Tuesday, September 5, 2017

Dialog Interaktif Bersama P. Mark Weber, SVD



Seminariledalero.org
 P. Mark Weber, SVD, selaku General Secretary of Formation and Education, menyempatkan diri untuk mengunjungi komunitas Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero. Ia mengadakan dialog  interaktif dengan para frater di Kapela Agung Seminari Tinggi Ledalero seputar formasi dan pendidikan SVD di seluruh dunia pada Sabtu (2 September 2017) pukul 20,30 malam. Pertemuan ini diikuti secara antusias dengan beberapa pertanyaan yang dilontarkan oleh para frater yang sempat hadir.
P. Mark Weber, SVD (Sekertaris Formasi dan Pendidikan General) sedang berdialog dengan para frater 
 “I’m so glad to be here, the biggest seminary in the whole SVD or even in the world,” demikian sapaan awal dari P. Mark Weber, SVD saat membuka pertemuan bersama para konfrater. Dalam pertemuan itu hadir pula, P. Maxi Manu, SVD sebagai moderator dan penerjemah bahasa.
Dialog yang bertempat di kapela agung Seminari Tinggi itu bertemakan formasi dan pendidikan dalam Serikat SVD di seluruh dunia. P. Mark Weber, SVD, yang pernah menjabat sebagai Provinsial Provinsi Chicago, USA, ini menekankan pentingnya proses formasi dan pendidikan bagi para formandi. Menurutnya, sistem formasi kita harus menjadi ‘formation for mission’. Formasi yang tidak berorientasi pada misi seharusnya ditinggalkan. Orientasi pada situasi dunia zaman sekarang harus menjadi landasan misioner serikat.
Salah satu dari empat pilar formasi yang ditekankan oleh SVD adalah spirit internationality. Sebagai sebuah spirit kehidupan serikat, formasi dan pendidikan para konfrater hendaknya mempersiapkan mereka untuk terlibat dalam persaudaraan interkultural. Seorang misionaris dituntut untuk terlibat secara aktif bersama para konfrater dari budaya, kebangsaan dan bahasa yang berbeda demi pelayanan yang lebih efektif dan tepat sasar.
Menurut P. Mark, situasi dunia zaman sekarang bisa disebut sebagai periode ‘post-Christian’.  Periode ini ditandai dengan menurunnya benih panggilan sebagai Imam di beberapa negara. “There are great churches but few catholics.” Beliau melanjutkan, “in Europe zone, the vocation slightly turns down, while in AFRAM (Africa and Madagascar) zone, it grows slowly.” Jumlah panggilan menjadi anggota Serikat SVD di beberapa negara menyusut secara ekstrem. Sebaliknya, zona ASPAC (Asia Pacific) justru mengalami peningkatan panggilan secara gradual dengan pertumbuhan tertinggi berada di Indonesia.
Kreativitas menjadi salah satu sumbangan yang efektif demi pengembangan misi yang dijalankan oleh serikat. Konfrater yang pernah menjadi seorang misionaris di Ghana ini menegaskan pentingnya berpikir kreatif. Pengalamannya di medan misi mengajarkan beliau untuk tanggap beradaptasi dengan situasi umat dan melayani sesuai konteks budaya mereka.
Beberapa frater dari tingkat yang berbeda sempat melontarkan pertanyaan kepada P. Mark Weber, SVD dalam sebuah sesi diskusi interaktif. Pertanyaan yang diberikan membahas seputar situasi medan misi, program pertukaran student, pentingnya pendidikan Filsafat dan Teologi dan kesadaran diri sebagai misionaris religius SVD. P. Mark Weber, SVD juga menyempatkan diri untuk berkisah tentang pengalamannya bermisi di Ghana sambil mengajar anak-anak setempat. Pengalaman yang inspiratif ini diharapkan dapat menjadi gambaran sederhana tentang misi Serikat.
“Our formation and education teach us to be creative and critical in mission,” demikian pesan konfrater kelahiran negara bagian Iowa, USA ini. Setiap proses pembentukan dan pendidikan dalam SVD diharapkan dapat mempersiapkan para misionaris untuk berpikir dan bertindak kritis terhadap situasi dunia sekarang. Semua tantangan, lanjut beliau, harus dipikul sebagai sebuah beban salib, sebagaimana yang pernah dibicarakan dalam Kapitel General tahun 2006 tentang ‘Spirituality of the Cross’.
Penulis: Fr. Geovanny Calvin, SVD

No comments:

Post a Comment