Thursday, January 12, 2017

Frater Ledalero bersama FKUB Kewapante Nyalakan Obor Toleransi

Pater Hendrik Maku SVD
seminariledalero.org - Beberapa Frater dan Pastor dari Seminari Tinggi Ledalero bersama Forum Kerukunan Antaumat Beragama (FKUB) Kewapante menyalakan obor toleransi antaragama dalam kegiatan tahun baru bersama antarumat beragama di halaman Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) Jemaat Kristus Jawaban Cabang Geliting, Kewapante, Rabu (11/1) malam.
Kegiatan yang bernaung di bawah tema “Kasih Tuhan Mempersatukan Kita” ini dipadukan juga dengan aksi galang dana solidaritas kemanusiaan untuk membantu para pengungsi korban gempa di Aceh. Kegiatan yang berlangsung dalam suasana persaudaraan ini dihadiri juga oleh tokoh pemerintah dan tokoh umat lintas agama.
          Frater Vitalis Nasrudin SVD, dari Seminari Tinggi Ledalero, dalam narasi yang ia bacakan sebelum menyalakan obor toleransi antarumat beragama mengungkapkan tidak ada perdamaian dunia tanpa perdamaian antaragama. Tidak ada perdamaian antaragama tanpa dialog dan kerukunan antaragama.
          “Tanpa pengakuan akan keberagaman tidak mungkin kita dapat menciptakan Indonesia yang damai. Tanpa pengakuan akan kebhinekaan tidak mungkin kita menciptakan Indonesia sebagai rumah kita bersama. Pesan perdamaian tersebut harus lahir dan terpancar keluar dari agama-agama. Agama-agama harus menyadarkan umatnya bahwa keberagaman yang menjadi warisan tradisi masyarakat Indonesia adalah anugerah Tuhan yang harus disyukuri dan dirawat,” kata Fr. Villan.
          Karena itu, seperti dibacakan Fr. Villan, agama-agama harus mengutuk setiap ajaran yang mempromosikan kekerasan, pembunuhan, dan sikap-sikap serta perilaku tidak toleran sebagai ungkapan kesalehan. Kesalehan sejati terungkap dalam kerja-kerja kemanusiaan, sikap belaskasih, dan pembelaan terhadap orang-orang yang dipinggirkan dan dikalahkan, serta keberpihakkan kepada para korban.
          “Sesungguhnya, Tuhan itu Mahapengasih dan Mahapenyayang. Karena itu, agama-agama semestinya menghadirkan wajah Tuhan yang Mahapengasih dan Mahapenyayang itu kepada sesama manusia. Agama-agama mesti menyalakan api perdamaian, kerukunan dan belaskasih kepada sesama manusia,” kata Fr. Villan.
          Usai pembacaan narasi awal ini, tokoh-tokoh umat dan perwakilan dari agama-agama menyalakan obor toleransi. Obor toleransi ini menggambarkan api perdamaian, persatuan dan belaskasih kepada sesama. Penyalaan api perdamaian ini disambut dengan tepukan tangan penuh sukacita dari ratusan peserta yang menghadiri acara ini. 

Pendidikan Toleransi
          Koordinator umum kegiatan obor toleransi dan aksi solidaritas kemanusiaan Pater Hendrik Maku SVD, mengungkapkan tujuan utama kegiatan ini bukan sekadar pengumpulan dana tetapi terutama merupakan bentuk pendidikan toleransi lintas agama. Sebagai bentuk pendidikan, maka sejak awal kegiatan ini dirancang sedemikian rupa sehingga mampu melibatkan umat dari berbagai agama.
          “Ketika mengetahui ada gempa di Aceh, muncul ide dari beberapa pastor di Ledalero agar berbuat sesuatu guna membantu para korban. Ide ini kemudian terus berkembang. Setelah mengadakan pertemuan di Candraditya, kami sepakat untuk melibatkan umat dari berbagai agama. Saya kemudian menghubungi ketua FKUB Kewapante dan tokoh-tokoh agama di Kewapante. Mereka memberikan respons positif dan antusias menanggapi ide ini. Kami memiliki semangat yang sama yakni membuat aksi solidaritas lintas agama,” kata Pater Hendrik.
          Lebih lanjut, Dosen Islamologi pada STFK Ledalero ini mengungkapkan gema dari kegiatan ini diharapkan mampu mengajak banyak orang untuk belajar membangun kerja sama dan kerja kemanusiaan lintas agama. Pater Hendrik juga mengapresiasi partisipasi aktif dari semua peserta kegiatan.

          “Untuk konteks kita di Kabupaten Sikka, saat ini memang belum ada ancaman serius yang mengganggu kerukunan hidup beragama kita. Hal yang kita buat ini merupakan langkah antisipatif dan ajakan untuk selalu setia merawat kerukunan. Dengan memperat tali kasih dan toleransi, kita tidak akan mudah diracuni oleh isu-isu yang ditiupkan dari luar,” kata Pater Hendrik. 














Penulis :
Kristo Suhardi

No comments:

Post a Comment