Sunday, March 5, 2017

Komunitas Ledalero Rekoleksi Prapaskah di Kapel Agung Ledalero

Seminariledalero.org - Segenap anggota Komunitas Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero mengikuti rekoleksi Prapaskah di Kapel Agung Ledalero, Sabtu (4/3/2017) petang. Kegiatan rekoleksi yang bertujuan mengantar segenap anggota Komunitas Ledalero ke dalam refleksi pribadi selama masa puasa ini dipimpin Pater Raymundus Rede Blolong SVD.
Hadir dalam kegiatan ini Rektor Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero Pater Kletus Hekong SVD, para pastor, bruder, frater, suster dan karyawan-karyawati. Selain itu tampak hadir juga beberapa umat awam dari luar kompleks Seminari Ledalero.
Pater Raymundus dalam renungannya mencoba mengantar segenap umat ke dalam permenungan dengan mengetengahkan tema “Ofisi Kudus: Doa Gereja”, dengan teks referensi dari 1Tesalonika, 5:16–18. Tema ini diangkat  Pater Raymundus karena dirinya menilai bahwa akhir-akhir ini Ofisi Kudus atau yang sering dikenal dengan doa brevir atau ibadat harian terkesan tidak disenangi lagi dalam pelaksanaannya.
Minat terhadap Ofisi Kudus semakin hari semakin menurun karena ada yang menilai ofisi membosankan dan menjenuhkan. Banyak orang tidak mau lagi melaksanakan ibadat harian baik bersama maupun pribadi. Orang mulai menilai ofisi sebagai doa yang tidak relevan, tidak up to date, kaku dan bahkan dianggap kuno. Maka, Orang mulai memakai doa-doa yang singkat, cepat dan dinilai relevan dan up to date,” bebernya.
Pater Raymundus melanjutkan, “kita harus mengimplementasikan kehidupan ofisi menjadi relevan dalam kehidupan kita melalui doa dan kerja. Doa dan kerja adalah dua hal yang menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dalam doa dan kerja, nama Allah dimuliakan, hidup manusia disucikan dan kerjanya diberkati”.
Menurut Pater Raymundus, hidup kita harus diwarnai dengan sedekah, amal kasih, doa dan puasa. Poin-poin inilah yang bisa kita buat sehingga ofisi yang kita laksanakan menjadi relevan dengan tugas dan karya misioner kita sehingga ofisi itu tidak dinilai lagi membosankan, menjenuhkan, tidak relevan dan tidak up to date.
Semua ini bisa kita wujudkan lewat kehidupan konkret kita baik sebagai pater, bruder, suster, frater dan karyawan-karyawati. Dan saya harapkan supaya kita juga tidak hanya berdoa bagi diri kita sendiri, tetapi di masa puasa ini kita juga harus berdoa bagi samasaudara, keluarga, masalah-masalah sosial dan siapa saja yang meminta doa-doa kita,” katanya.
Pater Lukas Jua SVD selaku Dosen Kitab Suci di STFK Ledalero ketika dimintai komentarnya setelah rekoleksi tersebut menegaskan bahwa dirinya melihat tema yang diangkat oleh Pater Raymundus sangat penting. “Tema rekoleksi kita adalah tentang Brevir atau Ofisi Kudus dan ini tema yang sangat penting. Mengapa penting? Karena Ofisi Kudus atau brevir adalah doa Gereja atau doa umat yang resmi. Karena itu wajib didoakan,” tegasnya.
Pater Lukas Jua, SVD melanjutkan bahwa “sering kali terjadi kesan yang salah di antara umat bahwa Ofisi Kudus hanyalah doa kaum biarawan–biarawati. Oleh karena itu, umat harus diperbiasakan untuk mendaraskan doa-doa dalam Brevir karena Brevir adalah doa resmi Gereja yang wajib dilaksanakan oleh semua umat.
Dua hal penting yang mau saya tekankan agar Ofisi Kudus yang kita laksanakan setiap hari tidak membosankan, yakni pertama, menggunakan peluang pada bagian doa permohonan. Kita sebagai Serikat Sabda Allah (SVD), doa-doa kita harus bersifat misioner. Karena itu, kita harus memasukan dalam doa permohonan peristiwa-peristiwa besar dunia seperti hari HIV/AIDS sedunia, Hari Orang Sakit Sedunia, dan peristiwa lainnya. Praktisnya selama ini terkadang kita lupa akan peristiwa-peristiwa besar itu,” ungkapnya.
 Selanjutnya, hal kedua yang ditekankan Pater Lukas adalah orang harus melihat nilai dari Doa Brevir sehingga orang semakin bersemangat terutama pada Ofisi pagi hari. Karena itu, orang harus mampu untuk melawan godaan untuk tidur lebih lama pada pagi hari.
Sementara itu, Ketua Pelaksana Harian Biara Simeon Bruder Abraham Teling Tarung, SVD dalam kesan dan pesannya menyampaikan bahwa dirinya merasa senang dengan tema rekoleksi kali ini. Bruder Bram menilai, tema ini sangat relevan dengan situasi yang sedang dialami di Ledalero.
“Akhir-akhir ini orang-orang biara mulai meninggalkan ibadat harian. Andaikata dibuat pun terkesan terburu-buru mendaraskan mazmur agar cepat selesai karena sudah ada janjian dengan orang untuk inbox, telepon atau tugas lainnya yang sudah menunggu. Kalau zaman dulu, orang berdiri di taman-taman dengan memegang Brevir, tetapi sekarang orang lebih suka pegang handphone,” keluhnya.
Bruder Bram berharap pada masa Prapaskah ini segenap warga Ledalero mampu berbenah diri dengan cara mengikuti ibadat harian secara teratur. Segenap anggota komunitas, kata dia, harus menyadari apa yang sedang dibuat, jangan berdoa asal-asalan saja.
Sementara itu, Ketua Seksi Liturgi Unit St. Mikhael, Frater Marthin de Carvalho SVD dalam kesannya setelah mengikuti rekoleksi mengatakan bahwa dirinya cukup tergugah dengan apa yang diutarakan Pater Raymundus.
“Saya sangat tergugah dengan permenungan yang dibawakan oleh Pater Pater Raymundus Rede Blolong, SVD. Saya menilai bahwa ofisi yang kita buat selama ini sepertinya membosan apalagi mazmur-mazmur yang kita daraskan atau nyanyikan hanya dengan pola mazmur yang sama tanpa suatu variasi,” katanya.


Penulis Frater Frid Talan, SVD

No comments:

Post a Comment