Pater Hendrik Maku SVD |
seminariledalero.org - Beberapa Frater dan Pastor dari
Seminari Tinggi Ledalero bersama Forum Kerukunan Antaumat Beragama (FKUB)
Kewapante menyalakan obor toleransi antaragama dalam kegiatan tahun baru
bersama antarumat beragama di halaman Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS)
Jemaat Kristus Jawaban Cabang Geliting, Kewapante, Rabu (11/1) malam.
Kegiatan yang bernaung di bawah tema “Kasih Tuhan
Mempersatukan Kita” ini dipadukan juga dengan aksi galang dana solidaritas
kemanusiaan untuk membantu para pengungsi korban gempa di Aceh. Kegiatan yang
berlangsung dalam suasana persaudaraan ini dihadiri juga oleh tokoh pemerintah
dan tokoh umat lintas agama.
Frater Vitalis Nasrudin SVD, dari
Seminari Tinggi Ledalero, dalam narasi yang ia bacakan sebelum menyalakan obor
toleransi antarumat beragama mengungkapkan tidak ada perdamaian dunia tanpa
perdamaian antaragama. Tidak ada perdamaian antaragama tanpa dialog dan
kerukunan antaragama.
“Tanpa pengakuan akan keberagaman
tidak mungkin kita dapat menciptakan Indonesia yang damai. Tanpa pengakuan akan
kebhinekaan tidak mungkin kita menciptakan Indonesia sebagai rumah kita
bersama. Pesan perdamaian tersebut harus lahir dan terpancar keluar dari
agama-agama. Agama-agama harus menyadarkan umatnya bahwa keberagaman yang
menjadi warisan tradisi masyarakat Indonesia adalah anugerah Tuhan yang harus
disyukuri dan dirawat,” kata Fr. Villan.
Karena itu, seperti dibacakan Fr.
Villan, agama-agama harus mengutuk setiap ajaran yang mempromosikan kekerasan,
pembunuhan, dan sikap-sikap serta perilaku tidak toleran sebagai ungkapan
kesalehan. Kesalehan sejati terungkap dalam kerja-kerja kemanusiaan, sikap
belaskasih, dan pembelaan terhadap orang-orang yang dipinggirkan dan
dikalahkan, serta keberpihakkan kepada para korban.
“Sesungguhnya, Tuhan itu Mahapengasih
dan Mahapenyayang. Karena itu, agama-agama semestinya menghadirkan wajah Tuhan
yang Mahapengasih dan Mahapenyayang itu kepada sesama manusia. Agama-agama
mesti menyalakan api perdamaian, kerukunan dan belaskasih kepada sesama
manusia,” kata Fr. Villan.
Usai pembacaan narasi awal ini, tokoh-tokoh umat dan perwakilan dari agama-agama menyalakan obor toleransi. Obor toleransi ini menggambarkan api perdamaian, persatuan dan belaskasih kepada sesama. Penyalaan api perdamaian ini disambut dengan tepukan tangan penuh sukacita dari ratusan peserta yang menghadiri acara ini.
Pendidikan Toleransi
Koordinator umum kegiatan obor
toleransi dan aksi solidaritas kemanusiaan Pater Hendrik Maku SVD,
mengungkapkan tujuan utama kegiatan ini bukan sekadar pengumpulan dana tetapi
terutama merupakan bentuk pendidikan toleransi lintas agama. Sebagai bentuk
pendidikan, maka sejak awal kegiatan ini dirancang sedemikian rupa sehingga
mampu melibatkan umat dari berbagai agama.
“Ketika mengetahui ada gempa di Aceh,
muncul ide dari beberapa pastor di Ledalero agar berbuat sesuatu guna membantu
para korban. Ide ini kemudian terus berkembang. Setelah mengadakan pertemuan di
Candraditya, kami sepakat untuk melibatkan umat dari berbagai agama. Saya
kemudian menghubungi ketua FKUB Kewapante dan tokoh-tokoh agama di Kewapante.
Mereka memberikan respons positif dan antusias menanggapi ide ini. Kami
memiliki semangat yang sama yakni membuat aksi solidaritas lintas agama,” kata
Pater Hendrik.
Lebih lanjut, Dosen Islamologi pada
STFK Ledalero ini mengungkapkan gema dari kegiatan ini diharapkan mampu
mengajak banyak orang untuk belajar membangun kerja sama dan kerja kemanusiaan
lintas agama. Pater Hendrik juga mengapresiasi partisipasi aktif dari semua
peserta kegiatan.
“Untuk konteks kita di Kabupaten
Sikka, saat ini memang belum ada ancaman serius yang mengganggu kerukunan hidup
beragama kita. Hal yang kita buat ini merupakan langkah antisipatif dan ajakan
untuk selalu setia merawat kerukunan. Dengan memperat tali kasih dan toleransi,
kita tidak akan mudah diracuni oleh isu-isu yang ditiupkan dari luar,” kata
Pater Hendrik.
Penulis :
Kristo Suhardi
No comments:
Post a Comment