Senin (25/9), tiga
misionaris asal India mengunjungi para frater penghuni Wiswa Agustinus Seminari
Tinggi Ledalero. Ketiga misionaris tersebut adalah Sr. Sofia, Sr. Shinny, dan
Sr. Thesy.
Para misionaris
perdana dari Kongregasi St. Anna ini datang ke Ledalero untuk belajar bahasa
Indonesia, sebelum memulai karya misi mereka di Paroki Maurole, Keuskupan
Agung Ende, Flores.
“Sudah hampir
sebulan ketiga suster ini tinggal di komunitas St. Paulus. Mereka datang ke
Ledalero dalam rangka belajar bahasa. Saya sendiri yang mendampingi mereka
untuk belajar. Hari ini, saya mengundang mereka ke Unit Agustinus untuk praktik
berbicara bahasa Indonesia dengan para frater,” Kata Pater Yohanes Orong, SVD.
Disaksikan para
frater penghuni Wisma Agustinus, Sr. Sofia, Sr. Shinny, dan Sr. Thesy sudah
tiba di Wiswa Agustinus sebelum pukul. 05.00. Pukul 05.15, ketiganya mengikuti
ibadat bersama para frater. Mereka ikut mendaraskan mazmur dari brevir
berbahasa Indonesia. Selanjutnya, saat perayaan Ekaristi, Suster Sofia didaulat
membacakan bacaan pertama dan mendaraskan mazmur.
Sesudah perayaan
Ekaristi, Sr. Sofia, Sr. Shinny, dan Sr. Thesy diundang untuk sarapan pagi
bersama para frater di kamar makan. Ketiganya melebur bersama para frater dan
bercakap-cakap selama jam makan. Mereka berusaha berbicara dalam bahasa
Indonesia. Dan ketika mereka mengalami kesulitan, misalnya tidak mengetahui
arti kata bahasa Indonesia tertentu yang dipakai para frater, mereka meminta
pejelasan dalam bahasa Inggris. Kepada mereka, para frater juga menanyakan
banyak hal terkait kongregasi dan misi mereka.
“Kami datang ke
Indonesia, tepatnya di Keuskupan Agung Ende, Flores, untuk bermisi. Bidang misi
yang hendak kami bangun adalah pendidikan, kesehatan, dan sosial
kemasyarakatan. Sr. Sofia akan menangani bidang pendidikan karena dia adalah
seorang guru. Sr. Shinny menangani bidang sosial, dan Sr. Thesy sebagai seorang
perawat akan menangani bidang kesehatan,” kata Sr. Shinny.
Menurut Sr.
Shinny, Kongregasi St. Anna didirikan pada tahun 1909. Dan kongregasi yang
berpusat di Swisterland ini sudah
berkarya di 125 Negara, termasuk Indonesia.
Ketika ditanya
tentang proses belajar bahasa Indonesia di Ledalero, Suster Shinny mengatakan
bahasa Indonesia itu sulit karena strukturnya rumit dan banyak imbuhannya. “Tetapi, atas bantuan
Pater Yohanes Orong yang sudah berpengalaman memberikan kursus bahasa Indonesia
kepada para misionaris asisng, kami bisa bicara sedikit-sedikit,” kata Sr.
Shinny.
Sr. Shinny berkisah, saat pertama kali tiba di
Flores, Ende, ketiganya tinggal di Biara St. Yosep Ende. Di Biara St. Yosep,
mereka bertemu Pater Lukas Jua, SVD sebagai provinsial dan sejumlah konfrater
yang kemudian membantu memfasilitasi perjumpaan mereka dengan pihak keuskupan
dan membantu menyelesaikan sejumlah urusan terkait administrasi.
“Kami mengucap
syukur kepada Tuhan dan berterima kasih kepada P. Lukas Jua, SVD sebagai
provinsial serta para pater dan bruder di komunitas St. Yosep Ende yang telah
membantu kami meminta izin kepada Uskup Agung Ende Mgr. Vincentius Sensi
Potokota, Pr. Atas bantuan mereka, kami akhirnya diterima untuk berkarya di
Keuskupan Agung Ende,” kata Sr. Shinny.
Ketika ditanya tentang perkembangan kursus
ketiga suster tersebut, P. Yohanes Orong, SVD mengatakan bahwa orang asing
merasa sulit sekali belajar bahasa Indonesia. Tetapi, menurutnya, perkembangan ketiga misionaris
India ini sangat baik. Menurut P. Juan, demikian dosen STFK Ledalero ini biasa
disapa, kemampuan belajar bahasa asing itu sangat bergantung pada kemampuannya
menguasai bahasanya sendiri. Jika bahasa seseorang baik, dia akan lebih mudah
belajar bahasa orang.
“Di antara ketiga
suster ini, yang paling cepat mengerti adalah Sr. Sofia. Sedangkan, kedua
temannya masih jatuh bangun,” katanya.
Pater juan juga
mengatakan, dirinya sudah banyak membatu orang asing, baik misionaris maupun
orang awam yang mau belajar bahasa Indonesia. Salah satunya adalah Ms. Joan.
Terkait strategi
dan fasilitas apa yang harus disiapkan ke depannya agar kursus bahasa Indonesia
di Ledalero lebih efektif, P. Juan berharap Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero
bisa menyediakan laboraturium bahasa Indonesia yang dilengkapi dengan sejumlah
fasilitas yang sangat dibutuhkan dalam kursus bahasa Indonesia.***
(Fr. Chandra Kasiwali, SVD)
No comments:
Post a Comment