Thursday, October 5, 2017

Tiga Suster India Mengunjungi Wisma St. Agustinus Ledalero

Senin (25/9), tiga misionaris asal India mengunjungi para frater penghuni Wiswa Agustinus Seminari Tinggi Ledalero. Ketiga misionaris tersebut adalah Sr. Sofia, Sr. Shinny, dan Sr. Thesy.
Para misionaris perdana dari Kongregasi St. Anna ini datang ke Ledalero untuk belajar bahasa Indonesia, sebelum memulai karya misi mereka di Paroki Maurole, Keuskupan Agung  Ende, Flores.

“Sudah hampir sebulan ketiga suster ini tinggal di komunitas St. Paulus. Mereka datang ke Ledalero dalam rangka belajar bahasa. Saya sendiri yang mendampingi mereka untuk belajar. Hari ini, saya mengundang mereka ke Unit Agustinus untuk praktik berbicara bahasa Indonesia dengan para frater,” Kata Pater Yohanes Orong, SVD.

Disaksikan para frater penghuni Wisma Agustinus, Sr. Sofia, Sr. Shinny, dan Sr. Thesy sudah tiba di Wiswa Agustinus sebelum pukul. 05.00. Pukul 05.15, ketiganya mengikuti ibadat bersama para frater. Mereka ikut mendaraskan mazmur dari brevir berbahasa Indonesia. Selanjutnya, saat perayaan Ekaristi, Suster Sofia didaulat membacakan bacaan pertama dan mendaraskan mazmur.

Sesudah perayaan Ekaristi, Sr. Sofia, Sr. Shinny, dan Sr. Thesy diundang untuk sarapan pagi bersama para frater di kamar makan. Ketiganya melebur bersama para frater dan bercakap-cakap selama jam makan. Mereka berusaha berbicara dalam bahasa Indonesia. Dan ketika mereka mengalami kesulitan, misalnya tidak mengetahui arti kata bahasa Indonesia tertentu yang dipakai para frater, mereka meminta pejelasan dalam bahasa Inggris. Kepada mereka, para frater juga menanyakan banyak hal terkait kongregasi dan misi mereka.


“Kami datang ke Indonesia, tepatnya di Keuskupan Agung Ende, Flores, untuk bermisi. Bidang misi yang hendak kami bangun adalah pendidikan, kesehatan, dan sosial kemasyarakatan. Sr. Sofia akan menangani bidang pendidikan karena dia adalah seorang guru. Sr. Shinny menangani bidang sosial, dan Sr. Thesy sebagai seorang perawat akan menangani bidang kesehatan,” kata Sr. Shinny.
Menurut Sr. Shinny, Kongregasi St. Anna didirikan pada tahun 1909. Dan kongregasi yang berpusat di  Swisterland ini sudah berkarya di 125 Negara, termasuk Indonesia.
Ketika ditanya tentang proses belajar bahasa Indonesia di Ledalero, Suster Shinny mengatakan bahasa Indonesia itu sulit karena strukturnya rumit dan  banyak imbuhannya. “Tetapi, atas bantuan Pater Yohanes Orong yang sudah berpengalaman memberikan kursus bahasa Indonesia kepada para misionaris asisng, kami bisa bicara sedikit-sedikit,” kata Sr. Shinny. 

 Sr. Shinny berkisah, saat pertama kali tiba di Flores, Ende, ketiganya tinggal di Biara St. Yosep Ende. Di Biara St. Yosep, mereka bertemu Pater Lukas Jua, SVD sebagai provinsial dan sejumlah konfrater yang kemudian membantu memfasilitasi perjumpaan mereka dengan pihak keuskupan dan membantu menyelesaikan sejumlah urusan terkait administrasi.
“Kami mengucap syukur kepada Tuhan dan berterima kasih kepada P. Lukas Jua, SVD sebagai provinsial serta para pater dan bruder di komunitas St. Yosep Ende yang telah membantu kami meminta izin kepada Uskup Agung Ende Mgr. Vincentius Sensi Potokota, Pr. Atas bantuan mereka, kami akhirnya diterima untuk berkarya di Keuskupan Agung Ende,” kata Sr. Shinny.

 Ketika ditanya tentang perkembangan kursus ketiga suster tersebut, P. Yohanes Orong, SVD mengatakan bahwa orang asing merasa sulit sekali belajar bahasa Indonesia. Tetapi,  menurutnya, perkembangan ketiga misionaris India ini sangat baik. Menurut P. Juan, demikian dosen STFK Ledalero ini biasa disapa, kemampuan belajar bahasa asing itu sangat bergantung pada kemampuannya menguasai bahasanya sendiri. Jika bahasa seseorang baik, dia akan lebih mudah belajar bahasa orang. 

“Di antara ketiga suster ini, yang paling cepat mengerti adalah Sr. Sofia. Sedangkan, kedua temannya masih jatuh bangun,” katanya.
Pater juan juga mengatakan, dirinya sudah banyak membatu orang asing, baik misionaris maupun orang awam yang mau belajar bahasa Indonesia. Salah satunya adalah Ms. Joan.
Terkait strategi dan fasilitas apa yang harus disiapkan ke depannya agar kursus bahasa Indonesia di Ledalero lebih efektif, P. Juan berharap Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero bisa menyediakan laboraturium bahasa Indonesia yang dilengkapi dengan sejumlah fasilitas yang sangat dibutuhkan dalam kursus bahasa Indonesia.***
(Fr. Chandra Kasiwali, SVD)

No comments:

Post a Comment