Friday, October 28, 2016

Pater Lawrence, Imam Yang Sederhana

Pater Lawrence Hambach, SVD
seminariledalero.org - Wakil Rektor Komunitas Seminari Tinggi St Paulus Ledalero Pater Frans Ceunfin, SVD kepada wartawan di ruang kerjanya menuturkan, berdasarkan pengalaman pribadi dan kesaksian sesama konfrater SVD di Ledalero, Pater Lawrence Hambach dikenal sebagai imam misionaris SVD  yang sederhana. Selain itu, kata Pater Frans, Pater Hambach juga dikenal sebagai pribadi yang saleh, tekun dalam doa, bijak dalam pemikiran dan terampil dalam memperbaiki perlengkapan rumah yang rusak terutama mesin jahit, mesin cuci, listrik, kursi sofa dan lain-lain.
“Seminari Tinggi St Paulus Ledalero kehilangan seorang imam misionari teladan, seorang yang mau melayani hingga tuntas, mengabdi hingga embus nafas terakhir di tanah misi. Pater Hambach adalah imam SVD berhati mulia, sangat bersahabat dan semangat kerja tinggi,” kata Pater Frans.
Pater Frans menginformasikan bahwa jenazah Pater Hambach terlebih dahulu disemayamkan di Kapel Biara Simeon. Pada Jumat (28/10), pukul 17.00 Wita, jenazah dipindahkan ke Kapel Agung Seminari Tinggi St Paulus Ledalero. Misa Requiem  berlangsung pada Sabtu (29/10) pukul 09.00 Wita, dipimpin Provinsial SVD Ende Pater Leo Kleden SVD. Sesudahnya, jenazah langsung dimakamkan di kompleks pemakaman Seminari Tinggi St Paulus Ledalero.
Riwayat Singkat
Wakil Rektor Komunitas Seminari Tinggi St Paulus Ledalero
Pater Frans Ceunfin, SVD (kemeja putih)
Berdoa di hadapan jenazah Pater Lawrence Hambach, SVD saat disemayamkan
Di Kapel Biara Simeon Ledalero, Jumat (28 Oktober 2016) pagi
Pater Lawrence Hambach, SVD lahir di Ohio-USA pada 18 Juni 1933 dari pasangan Lawrence Hambach Sr. dan Rose Jucal. Anak kedua dari enam bersaudara ini masuk Novisiat SVD pada 1951-1953 dan mengikrarkan kaul pertamanya dalam Serikat Sabda Allah pada 8 September 1953.
Pater Hambach ditahbiskan menjadi imam pada 16 April 1961 dan memilih Indonesia sebagai wilayah misi. Pada 22 Februari 1962, Pater Hambach menjejakkan kaki untuk pertama kalinya di Pelabuhan Tanjung Priok, Indonesia.
Setelah berdiam beberapa bulan di Paroki Matraman-Jakarta, Pater Hambach menjalani kursus Bahasa Indonesia di Mataloko-Ngada. Kursus ini berlangsung selama lima bulan dan sesudah itu dia diutus untuk berkarya di wilayah timur Flores sebagai pastor paroki, pembantu deken dan kemudian sebagai deken.
Sebagai pastor paroki, Pater Hambach pernah berkarya di Lembata (1962-1972), Solor (1972-1980), Hokeng (1980-1991), Larantuka (1991-1996) dan Lewotobi (1996-2003). Setelah pensiun pada 2014, Pater Hambach memutuskan untuk beristirahan di Rumah Jompo Biara Simeon Ledalero hingga mengembuskan nafas terakhir dalam usia 83 tahun 4 bulan 10 hari.

Fr. Kristo Suhardi

No comments:

Post a Comment