seminariledalero.org - Misionaris
Angola Pater Leksi Bono, SVD berkesempatan mengunjungi dan berbagi pengalaman
misi di hadapan para frater Unit St. Gabriel, Senin (16/1). Dalam kunjungan
tersebut, imam yang ditabiskan pada tahun 2010 ini membagi pengalaman misinya
di negara Angola.
Pater Leksi, yang merupakan konfrater
seangkatan Prefek Unit St Gabriel Pater Fredy Sebho, SVD ini mengungkapkan misi
di negara bekas jajahan Portugis itu terbilang sulit dan menantang. Dirinya
menangani satu paroki yang sangat luas, hingga mencakup tiga kabupaten.
“Jarak antara stasi yang satu dengan
stasi yang lain umumnya sangat jauh. Umat di setiap stasi menunggu waktu yang
lama untuk bisa mendapat pelayanan. Sangat menguras tenaga untuk bisa
berkeliling dan melayani umat dalam Paroki,” ungkapnya.
Pada bagian lain kisah pengalamannya, imam
yang pernah menjalani masa praktik (TOP) di Universitas Widya Mandira Kupang
ini mengatakan tantangan misi di Angola tidak saja terbatas pada daerah misi
yang luas. Situasi sosial dan kondisi pemerintahan yang korup juga merupakan
tantangan lain di Angola.
“Angola baru mengakhiri perang saudara
pada tahun 2002. Situasi perang yang lama menjadikan Angola sebagai negara kedua
di dunia yang memiliki ranjau darat terbanyak setelah Vietnam. Kemiskinan
akibat perang saudara dan pemerintahan yang korup juga turut memicu perampokan,”
kata Pater Leksi.
Menurut Pater Leksi, mayoritas penduduk
negara Anggola memeluk agama Kristen. Di negara yang wilayahnya hanya terdiri
dari daratan ini, terdapat 35 biarawan SVD yang terdiri dari 3 orang bruder dan
32 imam. Seluruh wilayah administratif negara Angola sekaligus menjadi provinsi
SVD tersendiri. Untuk melayani masyarakat, dibutuhkan banyak misionaris. Karena
itu, kebutuhan akan misionaris masih sangat tinggi.
Model Misi
Pater Leksi juga mengungkapkan model misi
yang dipakai oleh misionaris di Angola adalah misi integrasi. Di setiap paroki
SVD, pasti terdapat pula sekolah dan klinik yang dikelola oleh pastor paroki.
“Pastor paroki bertanggung jawab pula
untuk mengelola sekolah dan klinik. Pada saat mengunjungi umat di stasi, pastor
paroki pasti membawa serta obat-obatan untuk diberikan kepada umat. Karena itu,
hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan harus diketahui pula oleh pastor paroki,”
ucapnya.
Pewartaan iman kepada umat didominasi
oleh pewartaan iman dasar. Pewartaan iman melalui pengajaran doa, cerita dan
misa. Keterbatasan pewartaan iman ini disebabkan oleh banyaknya umat yang belum
tahu membaca.
Pater Leksi merefleksikan bahwa misi
selalu menjadi milik Tuhan. Tuhan selalu ikut campur dalam mengatasi kesulitan
yang dialami di tanah misi. Campur tangan Tuhan itu datang melalui
kejadian-kejadian sederhana.
“Pengalaman di tanah misi itu menggembirakan
karena Tuhan ikut campur di dalamnya. Tuhan ikut campur dalam mengatasi
kesulitan di tanah misi, terutama kesulitan ekonomis. Kami di Angola harus
berjuang bertahan hidup melalui usaha photo pas dan barter,” tuturnya.
Menggembirakan
Pada bagian akhir pertemuan, Pater Leksi
mengatakan jangan takut ke tanah misi terutama Afrika. Menurut dia, orang-orang
Afrika itu umumnya baik, rendah hati, terbuka dan ramah.
“Keterbukaan mereka dalam menerima
pewartaan adalah respons yang menggembirakan misionaris. Intinya, selalu ada
pengalaman yang menggembirakan yang terjadi dalam pelayanan dan karya di tanah
misi Afrika’’ katanya.
Dalam kesempatan lain,
mewakili para frater unit Gabriel, Frater Rio Nanto, SVD menyampaikan rasa
gembira karena telah dikunjungi misionaris dan membagikan pengalaman misi.
“Kami merasa gembira karena Pater Leksi telah mengunjungi kami. Pengalaman yang
telah dibagikan Pater Leksi akan menjadi bahan masukan bagi kami di rumah
formasi ini,” ungkap frater asal Manggarai itu.
Penulis:
Frater Arsen Jemarut, SVD
How wonderful! Luar biasa! Maybe next time all fraters can benefit from a visit like this! Mungkin kali berijut, seuma frater bisa ikut dan belajar. Puji Tuhan. Miss Joan
ReplyDeleteApakah pastor mengenal pastor joachim SVD di Angola, terimaakasih
ReplyDelete