Tuesday, August 21, 2018

Dr. Otto Gusti Madung Dilantik Menjadi Ketua STFK Ledalero # Periode 2018-2022


seminariledalero.org – Pater Doktor Otto Gusti Ndegong Madung, SVD dilantik menjadi ketua Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero periode 2018-2022 oleh ketua Yayasan Persekolahan Santu Paulus Ende, Pater Alfons Mana, SVD, Lic. Upacara pelantikan berlangsung di Aula Santu Thomas Aquinas STFK Ledalero, Sabtu (18/08/2018) pada pukul 10.30 Wita.

Pater Doktor Otto Gusti Nd. Madung, SVD dipilih menjadi ketua STFK Ledalero dalam sidang senat dosen pada bulan April lalu untuk menggantikan Pater Bernard Raho, SVD yang telah berakhir masa jabatannya pada 2018 ini. 

Dengan mempertimbangkan hasil sidang senat dosen itu dan keputusan provinsial dan dewan provinsi SVD Ende, dewan pengurus Yayasan Persekolahan Santu Paulus Ende mengangkat dan menetapkan Pater Doktor Otto Gusti Madung, SVD sebagai Ketua STFK Ledalero periode 2018-2022.



Filsafat dan Era Industri 4.0
Ketua STFK Ledalero yang baru, Dr. Otto Gusti Madung, dalam sambutannya menyinggung relevansi filsafat di era revolusi industri 4.0 ini. Revolusi industri 4.0 ditandai dengan digital economy, artificial inteligence dan robotic.

Otto Gusti mengatakan bahwa para filsuf dan teolog biasa mendapat julukan sebagai cendekiawan tahu banyak tentang sedikit. Akan tetapi, era cendekiawan ‘tahu banyak tentang sedikit’ ini sudah berlalu. Dunia kerja era industri 4.0 menuntut spesialisasi dari calon tenaga kerja. Mantan Puket I STFK Ledalero itu juga menambahkan bahwa cendikiawan ideal di masa kini adalah cendikiawan Fachidiot.
“Era bagi para generalis dan waktu bagi para cendekiawan yang tahu banyak tentang sedikit  sudah berlalu. Dunia kerja yang saat ini sangat kompetitif menuntut spesialisasi dari calon tenaga kerja. Bahkan, dewasa ini, prototipe ideal cendekiawan di era kini adalah cendikiawan Fachidiot, yakni orang yang ahli sekali dalam bidangnya tetapi menjadi idiot untuk bidang yang lain,demikian kata Otto Gusti, alumnus Hochschule für Philosophie, Munchen Jerman itu. 
Berhadapan dengan tantangan era industri 4.0 ini, dosen HAM dan Filsafat Politik STFK Ledalero ini berasumsi bahwa belajar filsafat tetap memiliki kontribusi penting untuk era industri 4.0 ini. Dalam sambutannya, Otto Gusti menyebut salah satu peran filsafat misalnya adalah filsafat diperlukan sebagai strategi budaya.
“Filsafat dan teologi diperlukan sebagai strategi budaya. Pembanganun ekonomi dan teknologi tanpa strategi budaya akan menciptakan masyarakat yang inhuman, masyarakat barbar dan berfungsi berdasarkan logika hukum rimba. Budaya dimengerti sebagai orientasi etis atau visi dasar yang menata sebuah masyarakat agar menjadi lebih bermakna.
Karena itu filsafat dan teologi tetap kontekstual terutama dalam menawarkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan manusia dewasa ini,” tegas Doktor Filsafat kelahiran Lengko Elar, Manggarai Timur, 20 Mei 1970 itu.
Lebih lanjut, Otto yang pernah menulis disertasi berjudul “Politik dan Kekerasan. Sebuah Studi Perbandingan tentang Giorgio Agamben dan Jürgen Habermas” itu menegaskan bahwa filsafat berkontribusi dalam menciptakan masayarakat yang kritis, kreatif dan mandiri. “Filsafat adalah metode berpikir kritis dan mandiri. Tantangan dan perubahan zaman hanya dapat dihadapi secara kreatif oleh pribadi yang mandiri, kritis dan terbuka terhadap peluang-peluang baru. Di sini, filsafat dapat memberikan kontribusi yang berarti,” kata Otto.
Rencana Aksi
Dalam sambutannya, ketua sekolah masa jabatan 2018-2022 itu juga mengutarakan rencana dan aksi konkret yang perlu dijalankan ke depan. Pengembangan program studi baru, peningkatan mutu penelitian dan penguasaan bahasa asing, terutama bahasa Inggris, yang baik oleh mahasiswa dan mahisiswi merupakan serangkaian rencana aksi yang akan dijalankan ke depan.
Terkait program penguasaan bahasa asing oleh mahasiswa, Otto Gusti menambahkan bahwa sekolah akan menyiapkan sistem dan regulasi yang dapat memastikan penguasaan bahasa asing yang baik oleh mahasiswa. “Dalam sejumlah pembicaraan, kita rencanakan tahun 2020 mahasiswa yang menamatkan program S1 di sini harus memiliki skor TOEFL 450,” tegas Otto. Rangkaian rancangan dan rencana aksi itu dicanangkan untuk menjawabi tantangan zaman dan juga untuk meningkatkan kontribusi institusi bagi pengembangan masyarakat.
Utamakan Tugas Kepemimpinan
Pater Alfons Mana selaku Ketua Yayasan persekolahan St. Paulus Ende meminta Pater Otto Gusti Nd. Madung agar mengutamakan tugas kepemimpinan di samping tugas sebagai dosen. “Pater menghadapi tugas yang begitu berat karena menjalankan tugas kepemimpinan di satu sisi dan peningkatan profesionalisme sebagai dosen dan peneliti di sisi lain. Kami meminta agar tugas kepemimpinan diutamakan sebelum menjalankan tugas-tugas yang kedua,” kata Alfons Mana.
Pada kesempatan ini juga, Ketua STFK Ledalero yang lama, Pater Bernard Raho, Drs., M.A, mendapat kesempatan untuk menyampaikan sambutan. Dalam sambutannya ia pertama-tama menyampaikan ucapan terima kasih kepada ketua Yayasan Persekolahan Santu Paulus yang lama, Alm. P. Dr. Hendrikus Dori Wuwur, SVD, dan ketua Yayasan yang baru Pater Alfons Mana, Lic. atas kepercayaan yang diberikan kepadanya untuk menjadi ketua STFK Ledalero selama delapan tahun. Selain itu, ia juga berterima kasih kepada para provinsial SVD Ende Pater Prof. Kondrad Kebung, SVD (2009-2011), Pater Leo Kleden, SVD (2011-2017), dan Pater Lukas Jua, SVD (2018-) atas kepercayaan dan kerjasama selama ia menjabat sebagai Ketua STFK Ledalero sejak 2010 hingga 2018. Tak lupa pula dosen sosiologi STFK Ledalero itu menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pater Paul Budi Kleden, SVD yang selama satu tahun lebih menjadi direktur program pascasarjana dan Pater Georg Kirchberger, SVD yang selama hampir tujuh tahun menjadi direktur program pascasarjana. Kepada para dosen dan para pegawai serta para mahasiswa, Pater Bernard juga menyampaikan ucapan terima kasih.
Pater Bernard mengaku bangga karena ia meninggalkan STFK Ledalero dalam keadaan baik. STFK Ledalero, sampai saat ini masih berada dalam status terakreditasi oleh Badan Perguruan Tinggi Nasional. Ia mengharapkan agar hal ini tetap dipertahankan selanjutnya dan kalau boleh terus ditingkatkan.
Disaksikan oleh media ini, upacara pelantikan ketua STFK Ledalero yang baru ini diawali dengan misa pembukaan tahun akademik 2018/2019 yang dipimpin oleh Pater Alfons Mana, SVD dan didampingi oleh Superior General SVD terpilih Pater Paulus Budi Kleden, SVD, Provinsial SVD Ende, Pater Lukas Jua, SVD, Preses Seminari Tinggi Ritapiret, RD. Philipus Ola Daen, Pr., serta puluhan imam konselebrantes lainnya. Misa juga dihadiri oleh segenap civitas akademika STFK Ledalero dan dimeriahkan oleh koor dari Konvik Seminari Tinggi Ledalero. Sedangkan pada saat upacara pelantikan turut hadir juga Penjabat Bupati Sikka, Kapolres Sikka, unsur FORKOPIMDA, kepala dinas PPO Kabupaten Sikka, para dosen dan mahasiswa-masisiswi STFK Ledalero.

Biografi Singkat Otto Gusti Madung
            Otto Gusti Ndegong Madung lahir di Lengko Elar, Manggarai Timur, Flores pada tanggal 20 Mei 1970. Tahun 1991 mulai belajar filsafat pada STFK Ledalero. 1994 meneruskan studi teologi di Philosophisch-Theologische Hochschule St. Gabriel, Mödling bei Wien, Austria dan mencapai gelar Magister der Theologie pada tahun 1999.
            Juli 1998-September 2000 menjalankan praktik diakonat dan bekerja sebagai imam pembantu di sebuah paroki di Kota Wina-Austria.
            Oktober 2000-akhir september 2001 bekerja pada Institut Sosial Jakarta: Sebuah LSM milik Serikat Jesuit yang bergerak di bidang advokasi masyarakat miskin Kota Jakarta.
            Akhir 2001 – Februari 2008 belajar filsafat pada Hochschule für Philosophie, Munchen Jerman. Tanggal 8 Februari 2008 mempertahankan tesis doktoral berjudul “Politik und Gewalt. Giorgio Agamben und Jürgen Habermas im Vergleich” – “Politik dan Kekerasan. Sebuah Studi Perbandingan tentang Giorgio Agamben dan Jürgen Habermas”. (Arsen Jemarut dan Ferdi Jehalut)

No comments:

Post a Comment