial dan siapa saja
yang meminta doa-doa kita,” katanya.
Pater Lukas Jua SVD selaku Dosen Kitab Suci di STFK Ledalero
ketika dimintai komentarnya setelah rekoleksi tersebut menegaskan bahwa dirinya
melihat tema yang diangkat oleh Pater Raymundus sangat penting. “Tema rekoleksi
kita adalah tentang Brevir atau Ofisi Kudus dan ini tema yang sangat penting.
Mengapa penting? Karena Ofisi Kudus atau brevir adalah doa Gereja atau doa umat
yang resmi. Karena itu wajib didoakan,” tegasnya.
Pater Lukas Jua, SVD melanjutkan bahwa “sering kali terjadi kesan yang salah di
antara umat bahwa Ofisi Kudus hanyalah doa kaum biarawan–biarawati.
Oleh karena itu, umat harus diperbiasakan untuk mendaraskan doa-doa dalam
Brevir karena Brevir adalah doa resmi Gereja yang wajib dilaksanakan oleh semua
umat.
“Dua hal
penting yang mau saya tekankan agar Ofisi Kudus yang kita laksanakan setiap
hari tidak membosankan, yakni pertama, menggunakan
peluang pada bagian doa permohonan. Kita sebagai Serikat Sabda Allah (SVD),
doa-doa kita harus bersifat misioner.
Karena itu, kita harus memasukan dalam doa permohonan peristiwa-peristiwa besar
dunia seperti hari HIV/AIDS sedunia, Hari Orang Sakit Sedunia, dan peristiwa
lainnya. Praktisnya selama ini terkadang kita lupa akan peristiwa-peristiwa
besar itu,” ungkapnya.
Selanjutnya, hal kedua yang ditekankan Pater Lukas adalah
orang harus melihat nilai dari Doa Brevir sehingga orang semakin bersemangat
terutama pada Ofisi pagi hari. Karena itu, orang harus mampu untuk melawan
godaan untuk tidur lebih lama pada pagi hari.
Sementara itu, Ketua Pelaksana
Harian Biara Simeon Bruder Abraham Teling Tarung, SVD dalam kesan
dan pesannya menyampaikan bahwa dirinya merasa senang dengan tema rekoleksi kali ini. Bruder Bram
menilai, tema ini sangat relevan dengan situasi yang sedang dialami di
Ledalero.
“Akhir-akhir ini orang-orang biara mulai meninggalkan ibadat
harian. Andaikata dibuat pun
terkesan terburu-buru mendaraskan mazmur agar cepat selesai karena sudah ada
janjian dengan orang untuk inbox, telepon atau tugas lainnya yang sudah
menunggu. Kalau zaman dulu, orang berdiri di taman-taman dengan memegang
Brevir, tetapi sekarang orang lebih suka pegang handphone,” keluhnya.
Bruder Bram berharap pada masa
Prapaskah ini segenap warga Ledalero mampu berbenah diri dengan cara mengikuti
ibadat harian secara teratur. Segenap anggota
komunitas, kata dia, harus menyadari apa yang sedang dibuat, jangan berdoa asal-asalan
saja.
Sementara itu, Ketua Seksi
Liturgi Unit St. Mikhael, Frater Marthin de Carvalho SVD dalam kesannya setelah
mengikuti rekoleksi mengatakan bahwa dirinya cukup tergugah dengan apa yang
diutarakan Pater Raymundus.
“Saya sangat tergugah dengan permenungan yang dibawakan oleh
Pater Pater Raymundus Rede Blolong, SVD. Saya menilai bahwa ofisi yang kita
buat selama ini sepertinya membosan apalagi mazmur-mazmur yang kita daraskan
atau nyanyikan hanya dengan pola mazmur yang sama tanpa suatu variasi,”
katanya.
Penulis Frater Frid Talan, SVD
No comments:
Post a Comment