Monday, October 24, 2016

FRATER UNIT YOSEF KUNJUNGI UMAT PAROKI WOLOWARU

seminariledalero.org  - Segenap anggota Unit Yosef Freinademetz mengadakan kunjungan di Paroki Hati Amat Kudus Yesus Wolowaru pada Jumat, (21/10) sampai Minggu, (23/10). Kunjungan berlangsung dalam rangka memperingati Hari Minggu Misi Sedunia yang ke-90. Dalam kunjungan ini, para frater menyiapkan tema Human Trafficking sebagai bahan untuk katekese bersama umat Paroki Wolowaru. Para frater memilih tema ini sebagai bentuk tindak lanjut dari hasil Kapitel Provinsi SVD Ende XXII Tahun 2015 yang bertekad memerangi masalah perdagangan manusia di wilayah ini. Human Trafficking atau pedagangan manusia merupakan isu yang hangat dibicarakan dalam masyarakat saat ini. Masalah perdagangan manusia menjadi sebuah kejahatan luar biasa, terutama karena ia sangat merendahkan martabat manusia dan oleh karena harus diperangi secara serius. Pastor Paroki Wolowaru, Pater Nikomedes Mere, SVD  pada kesempatan menerima kedatangan para frater, mangaku sangat antusias dengan tema yang disiapkan oleh para frater, sebab isu tentang perdagangan manusia merupakan masalah yang langsung dihadapi dan dialami oleh umat di parokinya. Lebih dari itu, umat sering kali tidak menyadari masalah ini sehingga mereka sama sekali tidak mempermasalahkan perdagangan manusia yang tanpa mereka sadari, sedang terjadi di sekitar mereka.
Di Paroki Walolowaru para frater dibagikan ke seluruh stasi yang menyebar di antara perbukitan di sekitar Wolowaru. Frater Yanto Lobo, SVD  mendapat stasi paling jauh, yakni Stasi Detupau. Dalam pertemuan katekese bersama umat di Stasi Detupau, Frater Yanto mengaku bahwa umat Stasi Detupau sangat senang dengan kunjungan para frater. Berkaitan dengan tema perdagangan manusia, umat menyatakan bahwa mereka samasekali tidak pernah mendenagar istilah Human Trraficking atau perdagangn manusia.
Dalam pembicaraan lebih jauh, umat di Stasi Detupau sebenarnya sangat akrab dengan kegiatan perdagangan manusia. Banyak umat yang merantau ke Sulawesi, Kalimantan dan negeri tetangga, Malaysia. Mereka umumnya bekerja sebagai penjaga toko, pembantu rumah tangga, dan pekerja di kebun kelapa sawit. Dari pengalaman mereka, sebenarnya mereka sangat menyatu dan akrab dengan kegiatan perdagangan manusia, sebagian besar tanpa mereka sadari, telah menjadi korban perdagangan manusia dan bahkan dari antara mereka ada yang bertindak sebagai calo tenaga kerja, atau menurut istilah mereka tekong.
Dengan kunjungan ini, umat mengaku sekurang-kurangnya mengenal dan mengetahui bahwa selama ini mereka telah terlibat dalam kegiatan perdagangan manusia. Dengan pemahaman ini, mereka akan lebih berhati-hati dalam urusan pergi merantau.

[Frater Hans Syukur, SVD]

No comments:

Post a Comment