Saturday, January 28, 2017

Lima Frater Terbitkan Satu Antologi Puisi

kegiatan bedah buku puisi
seminariledalero.org -  Lima Frater Seminari Tinggi Santo Paulus Ledalero menerbitkan satu buku antologi puisi pada Juni 2016. Antologi puisi berjudul “Perhentian Pagi” dibedah dalam kegiatan malam sastra yang dihelat oleh para Frater penghuni Unit Yosef Freinademetz, Kamis (26 Januari 2017). Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan menyongsong pesta pelindung Unit Santo Yosef Freinademetz yang berpuncak pada Minggu (29 Januari 2017).
            Antologi puisi ini berisikan 61 puisi yang masing-masing ditulis oleh Fr. Dennis Hayon SVD (13 puisi), Fr. Mario Dominggo Elia Kali SVD (13 puisi), Fr. Selestinus G.N. Botoor SVD (13 puisi), Fr. Virgilius Bere SVD (10 puisi), dan Fr. Yohanis Parlindungan Sitinjak SVD (12 puisi). Kelima Frater yang saat ini tercatat sebagai mahasiswa Semester IV pada STFK Ledalero ini merupakan anggota Komunitas Arung Sastra Ledalero (ASAL).
Kelima penyair dalam pengantar antologi ini mengungkapkan antologi puisi ini lahir dari persetujuan bersama mereka untuk mengumpulkan dan mengabadikan puisi-puisi mereka dalam satu buku. Antologi ini merupakan salah satu langka awal mereka dalam menggeluti dunia kesusastraan.
“Persetujuan ini muncul dari duduk-duduk bersama kami yang secara tidak sengaja menyentil niat untuk menerbitkan antologi puisi. Niat ini kemudian kami perjuangkan agar segera terealisasi. Kami menyadari bahwa kehadiran antologi ini telah melibatkan begitu banyak orang, untuk semua mereka kami sampaikan terima kasih yang mendalam,” tulis kelima penyair dalam pengantar buku.
Pater Fredy Sebho, SVD dalam kata pengantarnya pada buku ini mengungkapkan para penyair dalam antologi puisi ini tidak hanya ikhlas membiarkan imajinasinya berkelana tak tahu arah, tetapi juga secara apik menggunakan disiplin berpikirnya. Para penyair, tulis Pater Fredy, memiliki gaya dan pilihan kata yang energik. “Bahasa mereka memiliki kulit, bukan sembarang kulit melainkan kulit yang bergetar karena gairah,” tulis Pater Fredy.
Lebih lanjut, Dosen Teologi Moral pada STFK Ledalero ini mengungkapkan kelima penyair pandai membujuk dan merayu para pembaca melalui diksi-diksi yang memesona. “Barangkali tidak salah kalau saya mengatakan bahwa tulisan mereka selalu mengandung kemungkinan yang tak mungkin terselesaikan, tetapi enak untuk terus dijejaki sambil memeluk penasaran yang tak bertepi,” tulis Pater Ferdy.
Sementara Gusty Fahik, salah satu perintis Komunitas ASAL pada 2009/2010, dalam epilognya menulis seperti hidup, puisi selalu mengandung kontradiksi. “Demikianlah yang saya temukan dalam untaian puisi-puisi dalam antologi Perhentian Pagi ini” tulis Gusty Fahik.
“Pun seumpama perjalanan, puisi memberi aneka kejutan tidak terduga yang bisa membuat orang terhenyak dalam takjub atau terbuai dalam diam yang memukau. Puisi juga ibarat potongan ziarah melewati lintasan ruang dan waktu, yang barangkali bisa dijadikan sebuah titik perenungan untuk dapat melampaui ziarah itu sendiri,” tulis Gusty, yang saat ini bergiat di Institut Sophia Kupang dan aktif menulis di berbagai media cetak lokal di NTT. 



Penulis ;
Kristo Suhardi

No comments:

Post a Comment