Seminariledalero.org - Segenap karyawan-karyawati
Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero bersama para Frater Unit St. Mikhael
memeriahkan Perayaan Ekaristi Minggu Prapaskah III yang dipadukan dengan Pesta St.
Yosef suami Maria di Kapel Agung Ledalero, Minggu (19/3/2017). Perayaan
Ekaristi ini dipimpin oleh Prefek Koordinator Pater Petrus Cristologus Dhogo,
SVD.
Hadir dalam perayaan ekaristi ini Rektor
Seminari Tinggi Ledalero, Pater Kletus Hekong SVD, para Pastor, Bruder, Frater,
Suster dan segenap karyawan-karyawati. Selain itu hadir juga beberapa umat awam
dari luar komunitas Seminari Ledalero. Pater Ito dalam kata pengantarnya mengajak
segenap umat yang hadir untuk berusaha menjadi Yusuf-Yusuf baru pada zaman ini.
“Bacaan-bacaan
pada hari ini tentu tidak ada satu pun yang berkisah tentang St. Yusuf. Akan
tetapi, kita semua sudah tahu tentang St. Yusuf
yang telah dikisahkan pada injil sinoptik lainnya. Karena itu, marilah
kita belajar menjadi Yusuf-Yusuf baru pada zaman sekarang ini,” katanya.
Dalam
homilinya, Pater Ito Dhogo SVD mengantar segenap umat yang hadir untuk bermenung tentang
perempuan Samaria dengan merujuk pada perikop Injil Yohanes, 4:5-42. Dari tema
yang diangkat, Pater Ito Dhogo membeberkan tiga poin penting sebagai bekal
dalam ziarah hidup di masa prapaskah ini.
“Yesus
senantiasa datang dan duduk di pinggir sumur hati kita. Yesus senantiasa datang
untuk membuka hati kita dari dosa. Dia datang pada saat yang tepat. Bagi Tuhan
tidak ada yang tidak kelihatan dan tersembunyi. Bahkan bagi Tuhan ketika tidak
ada doa dan percakapan dengan Dia lagi, Tuhan sendiri akan meminta bercakap
dengan kita. Jika orang mulai mementingkan dirinya sendiri, dan tidak mau
bercakap dengan Tuhan, disitu dia mulai kehilangan harapan hidupnya” kata Pater
Ito.
Hal
kedua yang ditekankan Pater Ito adalah soal keterbukaan hati perempuan itu. “Dulu
dia yang tertutup, takut dan malu membuka hatinya, kini menjadi utusan Tuhan.
Bagi orang yang jernih hatinya akan menunjukkan kegembiraan dalam hidupnya.
Akan tetapi, bagi orang yang berdosa dan tertekan, ia akan mengeluh sepanjang
hidupnya, dia akan mudah tersinggung dengan hal-hal yang dibicarakan oleh orang
lain dan dia tidak tahu berterimakasih.”
Selanjutnya,
hal ketiga yang ditekankan Pater Ito adalah melalui perempuan yang berdosa itu,
orang-orang Samaria sampai kepada Yesus. Mereka bukan percaya kepada kata-kata
perempuan itu, melainkan mereka yakin bahwa mereka mendengarkan langsung dari
Yesus.
Pater
Ito mengakhiri homilinya dengan sekali lagi mengajak umat untuk mengaplikasikan
poin-poin yang telah ia tekankan. “Marilah kita menyadari diri bahwa Yesus
senantiasa datang dan duduk di pinggir sumur hati kita. Ia mau bercakap-cakap
dengan kita. Karena itu, kita harus membuka diri di hadapan-Nya dan
bercakap-cakap dengan-Nya. mengungkapkan
segala isi hati kita. Dan kita yakin bahwa Ia akan membebaskan kita dari segala
dosa dan hati kita akan dijernihkan,”katanya.
Sementara
Rektor Seminari Ledalero Pater Kletus Hekong SVD, dalam sambutannya mewakili
segenap Komunitas Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero mengucapkan limpah terima
kasih untuk pelayanan para karyawan-karyawati untuk Seminari dan ucapan selamat
merayakan pesta St. Yosef. ““Saya mengucapkan terimakasih kepada
karyawan-karyawati yang telah mengabdikan hidupnya bagi komunitas ini,”
ungkapnya.
Sementara
ketua asrama karyawati Filomena Ojom yang ditemui usai perayaan ekaristi
mengungkapkan perayaan pesta Santo Yosef merupakan ajakan bagi mereka untuk
senantiasa setia melayani. “Kami bersyukur dan berterima kasih karena diberi
kesempatan untuk melayani anggota komunitas ini. Seperti Santo Yosef, kami
diajak untuk senantiasa melayani dengan baik,” katanya.Frater Roland Nampu, SVD
No comments:
Post a Comment